3. About Her

1.2K 88 2
                                    

Zeke berdiri dengan gelisah menunggu kabar dari Jessa mengenai keadaan mama perempuan itu. Pono sudah mengirimkan pesan bahwa sopir pribadi Zeke itu sudah mengantarkan Jessa dengan selamat sampai tujuan. Jika sudah begitu, Zeke tidak punya alasan untuk mendesak Pono menyampaikan kabar yang lebih jauh lagi. Terlebih, Pono tidak akan mengikuti Jessa masuk hingga ke ruangan mama Jessa berada.

Memikirkan Jessa, Zeke tetaplah tidak akan tenang jika situasinya semacam ini. Dia memang tidak memiliki perasaan romantis pada Jessa—setidaknya begitulah yang pria itu percaya, tapi Zeke jelas menaruh rasa simpati pada Jessa yang sudah bekerja bersamanya hampir sepuluh tahun ini.

Iya, Jessa bekerja dengan Zeke diusia 19 tahun. Perempuan itu masih sangat muda saat masuk ke perusahaan Zeke. Tentu saja Jessa tidak langsung menjadi sekretaris pribadi. Ada tahapan dimana Jessa memang bekerja sebagai karyawan biasa sembari kuliah. Zeke melihat Jessa saat itu dengan bangga, karena diusia yang sangat muda, perempuan itu mampu untuk bekerja keras serta masih mementingkan melanjutkan pendidikan.

Semakin lama, Jessa yang memiliki kinerja yang baik dan tidak sungkan menyapa Zeke sebagai atasan—karena kebanyakan pegawai enggan bertatapan dengan Zeke supaya tidak mendengar ocehan khas atasan. Lalu, Jessa juga mau untuk mendengarkan keluhan Zeke. Gadis itu pula yang selalu profesional ketika dihardik di kantor, maka di luaran sudah tidak memikirkannya. Untuk itulah, begitu Jessa mendapatkan ijazah Sarjana-nya. Zeke langsung mengarahkan perempuan muda itu untuk menjadi sekretarisnya. Ya, lagi-lagi tidak langsung menguasai meja sekretaris. Jessa masih menjadi sekretaris di kantor, dan urusan pekerjaan Zeke yang rumit ada yang mengurus sendiri.

Semua proses itu akhirnya membawa Jessa menjadi sekretaris pribadi Zeke. Hanya dengan perempuan muda itu Zeke nyaman untuk mengeluarkan semua unek-unek di kepala. Serta hanya Jessa-lah yang mau untuk melebarkan telinga tanpa peduli pada masalah apa yang Zeke ceritakan. Salah satunya adalah masalah pernikahan Zeke yang terkadang meluncur begitu saja. Sebenarnya tidak banyak, sih, yang Zeke ceritakan. Dia tahu kapasitas untuk menceritakan masalah pribadinya. Hanya beberapa kali dia keceplosan menangis karena masih mencintai mantan istrinya di depan Jessa. Juga dia yang menyatakan bahwa tidak rela berpisah. Serta mengajak Jessa untuk setuju melakukan tugas tambahan yang sebenarnya aneh, tapi Zeke tidak bisa menahan dirinya sendiri. Mengajak perempuan itu menjadi pasangan monogami di atas ranjang.

Ketimbang gonta ganti pasangan yang hanya sekali didapat langsung seolah tak kenal esoknya? Lebih baik dengan satu perempuan saja yang bisa diandalkan dalam berbagai keadaan. Jessa sudah berpengalaman, itu jelas. Jessa mampu memberikan apa yang Zeke butuhkan secara perhatian dan pelayanan di ranjang. Jessa juga memiliki kehidupan yang sedikit banyak Zeke ketahui. Perempuan itu anak yatim, sangat menyayangi mamanya, dan sebelum bersama Zeke dia memang banyak mengenal laki-laki. Meski begitu, Jessa bersih, sesuai pemeriksaan yang mereka berdua lakukan. Untuk itulah tak jarang Zeke meminta untuk bermain tanpa pengaman.

Mau bagaimana? Semasa menikah dulu, Zeke sudah terbiasa berhubungan intim tanpa menggunakan pengaman apa pun. Zeke sejujurnya tak suka menggunakan kondom, rasanya aneh. Walaupun menggunakan yang setipis mungkin, tetap saja Zeke tidak nyaman. Dia adalah tipe pria yang lurus saja, dan dibesarkan oleh keluarga yang memang tidak pernah aneh-aneh. Toh, Zeke juga tidak takut jika istrinya dulu hamil berkali-kali, karena dia memiliki uang yang lebih dari cukup untuk membesarkan anak. Namun, hingga perceraian terjadi, istri Zeke tidak hamil.

Ketika tadi Jessa mengatakan bagaimana jika perempuan itu hamil jika Zeke bosan, sejujurnya Zeke sendiri takut menghadapi kenyataan bahwa dirinya bermasalah. Istrinya dulu tidak kunjung hamil, Zeke yang sering tidak ingin menggunakan kondom bersama Jessa juga menjadi tanda bahwa ada yang salah dengan Zeke, kan? Ya, memang seharusnya dia tidak melakukan self diagnosis tapi Zeke menerka-nerka saja bahwa itulah yang terjadi.

Merayu Hati Yang Setia / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang