"Sesekali berbagi luka tak apa, Sadewa. Jangan membiarkannya tetap menganga tanpa tau rasanya sembuh."
—Kamar untuk Sadewa, Bagian 3.Terik matahari begitu menyengat kulit milik Sadewa. Laki laki itu tetap setia berdiri di depan tiang bendera, sama sekali tidak ada niatan kabur dari hukuman. Sebuah tarikan kecil pada ujung lengan seragamnya membuat ia menoleh. Mendapati gadis yang lebih pendek darinya itu, tengah tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapih.
"Untuk Sadewa. Nanti diminum ya!" Sadewa menatap minuman kaleng yang disodorkan oleh Aira tanpa berniat mengambilnya.
"Tidak Aira, untuk Aira saja. Jangan sering sering membelikan sesuatu untuk, Sadewa. Lebih baik uangnya Aira simpan saja ya?" Sadewa berusaha menjelaskan secara lembut takut menyinggung perasaan gadis itu. Bukan apa apa, dirinya hanya merasa tidak enak sebab Aira terlalu sering membelikannya sesuatu.
"Kenapa Sadewa menolak? Sadewa tidak suka ya?" Aira menunduk dengan bibir ditekuk, melihat itu Sadewa merasa bersalah.
"Tidak. Bukan begitu maksudnya, Aira. Sadewa hanya tidak mau, Aira terus terusan membelanjakan uang Aira untuk Sadewa."
"Aira masih punya uang lebih kok. Jadi tidak masalah, lagian Aira tulus ngasihnya."
"Iya tau Aira, tapi Aira masih minta uang saku ke orang tua kan? Aira tidak tahu kan seberapa susahnya mencari uang? Jadi kedepannya jangan terlalu sering membelanjakan uang Aira untuk Sadewa ya."Sadewa tersenyum lembut menatap gadis itu yang semakin melengkungkan bibirnya kebawah.
"Ya sudah kalau Sadewa menolak." Aira semakin menunduk, sepertinya ia ingin menangis sekarang.
Melihat itu Sadewa panik sendiri, "Ya sudah sini Sadewa terima. Tapi kapan kapan gantian Sadewa yang traktir ya?"
Aira mendongak menatap netra Sadewa yang begitu teduh. Aira berbinar lalu menyerahkan minuman kaleng itu kepada Sadewa.
"Nanti diminum ya! Aira lanjut ke sana dulu." Gadis itu berlari kecil menuju gerombolan kelasnya yang tengah berolahraga.
Kini Sadewa menatap gadis itu menjauh, secarik senyum tipis terukir dibibirnya yang tertutup masker.
"Woy! Gue liat liat ada yang lagi pdkt nih." Suara itu membuat Sadewa menoleh, mendapati Algara dan kedua temannya.
Algara merampas minuman kaleng pemberian Aira. Laki laki itu meminumnya hingga tandas. Membuat hati Sadewa merasa bersalah kepada Aira.
"Jangan, itu pemberian Aira!"
Algara tetaplah Algara, Laki laki itu menatap remeh Sadewa yang berani melawannya. Ia tersenyum miring lalu meletakan kaleng yang sudah kosong itu ke tangan Sadewa.
"Nih! Gue balikin."
"Ngapain pake masker begitu lo? Alay bener." Ujar Caleo, laki laki itu terkekeh kemudian ingin membuka paksa masker yang Sadewa gunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamar untuk Sadewa
Teen Fiction"Harusnya dulu, lo yang mati! Bukan ayah."Amar Samudera. "T-tidak apa apa, kak. Pukul Sadewa sepuas Kakak jika itu buat kakak lega. Tapi jangan teriak ya, Kak? Takut Nakala terbangun." Sadewa Samudera. "Nakala, Sadewa lelah ingin tidur di kamar juga...