Bab 31

19.1K 1.9K 142
                                    

Hai!! 🖐🖐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!! 🖐🖐

Spam ombaknya dulu banyaaakk 🌊🌊🌊

Seperti yang aku bilang, kita akan ketemu yang manis-manis di bab ini. 

Happy Reading!!!

***

Arum terpaksa masuk ke dalam mobil mewah lelaki itu setelah pergolakan yang cukup lama–sampai mereka mendapat teguran bus yang akan lewat karena mobil Pra menghalangi.

"Kalau kamu gak masuk aku gak akan pergi."

Arum mengerang kesal. "Maksud lo apa sih? Lo ditunggu orang sebis Pra."

Pra terkekeh. "Oh am I? Yang aku tahu aku sedang menunggu perempuan keras kepala."

Coba bayangkan, bagaimana Arum tak merasa kesal jika bertemu dengan lelaki itu? Tukang paksa, congkak, seenaknya sendiri. Apapun label tentang pria menyebalkan ada di Pra.

"Laki kamu gak nganterin pulang?" tanya Pra pada wanita yang sejak tadi diam membisu.

"Gak," balas Arum singkat.

Pra tertawa ringan. "Oh, atau udah putus?"

Arum melirik kesal. Sudahlah, meladeni pria itu sama saja membuat otot mukanya semakin kendur dan terlihat tua. Arum akan diam dan tak menanggapi apapun. Dia lebih baik fokus menekan rasa nyeri yang terasa menusuk tulangnya. Perlahan-lahan ia menunduk memijat kakinya. Tidak mungkin ia mengangkat kakinya kan?

"Kaki kamu kenapa?" tanya Pra melirik gerak-gerik Arum yang tak biasa.

"Gak apa-apa," balas wanita itu ketus.

Tentu saja Pra tak percaya. "Beneran? Kok nunduk terus gitu?" tanya Pra lagi. Nada suaranya terdengar khawatir.

"Gatel doang," jawab Arum berbohong.

Aneh sungguh tak bisa dipercaya. Mobilnya baru saja dicuci kemarin, mana mungkin ada bakterinya. Pra tak sejorok itu hingga membuat mobilnya kotor.

"Mobil aku kotor? Gak mungkin. Baru aku cuci," bantah Pra.

Arum tak ingin memperpanjang urusan ini. Lelaki itu tak akan tinggal diam, jadi ia lebih baik menahan rasa nyerinya. Sebentar lagi ia akan sampai rumah dan meminum obatnya.

Namun saat Arum sudah menegakkan badannya selama beberapa menit, ia tiba-tiba memekik keras. Nyeri di kakinya tak lagi bisa ia tahan.

"Kenapa?" tanya Pra dengan suara cemas. Ia melirik Arum yang lagi-lagi menunduk memegangi kaki bawahnya. "Kaki kamu kenapa Arum?"

Arum tak bersuara namun merintih kesakitan. Meskipun Arum berusaha menahan volumenya, telinga Pra sangat peka. Pra segera meminggirkan mobilnya. Keluar dari kursi kemudinya dan membuka pintu mobil Arum.

(un) Match Couple [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang