"Suami Ibu Jessa!"
"Saya bukan—"
Ucapan Zaland untuk menyangkal nyatanya kalah cepat dengan Jessa yang langsung mengambil alih pembicaraan.
"Kenapa, ya, Sus?"
"Ini tolong diurus biaya perawatannya di bawah, konter B 2C, ya, Pak. Tolong segera. Setelah selesai, baru ditentukan Ibu Jessa menginap di ruang mana."
Jessa mengangguk dan perawat meninggalkan lembaran kertas yang sudah terisi dengan ketikan komputer. Isinya terlalu banyak istilah medis, tapi yang jelas merujuk untuk wali Jessa membayar dan baru bisa ditentukan ruang perawatan yang mana untuk perempuan itu menginap di rumah sakit.
"Maaf. Kamu jadi repot, tapi aku minta tolong, Zal. Tolong urusin ke bawah, ya. Kalo aku diizinin naik turun ranjang perawatan, aku pasti udah lakuin sendiri."
Zaland menghela napasnya. "Gue nggak keberatan, Jess. Yang bikin gue terpaksa adalah disangka suami lo."
Jessa meringis mendapati pengakuan Zaland ini. "Kamu tadi juga bilang tertarik sama aku, kan? Jadi, anggap aja ini latihan—"
"Itu pura-pura. Abang gue aslinya udah di deket kita saat itu, cuma agak gelap aja. Tapi dia pasti bisa denger kalimat gue. Pria cemburu biasanya telinganya peka banget. Cuma otaknya aja tadi yang nggak jalan."
Jessa mengibaskan tangannya, pertanda tak mau membahas mengenai Zeke. "Tolong langsung urus ke bawah aja, ya."
Zaland yang melihat itu hanya bisa mengangguk menuruti. Toh, dia juga harus bertanggung jawab untuk membiayai perawatan Jessa saat ini. Akibat ulah Zaland yang terlalu menggunakan inisiatif tinggi, yang ada malah mengacaukan kehidupan seorang wanita hingga mengalami pendarahan. Satu-satunya hal yang bisa membuat Zaland bersyukur adalah janin itu tidak gugur. Pendarahan yang dialami Jessa tidak sampai menyebabkan keguguran. Meski memang menegangkan sekali mendapati darah mengalir deras ke betis Jessa dan perempuan itu mengatakan tidak merasakan sakit saat mengalaminya.
Jessa yang ditinggal sendiri di ruangan observasi yang masih dicampur hanya bisa menghela napasnya berulang kali sembari mengurut keningnya hingga pangkal rambut. Jessa benar-benar kebingungan untuk menghadapi situasi ini. Dia baru saja dipecat. Itu artinya bukan hanya tidak bekerja sebagai sekretaris, tapi juga sebagai perempuan yang diamanatkan bisa memberikan kehangatan di ranjang Zeke. Pemasukannya juga otomatis terhenti. Pemasukan double dari pria kelewatan setia sama mantan istrinya itu berhenti, gimana ngurusin Mama sama bayi yang bakalan lahir ini?
Jessa tidak ingin melankolis mengenai perasaannya yang hancur. Lebih penting memikirkan pemasukan dari mana untuk membiayai tiga orang; dirinya sendiri, mamanya, dan calon bayi yang terus tumbuh. Mana sempat Jessa memikirkan rasa sakit hatinya setelah dia tahu saat ini tengah mengandung bayi Zeke? Baru beberapa hari lalu Jessa memikirkan untuk berhenti menggunakan kontrasepsi jenis apa pun supaya bisa menjebak Zeke, tapi urung dilakukan, sekarang dia malah dinyatakan mengandung dalam kondisi Zeke yang menggilai ucapan mantan istrinya.
"Lo nggak hubungin abang gue?"
Pertanyaan itu membangunkan Jessa dari lamunan. "Ngapain?"
Zaland kini menjadi sangat bingung. "Gue baru tahu ada reaksi perempuan yang lagi hamil, tapi nggak panik nyariin laki-laki yang harusnya tanggung jawab."
Jessa mendesah lelah. "Aku panik. Tapi bukan soal tanggung jawab kakak kamu. Aku panik karena mulai sekarang nggak ada pemasukan tetap untuk bisa diandalkan."
"Ya, justru itu lo harusnya hubungi abang gue biar dia tanggung jawab. Hidup lo sama anaknya harus dia tanggung, bukan lo sendirian."
Jessa hampir saja akan mengatakan bahwa tidak mungkin Zeke mau melakukan tanggung jawab semacam itu. Namun, dia juga memikirkan kemungkinan bahwa Zaland mungkin tidak tahu banyak mengenai perubahan sikap kakaknya yang tidak sejantan itu. Zaland pasti tidak akan percaya jika Jessa mengatakan bahwa Zeke tidak mau menikahi atau mengakui anak yang Jessa kandung, karena besar kemungkinan Zeke hanya dijebak oleh rencana Jessa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merayu Hati Yang Setia / Tamat
RomanceJessa Nyra sibuk mengurus kehidupan atasannya hingga lupa dia juga memiliki kehidupan sendiri. Sudah sepuluh tahun dia bekerja bersama pria yang cuek dan hanya sibuk menyuruh ini dan itu. Di tahun ketujuh, Jessa Nyra mendapatkan kesibukan baru: meng...