Hai!! 🖐🖐
Spam ombaknya dulu yang banyaaakk 🌊🌊🌊
Happy Reading!!
***
Arum berjalan cepat ke dalam rumahnya. Aruna pulang, saudara kembarnya itu pulang setelah enam bulan lebih di Australia untuk menyelesaikan program magang sebelum melanjutkan studinya lagi. Proses S2 Aruna cukup panjang dan rumit, Arum memang tak terlalu paham tapi ia bisa merasakan bagaimana Aruna kalang kabut melaluinya.
"Terus lo balik ke sana lagi kapan? Udah langsung kuliah apa gimana?" tanya Arum saat mereka tengah berada di kamar Aruna.
"Masih ada berkas-berkas yang perlu gue urus dulu sama nyelesaiin proyek sama profesor gue dulu di sini. Paling tiga atau empat bulanan lagi lah. Terus baru deh sekolah," ujarnya semangat. Arum bisa melihat betapa binar mata Aruna ketika sedang berbicara soal penelitiannya. Meskipun ia tak paham, tapi Arum turut ikut bahagia.
"Seneng banget keliatannya lo Na."
Aruna mengangguk antusias. "Banget Rum. Bayangin ya gue tuh niatnya nunggu dua tahun lagi loh. Katanya kan profesor yang gue incer ini buka mahasiswa bimbingannya gak tiap semester. Mana selektif banget. Jadi pas ada kesempatan, gue gasin lah. Pas banget ada magangnya juga. Aaaa, seneng banget Rum!" katanya sambil memeluk kembarannya.
Arum terkekeh. "Gue juga ikut seneng kalau lo seneng Na. Semoga gak makin pusing ya–eh tapi lo mah makin pusing makin seneng."
"Heboh banget kalian berdua nih," ucap Diana mendatangi kamar Aruna membawa baki berisi buah kesukaan Aruna. "Ibu seneng banget rumahnya jadi rame lagi. Pas kamu gak ada Na, Arum ini dikamar terus."
Aruna cekikkan. Ia sangat paham kembarannya satu ini. Tempat ternyaman Arum ya kamarnya sendiri. Kamar mereka berdua memang sama-sama penuh buku, namun bedanya kalau Aruna banyak buku-buku textbook kedokteran, sedangkan Arum isinya full novel.
"Lo tuh, keluar kamar napa. Nonton tv gitu sama ibu," senggol Aruna menyindir Arum.
Arum cemberut. "Gue sama ibu diledekin mulu. Pas keluar kamar nonton tv katanya, 'kita sambut, si mager dari gua hantu!'"
Aruna dan ibunya tertawa kencang. Aruna menatap ibunya, "Aku setuju sih bu julukannya."
Arum menggamit tangan ibunya. "Tapi aku ya yang belanja, masak, bersih-bersih rumah," katanya mencari pembelaan. "Aruna tuh, gak ngapa-ngapain."
"Ya gimana. Kamu kalau gak ibu suruh-suruh gak keluar kamar," jawab Diana. Aruna ikut menggandeng Diana di sisi berlainan dari Arum dan menjulurkan lidahnya membalas ledekan Arum.
"Lagian Aruna kan sibuk di rumah sakit," tambah Diana.
Arum semula hanya bergurau saat membalas ledekan Aruna dan Ibunya. Ia tak benar-benar keberatan untuk mengurus urusan rumah. Toh ia senang karena ia bisa membantu ibunya. Setidaknya jika ibunya tak bisa sebangga itu dengan pekerjaannya sebagai penulis sekarang, maka ibunya bisa merasa terbantu karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(un) Match Couple [TAMAT]
ChickLitMenjadi wanita lajang dengan masa depan yang gak pasti membuat orang tua Arum gigit jari. Dari dulu ia tidak pernah mengenalkan seorang lelaki pada mereka. Namun tiba-tiba mereka mengatakan, Arum akan dijodohkan dengan seseorang. Meskipun Pradikta...