Halo! Apa kabar?
Nungguin yaa? Ombaknya dulu yang banyaaakkk 🌊🌊🌊🌊
Happy Reading!
***
Mata Pra menatap nyalang lurus ke arah perempuan yang ia kira masih berdiri di belakang mamanya. Wanita itu memang di sana, hanya saja dia tak tau sejak kapan mamanya berubah menjadi sosok lelaki jangkung dan malah terlihat akrab dengan Arum. Bukan hanya terlihat akrab, mereka juga saling menyinggungkan tawa.
Tidak ada lelaki yang dikenali Arum di sini kecuali dirinya–dan papanya. Matanya menatap interaksi mereka lamat-lamat. Sesuatu di depan matanya seperti bulu tipis yang menggelitik telapak kakinya, mengganggu.
Bisma. Meskipun sudah lama tidak bertemu karena dia juga sudah jarang pulang ke Solo, namun ia masih mengingat wajahnya. Seingatnya dulu Bisma masih SMA kelas satu waktu dia kuliah, dia tak tau bahwa pertumbuhannya begitu pesat. Namun bukan itu yang mengusiknya, melainkan interaksinya dengan Arum.
Arum saja tak pernah tertawa selepas itu ketika bersamanya, kenapa Bisma–bukan! Bukan itu yang Pra maksud. Ia buru-buru menghalau pikirannya. Maksudnya, Dia saja tak begitu akrab dengan Bisma, kenapa Arum yang bukan siapa-siapanya bisa seakrab itu?
"Bay?" Erica menyenggol lengan Pra. Membuat Pra lantas menengok.
"Hm?"
"You kenapa sih? Dipanggil dari tadi juga."
Pandangan Pra berbalik menatap teman-teman yang menatapnya bingung. "Kenapa?" Tanyanya yang memang tak tahu apa yang sedang terjadi.
"Ikut gak malam ini?" Tanya Melvin.
Pra menaikkan sebelah alisnya. "Ke?"
Melvin memutar bola matanya. "Astaga kita ngomong dari tadi gak lo dengerin?"
Memang apa yang mereka bicarakan? Tunggu dulu, berapa lama dia melamun menatap Arum dan sepupunya? Perasaan dia hanya sebentar.
"Sorry," balasnya. "Kemana emang?"
Erica dengan senyumnya menyentuh pundak Pra. "My place. Ready for the next party?"
Ah. Mabuk lagi? Badannya sudah terasa lelah, sedari pagi dia tak henti rapat dengan timnya untuk membahas target awal tahun. "Eum... Gimana ya, gue abis rapat seharian."
"Please dong Bay, bentar doang kok. Gak akan sampai pagi." Ajak Erica tangannya masih berpegangan pada pundak Pra.
Pra yang menyadari itu berusaha menjauhkannya, pelan-pelan. Ia tersenyum ke arah Erica. "Beneran gue capek."
Wajah Erica kian muram.
Melvin menatapnya tak percaya. "Really bro? Lo udah jarang tau kumpul sama kita-kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
(un) Match Couple [TAMAT]
ChickLitMenjadi wanita lajang dengan masa depan yang gak pasti membuat orang tua Arum gigit jari. Dari dulu ia tidak pernah mengenalkan seorang lelaki pada mereka. Namun tiba-tiba mereka mengatakan, Arum akan dijodohkan dengan seseorang. Meskipun Pradikta...