14. Fakta

25 4 0
                                    

Jangan Lupa Vote⭐
dan Komen❤
*
*
*

"Haaa..." Syafa menghela napas lelah. Gadis itu duduk di bangku yang ada dipinggir lapangan, sambil sesekali memperhatikan kegiatan teman sekolahnya. Ada yang bermain bola, ada yang sekedar lewat dan sesekali menyapa dirinya yang tidak bersemangat sama sekali.

Semenjak mendengar obrolan Bunda dan Syifa beberapa hari lalu, ia tidak banyak bicara dan bahkan acuh tak acuh ketika berada di rumah maupun disekolah. Ia benar-benar merasa dibohongi, selama ini ia selalu berdoa bahkan selalu optimis tentang kesembuhan sang adik.

Tapi apa faktanya, adiknya berbohong dan tidak pernah memberitahu rasa sakitnya. Sementara Bunda, ternyata selalu berpura-pura bahwa semua baik-baik saja. Syafa merasa kecewa dengan dirinya sendiri, apakah jika ia mengetahui yang sebenarnya semua akan menjadi buruk?

Syafa kembali menghela napasnya, ia larut dalam pikirannya sampai seseorang menghampiri gadis itu.

"Hey!" Seru seseorang. Membuat Syafa mengalihkan fokus nya kearah perempuan itu, Syafa hanya menatap sekilas wajah yang dihiasi senyum manis itu.

"Kamu kenapa?" Tanya yang lebih tua. Syafa tidak menjawab, ia mengalihkan pandangannya kebawah, melihat sepatunya yang ia gesekan dengan tanah.

Perempuan dengan tampilan casual itu tersenyum kecil melihat Syafa, ia lalu memegang bahu yang lebih muda agar mau menatap dirinya.
"Ada masalah sama Bunda? Sini biar Bibi bantu ngomong." Ucap Bibi Syafa.
Syafa melepas tangan sang Bibi dari bahunya, ia tidak menjawab ucapan sang Bibi dan malah mengabaikannya.

"Kok diem? Sariawan?" Tanya yang lebih tua.
"Ck" Syafa berdecak, ia tatap sang Bibi dengan pandangan datar.
"Udah ih Bibi ngapain disini? Bukannya kerja malah keluyuran." Ucap Syafa tidak bersahabat.

"Lagian tanpa harus aku bilang, bibi pasti juga udah tau apa masalahnya. Bunda pasti cerita ke adiknya ini, Iyah kan?" Lanjut Syafa sedikit menekan kata terakhirnya. Tara, bibi Syafa terkekeh melihat respon gadis itu.

"Yah justru karena Bibi gatau, makanya nanya. Lagian dari kemaren Bibi datang ke rumah, sampai sekarang, bibi liat kamu banyak diam nya. Lagi berantem sama Bunda?" Tanya Tara penasaran.

"Ngga, biasa aja." Ucap Syafa menatap kearah lain. Tara yang melihat itu semakin menggoda Syafa.
"Tuh kan, ketahuan kamu lagi musuhan sama Bunda kan? Uluh-uluh keponakan ku tersayang, sini-sini cerita sama Bibi. Siapa tau Bibi bisa bantu." Ucap Tara.

Syafa menatap Bibi nya geli, lalu gadis itu berdiri dan meninggalkan sang Bibi.
"Heh! Bukannya dijawab malah main pergi aja, ngga sopan yah kamu. Syafa!" Ucap Tara sedikit keras, ia langsung menjadi sorotan beberapa siswa yang sedang lalu lalang.

Syafa berbalik dan memberi respon mengejek, lalu ia benar-benar meninggalkan sang Bibi yang diselimuti perasaan kesal dan malu bersamaan.

🍀🍀🍀

Dua perempuan dengan umur berbeda, duduk berhadapan dihalaman belakang rumah. Dengan meja sebagai penghalang mereka berbincang, suasana yang rimbun menemani mereka di pagi menjelang siang ini. Sang anak menatap ibunya dengan pandangan yang sulit dijelaskan, sementara sang ibu menatap anak gadisnya dengan sendu.

"Mama tau dari mana semua kesepakatan Rina sama Papa. Kenapa Mama kasih tau sama mbak Alisha?" Tanya Rina. Ia tidak habis pikir dengan tindakan sang Mama, kenapa harus diberitahu kepada Alisha.

"Mama dengar semuanya. Saat kamu ngomong sama Papa diruang kerja waktu itu, dan Mama lihat dan dengar semua percakapan kalian." Jawab Andini menatap Rina yakin.

Rina tertegun, satu fakta mengejutkan kembali ia ketahui. Setelah mengetahui bahwa sang Mama mendengar percakapannya dengan Alisha tempo hari, membuat Rina tidak habis pikir. Lalu fakta bahwa ternyata selama ini Mama memperhatikan Alisha, tapi tidak pernah bertindak atau pun peduli pada sang kakak semakin membuat Rina tidak habis pikir dengan sikap sang Mama.

Melukis SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang