7. Perihal Cemburu

681 45 6
                                    

"Perihal sedih dan bahagia, masing masing sudah tertakar. Mau sekerasnya kehidupan, Sadewa berusaha jalani dengan hati yang lapang."
-Kamar untuk Sadewa, Bagian 7.


Happy Reading
Janlup tinggalin vote & coment ya biar semangat up❤️
(Play mulmed- seluruh cinta)

Happy ReadingJanlup tinggalin vote & coment ya biar semangat up❤️(Play mulmed- seluruh cinta)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel istirahat telah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Tubuh Sadewa bersandar pada pohon di halaman belakang sekolah. Surai kecoklatannya kesana kemari tertiup angin. Sesekali menatap langit, Sadewa amati tiap lukisan awan yang Tuhan buat.

Sedetail itu, menciptakan semesta dan isinya saja Tuhan mampu. Apalagi hanya persoalan masalah Sadewa, kan?

Raga yang lelah itu kembali berfikir, Ucapan Bu Diyah beberapa waktu lalu seolah memojokkan dirinya dihadapan semua Guru, meremat telak rongga dadanya hingga sesak. Perihal gitar yang rusak, harus segera diganti. Tidak bisa menunggu sampai sebulan katanya.

Sembari merenung, Sadewa buka buku matematika milik Algara. Dikerjakannya satu persatu tiap soal tugas Algara itu dengan mudah.

"Pincang!"

Yang dipanggil menoleh, Sadewa bisa melihat Algara dan kedua temannya. Dengan lengan seragam yang digulung-menampilkan otot bisep laki laki itu.

"Mana tugas gue? Buruan mau gue kumpulin." Algara menginjak putung rokoknya, lalu beralih menoyor kepala Sadewa begitu saja.

"Hampir selesai. Satu soal lagi."

Terkekeh pelan, Caleo dan Zikri terududuk di sisi kanan dan kiri Sadewa. Mencomot begitu saja biskuit milik Sadewa yang sudah terbuka bungkusnya.

"Lama banget kerjain gitu doang! Nih gue tambahin tugas kimia kita juga." Caleo lempar tiga buku laprak kimia itu untuk Sadewa kerjakan.

Sadewa diam, ia serahkan buku milik Algara ketika selesai mengerjakan soal soal itu. Laki laki itu tersenyum puas, mengisyaratkan Caleo dan Zikri untuk segera beranjak.

Tuk!

Zikri lemparkan kaleng minuman kosong miliknya hingga mengenai kepala Sadewa. Tertawa puas bersama Caleo yang sudah menyusul Algara.

"Sorry, gue pikir tempat sampah."

"Yang kimia juga jangan lupa lo kerjain. Besok harus udah selese kalo nggak abis lo sama gue." Teriak Algara sebelum punggung itu hilang di balik koridor kelas.

Menghela nafas, Sadewa pungut kaleng bekas minuman Zikri. Melemparnya hingga sepenuhnya masuk ke tong sampah dekat sana. Kalau seperti ini tugas Sadewa jadi bertambah berkali lipat karena harus mengerjakan tugas milik mereka juga.

Sadewa kembali menatap kosong ke arah langit. Bergelut dengan berbagai riuh berisik yang berkecambuk di kepalanya. Gajiannya masih lama, lalu bagaimana caranya mengganti gitar sekolah yang rusak itu.

Kamar untuk SadewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang