36. Kabar Duka

42 8 2
                                    

Jangan lupa Vote⭐
dan Komen☺

Part ini lebih panjang dari pada part sebelumnya, semoga suka☺

*
*
*

"Kakak?" Panggil yang sedang terbaring pada yang lebih tua di sampingnya.

Syafa bergumam lalu mendekatkan wajahnya pada sang adik, yang terdapat selang oksigen di hidungnya.
Syafa tersenyum menatap wajah cantik Syifa, ia mengelus puncuk kepalanya dengan lembut.

"Aku bahagia," ucap Syifa terdengar lirih.

Syafa mengangguk. Ia tetap menampilkan senyum manis pada sang adik, walau matanya mulai berkaca-kaca.

"Rasanya, sebentar lagi, sakit aku, hilang." Lanjut Syifa, walau sesekali napasnya tersengal.

"Iya, kakak percaya." Balas Syafa akhirnya. Ia mati-matian menahan isak tangisnya.

Syifa tersenyum sambil memejamkan matanya, memori beberapa hari lalu saat kabar gembira mengenai Alisha sampai padanya, terngiang kembali.

Waktu itu, tepat siang menjelang sore. Alisha dan Arina datang mengunjungi Syifa, dengan wajah gembira mereka menceritakan hal-hal baik yang mereka alami. Sampai cerita mengenai Papa mereka, yang mulai menerima dan bersikap baik pada Alisha.

Syafa serta Syifa yang mendengar kabar gembira itu, lantas ikut senang bersama kakak beradik itu. Namun Syifa yang saat itu baru melakukan pemeriksaan, tidak bisa memberikan reaksi bahagia nya. Ia hanya tersenyum di kursi rodanya dan dalam hati merasa bersyukur untuk Alisha.

"Kakak?" Sekali lagi Syifa memanggil Syafa, setelah ia membuka matanya.

"Kenapa? Kamu mau apa?" Tidak seperti tadi, membalas hanya dengan bergumam. Syafa menyahuti panggilan adiknya dengan pertanyaan.

"Aku mau ke taman," Syifa menjeda ucapannya.

Syafa diam, menunggu Syifa selesai berbicara. Ia sesekali mendongak mencegah air matanya mengalir deras ketika berbincang dengan Syifa.

"Sama, kak Ai. Soalnya yang kemarin, belum jadi." Syifa memberitahu Syafa.

Syafa mengatur napas nya, ia kembali memberi senyum.
"Sabar yah? Bunda lagi jemput kak Ai untuk kamu, katanya sebentar lagi sampai." Syafa memberitahu perihal Bunda yang menjemput Alisha.

Syifa mengangguk.
"Aku tunggu, sambil aku tidur yah Kak?" Izin Syifa pada sang kakak.

Syafa mengangguk.
"Iya, tidur aja. Kakak disini temenin kamu." Jawab Syafa masih betah mengusap pucuk kepala adiknya.

Syifa tersenyum, ia mulai memejamkan matanya perlahan. Namun, saat belum benar-benar terpejam ia mendengar suara Syafa sedikit tercekat, mengucapkan sesuatu.

"Tapi, kamu harus bangun lagi yah?"

Mendengar itu, Syifa tersenyum tipis lalu memejamkan matanya.

🍀🍀🍀

Rumah sakit.

Saat ini Alisha berada di depan pintu masuk. Ia terdiam sejenak sambil menggenggam erat tali tas rajut yang ia pakai, melihat orang-orang keluar masuk dengan berbagai ekspresi di wajah mereka, mulai dari yang menangis, tatapannya sedih, lelah, kecewa, tersenyum, tertawa, sampai tatapan kosong seseorang perempuan yang sampai dipapah seorang pria disebelahnya. Semua tidak luput dari pandangan Alisha.

Alisha menghela napas, ia mulai berjalan memasuki rumah sakit, menyusuri lorong dan pintu demi pintu untuk sampai diruangan Syifa.

Selama berjalan menuju ruangan Syifa, pikiran nya tidak berhenti membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kedepannya nanti.
Alisha sama seperti mereka yang datang ke rumah sakit ini, untuk tujuan nya yang sama. Ingin sembuh. Entah untuk diri mereka sendiri, atau bahkan sanak keluarga mereka.

Melukis SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang