Prolog

3.4K 246 9
                                    

Zeke M.T: Jam tujuh saya tunggu di penthouse.

Jessa memutar bola matanya dengan cepat. Pria itu tahu tugas Jessa belum usai, tapi sudah mengirim pesan saja. Jam tujuh? Sontak saja Jessa mengecek jam tangannya yang sekarang menunjukkan pukul 5.45. Bagaimana bisa Jessa sampai dengan cepat dengan kondisi pekerjaan yang masih menumpuk? Pekerjaannya menumpuk juga karena ulah Zeke sendiri. Kenapa meminta Jessa menyelesaikan pekerjaan untuk satu minggu kedepan? Gila sekali pria itu!

Jessa Nyra: Saya anggap itu kalimat bercanda, ya, Pak.

Jessa Nyra: Saya masih ngurus kerjaan Bapak untuk seminggu kedepan. Saya gak bisa double job sambil ngurus gairah Bapak yang lagi meletup-letup itu.

Jessa tahu bahwa semenjak bercerai dengan istrinya, Zeke tidak memiliki ruang untuk bisa melampiaskan gairahnya. Untuk itulah, ditahun ketujuh bekerja sama, Zeke menawarkan tugas lain yang memang menjamin kebutuhan hidup Jessa. Menurut pria itu, Jessa adalah kandidat kuat dan satu-satunya yang bisa pria itu percaya untuk persoalan hal seintim itu. Bagi Zeke Jessa adalah perempuan dewasa yang mampu mengurus diri sendiri hingga tidak perlu ada drama berkepanjangan untuk hidup Zeke nantinya.

Zeke M.T: Kamu kesini, nanti saya bantu.

Jessa tidak percaya dengan hal itu. Tidak mungkin Zeke akan membantunya begitu saja. Pasti ada yang pria itu rencanakan sampai bersikeras untuk mendapatkan jatahnya tanpa memaklumi pekerjaan Jessa.

Jessa Nyra: Gak bisa, Pak. Saya kesulitan bawa dokumen pentingnya nanti.

Zeke biasanya tidak akan membalas lebih jauh jika Jessa sibuk dengan pekerjaannya. Namun, kali ini pria itu masih bersikeras. Bahkan akhirnya menelepon nomor pribadi Jessa yang berada di dalam tas.

“Astaga, kamu ini nggak bisa nahan diri atau gimana?!”

Jika sudah menghubungi nomor pribadi, Jessa tidak akan memanggil pria itu dengan sebutan Bapak. Sebab jika ada pegawai yang tak sengaja lewat, pasti curiga.

“Kamu salin dokumennya untuk masuk ke drive. Sekarang sudah serba canggih, Jessa. Jangan banyak alasan. Datang atau saya batalkan semua keuntungan untuk kamu?”

Jessa menggigit bibir dalamnya dan memejamkan mata sejenak. “Oke. Aku ke sana. Awas kalo nggak dibantuin. Atau paling nggak, kalo nggak dibantu, tolong maklumi kalo kerjaannya belum selesai. Jangan diburu-buru kayak hantu.”

“Iya. Jangan cerewet. Saya tunggu.”

Setelah panggilan terputus, Jessa meletakkan ponselnya dan mendesah lelah.

“Sampai kapan gue harus begini? Tiga tahun jadi temen tidurnya bikin gue nggak punya kesempatan buat flirting sama yang lain.”

Jessa melihat wallpaper ponselnya, foto dirinya dan sang mama. Permintaan wanita tua itu kembali berkelebat di bayangan kepala Jessa. “Kapan mau serius menikah, Jess? Mama harus lihat kamu ada yang jagain sebelum Tuhan panggil.”

Jika sudah begini, sisi melankolis Jessa muncul. Sosok perempuan kuat hanya tameng yang redup jika sudah mengingat mengenai mamanya.

Lalu, ide penuh kenekatan mampir di kepalanya. Wajah Zeke-lah yang terpampang nyata seolah menjadi jalan keluar satu-satunya. Hanya pria itu. Hanya Zeke Mason Tatum yang bisa mewujudkan keinginan Jessa untuk menikah dan membuat mama Jessa bisa tenang. Namun, harus bagaimana untuk bisa menjerat hati Zeke?

Tanggung jawab ... hamil. Iya, sepertinya hanya dengan cara itu Zeke akan bertindak. Itu cara paling brutal yang akan Jessa lakukan. Namun, jika Zeke bisa dirayu tanpa harus ada kehamilan, itu justru lebih bagus.

“Oke, Jessa! Lo harus ngerayu dia mulai malam ini. Lo harus bisa!”

[Novel version yang lengkap langsung baca ke Karyakarsa 'kataromchick'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Novel version yang lengkap langsung baca ke Karyakarsa 'kataromchick'. AU version baca langsung ke Instagram freelancerauthor gratis. Happy reading!]

Merayu Hati Yang Setia / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang