32. Sebuah Prestasi

17 6 0
                                    

Jangan lupa Vote⭐
dan Komen☺

*
*
*

Udah Bi?" tanya Syafa begitu Tara keluar dari kelasnya.

Tara tersenyum sambil menunjukkan rapor yang ia bawa.
Mereka beranjak meninggalkan kelas Syafa, berjalan menuruni tangga meninggalkan lantai dua ke lantai dasar.

Sesampainya diujung anak tangga, Tara melangkahkan kakinya masuk kedalam sekolah. Mereka menyusuri lorong dan melewati beberapa kelas, dan salah satunya kelas Alisha.

Syafa yang hanya diam mengikuti langkah Bibinya merasa bingung. Pasalnya ia tidak tahu tempat yang dituju Bibinya, hendak bertanya atensi teralihkan oleh seorang wanita yang berada di depan pintu sebuah kelas.

Jarak mereka semakin dekat, Syafa menarik tangan yang lebih tua.
"Bi, liat deh." ucap Syafa menunjuk ke arah kelas yang berjarak beberapa meter.

"Itu, bukannya Mama kak Alisha?" tanya Syafa pada Tara.
Yang lebih tua sedikit menyipitkan matanya agar memperjelas pandangannya,
"Masa sih?" Tara tidak yakin.

Tanpa pikir panjang, Syafa melangkah mendekati wanita yang saat ini mulai beranjak setelah berbicara dengan seorang wanita, yang Syafa yakini itu wali kelas Alisha.

"Tante? Oh, bener. Halo Tante," sapa Syafa, setelah ia memastikan bahwa yang ia lihat benar. Wanita dihadapannya saat ini adalah Tante Andini.

"Hai, udah selesai?" tanya Andini basa-basi.

Syafa tersenyum lalu mengangguk, pandangannya beralih pada sang Bibi yang saat ini menatap datar wanita yang lebih tua dihadapan mereka.

"Maaf sebelumnya, ibu benar Mama nya Alisha?" Tara bertanya, meyakinkan dirinya.

Mendengar itu Andini menatap heran Tara, lalu mengangguk dan membenarkan pertanyaan Tara.

"Bibi masa lupa sih? Kemarin kan, kita udah ketemu waktu di lift." Syafa berbisik di sebelah Tara, lalu tersenyum canggung ke arah Andini.

Tara tidak menggubris, ia berjalan mendekat kearah Andini.
"Bisa Ibu ikut saya? Ada yang mau saya sampaikan," ucap Tara masih memasang wajah datar.

"Ini pesan Alisha." lanjut Tara, pasalnya Andini tampak ragu saat diminta untuk mengikutinya.

Andini mengangguk, lalu menatap Syafa seakan bertanya.
Syafa mengangkat kedua bahunya, lalu mereka berjalan mengikuti Tara.

OoO

Perpustakaan

Begitu yang Andini baca didepan pintu sebelum masuk kedalam.
Mereka hanya diselimuti sunyi, tidak ada yang mengeluarkan suara sejak tadi.

Syafa merasa heran dengan sang Bibi, untuk apa ke perpustakaan. Bibinya ini sudah lama berhenti bekerja, apa masih ada barang yang tertinggal, atau ada hal yang belum diselesaikan?
Ia membatin dalam hati sambil tetap mengikuti langkah Bibinya.

"Duduk di sini dulu yah? Ada yang mau Bibi Ambil." Tara meminta keduanya untuk menunggu di tempat duduk, tempat biasa siswa dan siswi membaca buku.

Setelah melihat keduanya mengangguk dan mengambil posisi duduk, Tara berjalan menuju ke belakang ruangan. Meninggalkan keduanya dalam sunyi.

"Bibi kamu, orangnya emang serius gitu?" suara Andini memecah keheningan, ia menatap gadis belia di sebelahnya.

Syafa terkekeh.
"Ngga juga kok Tan, emang kadang Bibi tuh suka aneh." balas Syafa, lalu mereka terkekeh menghilangkan rasa canggung.

Tidak menunggu lama, Tara kembali membawa sebuah kardus yang lumayan besar.
Melihat Bibinya yang sedikit kesulitan, Syafa bangkit membantu membawa kardus itu ke atas meja tempat Andini duduk.

Melukis SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang