29. Janji dan Keadaan

46 4 3
                                    

Jangan lupa Vota⭐
dan Komen ☺

*
*
*

"Ayo mbak!" Arina menarik tangan sang kakak untuk mengikuti langkahnya.

Rina tidak berlari namun langkahnya membuat Alisha sedikit kewalahan. Masih mengenakan pakaian rumah sakit Alisha diajak keluar oleh sang adik, mengatakan untuk menemaninya memenuhi janji.

Siang itu tepat dua hari setelah Rina mendengar janji antara Syafa dan Syifa, dimana Syafa menjanjikan akan menjenguk Alisha sang kakak.
Namun, karena tidak ingin membuat Syifa menunggu terlalu lama. Arina berinisiatif mengajak sang kakak yang kemarin setelah melakukan pemeriksaan untuk menemaninya memenuhi janji.

Setelah hasil pemeriksaan kemarin, dokter menyatakan bahwa Alisha secara signifikan membaik, baik dari sakit fisiknya sampai gejala trauma yang ia alami. Dan rencananya hari ini ia akan pulang karena dokter sudah mengizinkan, namun disaat ia akan mulai beberes Rina datang dan mulai mengajak Alisha untuk bisa menemaninya.

Arina sampai didepan pintu sebuah ruangan, ia mengatur napas sejenak lalu mulai mengetuk pintu. Alisha sempat bingung, ia ingat ruangan ini namun ia tidak ingat siapa yang dirawat disini.

Dan saat Alisha akan bertanya, pintu itu dibuka seorang wanita yang jika dilihat mungkin seumuran dengan Mama.

"Assalamu'alaikum Bunda." Ucap Rina sambil menyalami Bunda.

"Waalaikumsalam." Bunda membalas salam gadis itu, lalu ia mengalihkan pandangannya pada Alisha yang menatap mereka bingung.

"Apa kabar Alisha?" Isyarat Bunda tidak melunturkan senyumnya sejak tadi.

Alisha sedikit terkejut, lalu ia balas mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban. Setelah itu Bunda mempersilahkan kakak beradik itu masuk, dan dengan senyum semringah Arina membawa sang kakak ke hadapan Syifa yang masih tidak menyadari keberadaan mereka.

"Syifa? Liat nih siapa yang datang?" Bunda berjalan menghampiri si bungsu.

Mendengar itu Syifa memalingkan kepala ke asal suara, lalu matanya membulat sempurna melihat siapa yang hadir didalam ruangannya.

"Kak Alisha?!" Ucap Syifa tidak percaya.
Rasanya ia ingin bangkit dan berlari memeluk Alisha.

Melihat wajah antusias Syifa, membuat Alisha yang sejak tadi bingung mulai mengembangkan senyumnya. Ia menghampiri Syifa lalu memeluk gadis itu, ia tersenyum dengan bahagia melihat Syifa. Kenangan tentang kebersamaan mereka melintas dikepala Alisha, membuat ia sangat antusias dan rindu sekaligus.

"Kamu sehat?" Alisha bertanya dengan bahasanya, setelahnya Syifa menatap Rina untuk menerjemahkan.

Rina mengulang pertanyaan itu, dan dengan senyumnya yang cerah ia mengangguk dengan semangat.
Bunda melihat keantusiasan putrinya dengan senyum lembut, namun menatap bingung kearah Alisha.

Bunda mendekati Rina, mengajaknya keluar untuk menanyakan hal-hal yang Bunda pikirkan. Bunda pamit kepada kedua gadis yang sedang melempar senyum satu sama lain, dan meninggalkan buku catatan berserta penanya.

Sepeninggalan Bunda dan Rina keluar, Alisha menuliskan sesuatu dibuku catatan milik Bunda itu.

"Kamu udah lama dirawat?" Tulis Alisha, lalu ia menujukkan kepada Syifa.

Membaca itu kening Syifa berkerut, ia merasa ada yang aneh dengan Alisha.

"Udah lumayan lama. Tapi masa kakak lupa, padahal sebelumnya kakak sering jenguk." Ucap Syifa pelan. Ia ingin Alisha membaca gerak bibirnya, daripada harus menulis terlalu lama.

Melukis SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang