Bab 30

17K 1.6K 172
                                    

Hai!! 🖐🖐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!! 🖐🖐

Spam ombaknya dulu banyaaakk 🌊🌊🌊

Trust me, you will love this part!! 💜💙💙

Happy Reading!!!

***

Pradikta Bayu Wijaya melipat tangannya di dada. Badannya tegak dengan pandangan tajam sambil sesekali menyipitkan ujung matanya–seolah meremehkan. Gigi-giginya gemeretak ketika menyeruput kopi panas yang terasa sangat dingin di mulutnya. Semua kekesalannya bukan tanpa alasan, semua gara-gara wanita yang ada di depannya–wanita yang membuangnya.

Pra tak menyangka bahwa dalam waktu tiga hari wanita itu bisa memenuhi kesepakatan mereka. Darimana Arum memungut lelaki macam ini? Oh, menatapnya saja Pra jengah. Selera Arum berubah drastis, jatuh hingga ke dasar laut. Setelah semedinya satu bulan di Bali itu, ini hasil yang ia dapatkan?

Pra masih mengamati lelaki yang Arum bawa. Stylenya... bisa dikatakan buruk. Skinny jeans yang dipadukan dengan kemeja bermotif bunga-bunga–dia kira mau ke pantai? Oh belum sampai situ, lelaki itu juga menambahkan outer jas berwarna abu-abu yang...astaga mata Pra sakit melihatnya.

"Kenalin ini, Max," kata Arum dengan sopan. Sontak ucapan itu membuat kening Pra semakin berkerut. 'Max'? Muka kayak gini beneran namanya Max?

Lelaki yang dikenalkan sebagai Max itu tersenyum simpul. "Hai. Seneng bisa kenalan sama kembarannya Arum dan pacarnya."

Pra kira, ia hanya tak menyukai style lelaki itu namun ternyata suara Max juga membuat telinganya hampir tuli. Beneran deh. Darimana Arum memungut orang ini sih? Apa gak ada lelaki lain yang lebih pantas?

Oh jelas tidak akan ada. Satu-satunya lelaki yang pantas bagi Arum adalah dirinya. Pradikta Bayu Wijaya.

"Ini Aruna, kembaran gue Max. Dan... eum itu pacarnya Aruna, Pra–"

"Bayu. Pra hanya untuk orang terdekat gue," potong Pra sinis.

Arum sempat tersentak kaget lalu mengangguk paham. "Oh ya, Bayu."

Max terkekeh kecil, seolah paham dengan penolakan yang kentara dari lelaki di depannya ini. "Oh. Ini kartu nama gue," kata Max sambil menyerahkan kertas kecil ke arah Pra dan Aruna. "Eum... Yah, seperti yang bisa kalian baca. Gue punya showroom mobil di Surabaya. Kalau misal kalian butuh jual beli mobil bisa sama gue–"

Pra mengangkat sudut bibirnya. "Sales?"

Max mulai sedikit terusik. "No. I'm the owner."

"Ah, maksud gue. Pemilik pun bukannya memang tujuannya untuk sales kan? Menjual?" kata Pra dengan tengilnya.

Pra sudah sangat paham modelan orang seperti ini, dari gayanya saja tak bisa mendeskripsikan bahwa ia pemiliknya. Ya, mungkin saja–showroom di pinggiran Surabaya paling. Karena sejauh yang ia tahu, ia tak mengenali nama showroom ini di Surabaya. Sebagian besar showroom di Surabaya adalah milik teman-teman konglomeratnya. So, sangat wajar kalau Pra tak percaya dengan Max tukang bohong ini.

(un) Match Couple [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang