21. Disini, bersama Kami

48 7 4
                                    

Jangan lupa Vote⭐

*
*
*

Ketiga gadis itu mengatur napas sejak tadi, mereka benar-benar berlari dari tempat awal menuju rumah sakit.

Syafa memegang dengkul yang rasanya seperti akan lepas saat itu juga. Rina duduk selonjoran sambil mengatur napas. Sementara Alisha, gadis itu berdiri dan memperhatikan pelataran rumah sakit dengan seksama.

"Hebat juga kita, bisa lari sampe sini." Ucap Rina, ia mulai bangkit dan membersihkan pakaiannya. Sedikit malu karena ia diperhatikan orang yang berlalu lalang.

Syafa menegakkan tubuhnya, napas nya sudah mulai teratur.
"Maaf yah, aku nya spontan langsung ajak kalian kesini." Ucap Syafa sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gapapa mbak, sekalian olahraga." Jawab Rina.

Napas mereka sudah mulai teratur, lalu Rina mendekati Alisha dan menyentuh pundaknya.

"Kenapa mbak? Ada yang sakit?" Isyarat Rina, pasalnya gadis itu hanya diam dengan wajahnya sedikit pucat.

Alisha menatap Rina, lalu menggeleng sebagai jawaban.

"Ayo masuk!" Ajak Syafa.

Ia melangkahkan kakinya menuju kedalam rumah sakit, ia memimpin jalan dan diikuti oleh kakak beradik itu.
Menyusuri lorong lantai satu, lalu berbelok kearah kiri menuju ruang ICU dimana Syifa dirawat.

Sebenarnya sejak tadi Syafa tidak mengatakan apapun, ia hanya menarik kedua gadis itu dan berlari sampai ke rumah sakit.

Sampai didepan sebuah ruangan, kakak beradik itu menatap Syafa bingung. Perasaan mereka tidak enak sejak tadi, tetapi tidak ada yang mau mengungkapkan nya. Syafa menatap pintu ruangan itu, lalu ia mengajak Alisha dan Rina duduk di bangku yang ada diseberang mereka berdiri.

"Ada apa mbak?" Tanya Rina.

Alisha diam memperhatikan Syafa, menunggu gadis itu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Syifa ada didalam." Ucap Syafa, ia menatap pintu putih itu sedih.

"Kondisi Syifa memburuk, jadi kita bawa ke rumah sakit. Udah seminggu lebih kondisi Syifa gitu-gitu aja, sampai sekarang belum ada tanda-tanda dia mau bangun." Syafa menjelaskan, ia menatap pintu putih itu menerawang.

Tiba-tiba rasanya hangat, Syafa mengalihkan pandangan nya ke kanan dan melihat Alisha menyandarkan pipinya di bahu Syafa. Gadis itu memeluk Syafa, lalu disusul Rina yang juga memeluk Syafa dari sisi kiri. Tangan Alisha tidak tinggal diam, ia mengelus punggung itu lembut, berusaha memberi kekuatan kepada gadis dengan mata sipit ini.

"Kak?" Sebuah suara terdengar.
Syafa mengalihkan pandangan nya, ia lihat Bunda berjalan kearahnya sambil membawa kantung plastik ditangan kanan.

Rina dan Alisha melepas pelukan mereka, lalu melihat Bunda mendekati mereka.
Bunda meletakkan belanjaan nya dibawah, lalu memeluk Syafa yang berdiri menyambut Bunda.

"Kamu kemana aja sih dari tadi?" Tanya Bunda khawatir, dari nada bicara terdengar frustasi karena tidak menemukan Syafa sejak tadi.

"Ngga kemana-mana Bun," jawab Syafa sekenanya.

Alisha merapatkan duduknya dengan Rina, lalu menyandarkan kepalanya di bahu sang adik. Kepalanya pusing dan telinganya berdenging, rasanya tidak nyaman.

Rina mengalihkan perhatian nya dari sepasang ibu dan anak itu ke sang kakak, ia mengelus kepala Alisha.

Bunda melepas pelukannya, matanya berkaca-kaca melihat Syafa. Sejak tadi Bunda khawatir, karena Syafa tidak terlihat dari setelah sarapan. Katanya izin hendak membuang sampah, tapi malah hari sudah gelap baru terlihat.

Melukis SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang