IF 10

8.6K 662 39
                                    

Vote dulu sebelum baca, tandain typo!!!


Happy Reading
.
.
.

Luxio membanting pintu mobilnya setelah memarkirkannya dengan dengan asal. Tanpa memperdulikan bodyguard yang berjaga di pintu mansion menyapanya, pria itu berlari tergesa-gesa menuju lantai dua ke arah kamar Silas dan Kiara.

Ketika sampai di sana, Luxio melihat Silas sedang berusaha menenangkan anaknya yang terus tantrum berteriak meminta maaf padanya dan Jeanna.

“Huhuhu aunty Je, Adel minta maaf. Adel salah” isak nya terus menangis di gendongan sang papi memberontak ingin diturunkan.

“Iya sayang, besok kita akan bertemu dengan aunty Jeanna. Sekarang Adel harus tidur ya, sayang. Kasihan mami nangis terus melihat keadaan Adel seperti ini.” Dengan sabar, Silas menenangkan anaknya agar mau fokus mendengarkannya.

“Aunty Je, Adel mau aunty Je!”

Teriakan itu terus terlontarkan dari mulut gadis kecil berumur tujuh tahun itu.

Sore tadi, setelah Adeline menangis tidak ingin pulang untuk menunggu Jeanna dalam penanganan operasi, gadis kecil itu tertidur dalam pelukan sang mami saat perjalanan pulang ke mansion D’aquilas.

Namun, tengah malam putri Silas itu melindur dalam tidurnya menggumamkan permintaan maaf hingga berakhir menangis histeris karena tidak menemukan Jeanna maupun Luxio di sekitarnya.

“Sayang, hei lihat mami. Besok ya! Besok mami janji, kita bertemu dengan aunty Jeanna. Sekarang, tidur dulu ya,  princessnya mami.” Ucap Kiara dengan lembut agar sang anak fokus menatap ke arahnya.

Hingga pandangan Adeline terfokus pada Luxio yang menatapnya khawatir dan penuh penyesalan atas perilakunya tadi sore di rumah sakit.

“Un– uncle. Adel mau uncle.”

Luxio menghampiri sang keponakan yang merentangkan kedua tangannya meminta untuk di gendong.

“Un– uncle, maafkan Adel. Adel salah… huhuhu,” isaknya dengan suara serak memeluk erat Luxio, takut akan sikap uncle nya yang membentak dia dan sang mami dengan tubuh bergetar ketakutan.

“Princessnya uncle tidak salah. Maafkan uncle sudah membuat Adel takut. Jangan begini, sayang. Lihat, Adel tidak kasihan dengan mami dan papi? Mereka sedih melihat Adel seperti ini!”

Luxio menunjuk pada kedua orang tuanya yang menatap Adeline khawatir sambil menepuk punggungnya, menenangkannya agar isak tangisnya mereda.

Wajah gadis itu memerah karena terlalu banyak menangis, dengan bibir pucatnya membuat semua orang merasa sedih dan khawatir.

“Tidak, ini semua salah Adel. Kalau saja Adel tidak memaksa membeli cake, aunty Jeanna dan Kenneth tidak akan terluka!”

“Tidak sayang, Adeline tidak bersalah. Maafkan uncle sudah membuat Adeline takut.”

“Adel memang pantas mendapatkan itu kan uncle, karena semua ini salah Adel yang nakal.”

Adeline terus menyalahkan dirinya di hadapan Luxio, terus mengatakan jika semua ini adalah kesalahannya.

“Princess, ayo tidur sama papi. Adel tidak perlu menyalahkan diri sendiri, Adel tidak sayang dengan papi dan mami melihat Adeline seperti ini!” Ujar Silas dengan raut sedihnya, berharap sang anak berhenti menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang menimpa Jeanna dan Kenneth.

“Tidak mau, tidak mau. Adeline mau bersama uncle Xio.” Adeline menggelengkan kepalanya brutal ketika Silas mencoba untuk mengambil alih dirinya pada gendongan Luxio dan memeluk erat leher uncle nya membuat pria itu terdorong oleh tarikan kuat Adeline.

INFINITY FAMILY [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang