7. U-turn

1K 77 0
                                    


Raquellia terkejut dengan kedatangan putrinya dan permintaannya yang sungguh tidak terdengar masuk akal. Sebenarnya ini memang bagian yang Raquellia tunggu. Kesediaan putrinya untuk dikenalkan pada pria pilihan sang mama, tapi ada keterkejutan yang tidak bisa ditutupi oleh wanita usia lanjut itu ketika mendengar sendiri bahwa Jessa mau dikenalkan dengan anak-anak kenalan mamanya.

"Ini serius?" tanya Raquellia.

Jessa berdecak karena respon yang mamanya berikan. "Mama maunya gimana, sih? Aku nanti-nanti, Mama yang nggak sabar buat aku kenal sama cowok. Aku yang siap sedia, malah ditanya serius atau nggak."

Raquellia menggelengkan kepalanya berulang kali. Masih sangat terkejut dengan apa yang terjadi dengan putrinya. "Ini baru berapa malam, ya, Jess? Dari terakhir Mama di rumah sakit itu, kamu akhirnya berubah pikiran."

"Tujuh malam."

"Wah!!"

Jessa hampir terjengkang jika saja kursi single yang ditempatinya tidak memiliki bentuk yang kokoh. Mamanya jelas terlihat mengerikan karena bereaksi terlalu berlebihan.

"Apa, sih, Ma? Bikin kaget aja."

Raquellia berakhir berjalan mondar mandir dengan wajah yang sangat curiga. Seolah apa yang dihadapinya ini tidak nyata, dan tidak akan bisa dipercaya. Sejujurnya, jika tidak dalam kondisi kepepet, Jessa juga tidak akan datang untuk menyetujui saran mamanya untuk bertemu dengan laki-laki pilihan mamanya. Akibat niatan menjebak Zeke yang gagal, dia berakhir memilih menjebak lelaki pilihan mamanya. Semakin cepat, semakin baik. Sebelum perut Jessa semakin membesar dan mengacaukan kehidupannya lebih jauh lagi.

"Berarti Pak Ustad yang Mama bayar ilmunya ampuh! Dalam tujuh malam, akhirnya hati kamu dilembutkan dan mau setuju rencana Mama."

Jessa memutar bola matanya dengan kesal. Namun, dia tidak ingin membuat sang mama menyadari bahwa orang pintar yang dibayar sangat tidak berguna. Ini bukan akibat guna-guna yang sempurna dari manusia, melainkan rencana Tuhan yang berawal dari doa Jessa sendiri. Ucapannya yang menggunakan kehamilan untuk menjebak Zeke akhirnya dikabulkan, tapi tidak sukses, karena Zeke tidak terjebak melainkan pria lain yang nantinya akan terjebak.

"Mama, please. Jangan aneh-aneh. Kapan Mama bisa kenalin aku sama laki-laki yang udah Mama siapin? Semakin cepat semakin bagus. Supaya aku bisa milih-milih mana yang bisa aku jadikan suami. Meskipun ini mepet, tapi aku juga nggak mau asal milih."

"Oh, kamu akhirnya sadar kalo usia kamu itu udah masuk kategori mepet untuk nikah? Kamu baru sadar sekarang? Kenapa nggak dari kemarin-kemarin, waktu kamu masih 27 atau bahkan 25?"

"Oh, jadi Mama pengen aku nikah lebih awal? Emangnya dulu waktu aku usia 25, Mama udah rela kalo penghasilan aku fokus buat keluargaku sendiri? Mama rela kalo aku motong jatah buat Mama karena kebutuhan rumah tangga, khususnya anak, itu nggak sedikit dan nggak murah? Mama emangnya udah sanggup nggak ada tabungan apa-apa dan aku tinggal nikah?"

Secara ajaib Raquellia terdiam. Pembahasan mengenai uang memang tidak akan bisa membuat mama Jessa itu banyak membantah. Menjadi seorang janda, dan tidak pandai bekerja, membuat Raquellia mengandalkan putrinya dalam urusan pendapatan. Jika bukan sang putri, mereka akan tenggelam dalam kemiskinan. Karena saat ada sang suami dulu, mereka masuk dalam kategori keluarga biasa saja. Jika Jessa tidak bekerja dengan giat dan bagus, gajinya tidak akan naik, dan kemungkinan besar mereka akan menghadapi krisis ekonomi hingga menjadi berada di tingkat paling bawah secara kelas sosial.

"Udahlah ... yang satu itu kamu menang. Sekarang kita bakalan bahas soal pertemuan kamu sama anak kenalan Mama. Mama kasih dulu sosmed-nya, ya. Kamu bisa lihat-lihat yang mana aja. Nanti kalo secara fisik kamu tertarik, kamu bilang Mama. Nah, kita hubungi satu persatu dan kamu bisa nge-date beberapa kali dulu untuk tahu mana yang sekiranya cocok sama kamu."

Merayu Hati Yang Setia / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang