9. Janji

62 9 0
                                    

Jangan lupa vote⭐

*
*
*



"Kita langsung pulang Bun?" Tanya seorang gadis pada ibunya. Sang ibu yang sedang merapikan koper nya langsung berhenti, ia letakkan kembali baju yang sudah rapi disebelahnya.

"Iyah, hasil pemeriksaan udah keluar. Jadi, kita tinggal tebus obat setelah itu pulang." Ucap sang ibu menjelaskan.

Gadis dengan surai panjang itu mengangguk mengerti, ia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kamar.

"Syafa keluar yah Bun, mau liat Syifa dulu." Ucap Syafa pamit pada Bunda.

"Iyaa, nanti Bunda nyusul yah... Kamu hati-hati nyebrang nya." Ucap Anisa pada anak gadisnya.

Syafa yang mendapatkan izin langsung keluar dari kamar hotel, ia menyusuri lorong kamar lalu masuk kedalam lift. Menekan tombol ke lobby, lalu berjalan keluar hotel. Ia menyebrang jalan agar sampai di rumah sakit, kebetulan jarak hotel dan rumah sakit sangat dekat. Syafa tinggal menyebrang untuk sampai di pelataran rumah sakit.

Begitu masuk kedalam rumah sakit, Syafa langsung menuju kamar Syifa yang terletak di sisi kanan rumah sakit. Ia menyusuri lorong rumah sakit dan sesekali memberi senyum pada orang yang ia lihat, sampai ia didepan pintu kamar Syifa. Ia mengetuk pintu itu, lalu masuk kedalam.

Ia menutup pintu lalu berbalik melihat ranjang Syifa. Betapa terkejut nya Syafa mendapati Syifa berada dibawah, gadis itu seperti berusaha berpindah tempat dengan mengandalkan kedua tangan nya. Dengan panik dan terburu-buru, Syafa menghampiri Syifa dan membantu gadis itu untuk naik di atas ranjang rumah sakit.

Syifa terkejut bukan main ketika Syafa mengangkat nya,
"Astaghfirullah... Kakak bikin kaget tau!" Seru gadis itu memegang dada nya. Ia menghela napas nya kasar, dan menatap Syafa dengan wajah terkejut nya.
Ditatap seperti itu membuat Syafa semakin menatap tajam Syifa.

"Kamu tuh kebiasaan. Kalau jatuh panggil suster... Jangan kayak tadi, kalau kenapa-kenapa gimana?!" Protes Syafa sambil berkacak pinggang, ia kesal sekali dengan adik nya ini.
"Aku ngga jatuh kak, tapi..."
"Tapi apa?! Alasan aja kamu ih! Untung udah lepas infus, kalau belum bisa robek itu punggung tangan mu." Ucap Syafa menyela omongan Syifa. Membuat gadis dengan rambut sebahu itu memasang wajah cemberut.

Dengan wajah cemberut Syifa menatap Sang kakak yang masih dengan posisi berkacak pinggang.
"Yaudah sih, kan aku nya ga kenapa-kenapa. Nih liat, ga ada yang luka kak." Ucap Syifa sambil menyentuh hampir seluruh tubuhnya.
Melihat sang adik yang dari tadi menjawab, membuat Syafa geram. Dan dengan sekali langkah Syafa mendekati sang adik lalu menjitak kepala Syifa.

'Tak'

"Auw! Sakit tau!" Ucap Syifa memegang kening nya.
"Biar tau rasa, batu banget dibilangin. Ngejawab mulu dikasih tau dari tadi, kamu tau ngga dampak nya bakal gimana kalau kamu masih suka sepele sama kesehatan kamu?" Ucap Syafa geram, gadis itu menarik selimut yang ada dibawah kaki Syifa lalu menyelimuti kaki Syifa.

Mendengar itu Syifa bungkam, ia tidak mengatakan apapun. Gadis itu menunduk dan memperhatikan kaki nya yang tertutup selimut.
"Maaf, tadi itu aku mau ambil gelang aku yang jatuh makanya aku turun. Tapi setelah dapet gelangnya, aku ga bisa naik makanya aku kayak tadi." Ucap Syifa menjelaskan, lalu gadis itu menatap Syafa yang berdiri di samping nya.

"Aku ngga jatuh kak, aku ga papa. Ngga ada yang sakit sama sekali." Lanjut gadis itu menenangkan Syafa.
"Bener?" Tanya Syafa meyakinkan, lalu ia memperhatikan setiap inci tubuh Syifa.
"Iyah bener! Kakak ngga usah khawatir, aku oke." Jawab Syifa tersenyum.
"Terus, gelang nya mana?" Tanya Syafa memperhatikan pergelangan tangan Syifa.

Melukis SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang