chapter 21

4.2K 391 12
                                    

Happy reading.........

Renjun buru-buru bangkit dari tubuh Mark, dengan gelagapab menatap haechan yang masih mengernyit, jantungnya berdebar kencang, kenapa haechan harus menemukannya dalam posisi yang ambigu?!!!!.

"Apa yang kau lakukan — ah tidak — apa yang kalian lakukan disini?"

Suara haechan dingin, mata setajam elangnya menelisik antara renjun dan Mark bergantian. Renjun menelan ludah haechan pasti salah paham, pemudah Tan itu memandang Mark agak lama.

"Bukankah kau adik kelas ku? Mark Lee bukan? Yang tempo hari duduk bersama ku dan renjun dikantin?" Ujarnya dengan mata yang menyipit.

Renjun tersentak mendengar namanya sendiri disebutkan oleh haechan, dia melirik Mark yang menyrengit, gawat! Jangan sampai Mark keceplosan!!

"Uhm—" renjun berdehem keras untuk mengalihkan atensi kedua pemuda itu, "k-kau sendiri, apa yang kau lakukan disini?!".

Tanyanya kelewat cepat, haechan menaikan alisnya mendengar pertanyaan itu, tapi pemuda Tan itu tetap menjawab.

"Aku? Tentu saja aku mencari mu injuni, aku ingin kau menjelaskan kenapa kau ingin putus."

Renjun terkesiap, haechan mencarinya? Apa pemuda itu mendatangi rumahnya? Malam-malam begini?

Mark Lee yang sejak awal tadi gagal menjawab pertanyaan haechan karena diselah oleh renjun menyrengit semakin heran, dia menyahut, "kau berkencan dengan R—"

Renjun menendang tulang kering Mark kuat-kuat hingga pemuda itu meringis kesakitan, dia merampas ponselnya dari genggaman tangan Mark secepat kilat, kemudian berjalan kearah haechan dan menarik ya keluar kedai, mengabaikan seruan Mark dibelakang mereka.

Napasnya terengah jantung berdetak dengan cepat, NYARIS SAJA! Yatuhan, kapan jantung renjun bisa berhenti lari maraton?

"Jadi injuni," renjun membeku dia lolos dari situasi sebelumnya namun kini justru menghadapi situasi yang lebih krusial, rasanya seperti keluar kandang harimau masuk ke kandang beruang dua-duanya menyeramkan, renjun mergidik saat haechan melanjutkan, "kau berhutang penjelasan kepada ku, kenapa kau meminta putus?".

Renjun bungkam.

"Dan kenapa kau bisa berada di kedai itu bersama Mark, kalian saling kenal atau lebih dari itu?".

"T-tentu saja tidak!" Renjun tanpa sadar berteriak, dia menutup mulutnya dengan telapak tangan, bagaimana dia berhubungan lebih dari itu dengan Mark Lee, orang dia yang selama ini merundungnya.

"Lalu kenapa?".

Saat renjun tak kunjung menjawab, haechan menarik tangannya, "ayo iku aku."

"K-kemana?!"

Tanya renjun panik, haechan tidak menjawab dan terus menariknya mereka melewati sepanjang trotoar dan lampu jalan malam hari, mereka berakhir duduk di kursi taman yang tidak jauh dari rumah renjun.

Hening mencekam diantara mereka melebihi heningnya pemakaman, renjun mengigit bibir gelisa, dia sangat ingin kabur dari situasi ini.

"Jadi, jelaskan pada ku injuni."

Dia jelas tidak bisa mengatakan alasan sebenarnya pada haechan, dia malu merasa bersalah dan tidak tau harus berbuat apa, bagaimana harus menjelaskan semua ini pada haechan? Renjun serba salah ia terpojok oleh keadaan, dan yang bisa dilakukannya lagi-lagi hanya diam.

Disebelahnya haechan menghela napas berat, renjun bisa melihat jari-jari haechan mengepal diatas lutunya.

"Kau tau, aku sedang menahan diri untuk tidak marah, kau tidak membalas pesan ku, tidak menjawab telponku dan memutuskan ku begitu saja tanpa memberiku alasan, bahkan kau juga memblokir nomor ku" ucap haechan menohok hati renjun.

"Saat aku mencarimu kerumah mu, memencet bel berkali-kali seperti orang kesetanan dan mendapatimu tidak ada disana, aku mencari mu kesemua tempat yang mungkin kau datangi, taman, minimarket terdekat, dan kemudian aku teringat kedai hotpot, tempat pertama kali kita makan bersama, dan tebak ... Aku menemukan mu disana namun bersama orang lain."

Wajah haechan mengeras, renjun menunduk dalam, merasa bersalah.

"Pikiran ku campur aduk, berbagai macam dugaan yang tidak mau kusebutkan dan berbagai pertanyaan ribut di kepala ku, dada ku sesak melihat kau bersama yang lain bahkan baru beberapa jam sejak keputusan mu yang sepihak itu, kau tidak tau betapa aku ingin menonjok Mark sekalipun seandainya dia tidak bersalah, karena kau memutuskan ku begitu saja, dan menemukan mu bersama dia setelahnya."

Haechan mengela nafas "jadi, kumohon jelaskan padaku, beri aku satu alasan kenapa kau tiba-tiba meminta putus padahal tidak ada yang salah diantara kita"

Renjun meremt celananya, "maaf. Maafkan aku" ujarnya lirih, dia mengalihkan pandangannya kearah lain, dadanya tiba-tiba saja sesak, matanya berkaca dan dia mendongakkkan kepalanya untuk mencegah air matanya jatuh, renjun benar-benar merasa tidak berdaya.

"Maafkan aku — tapi, aku benar-benar tidak bisa menjelaskannya."

Renjun mati-matian menahan air matanya namun matanya tetap menggenangi dan merembas jatuh renjun mengusap nya cepat.

"Injuni? Astaga, kau menangis".

Haechan mengulurkan tangannya untuk menangkap wajah renjun kemudian mengusap airmata pemuda itu dengan panik, merasa bersalah saat renjun terus menerus menggumamkan kata maaf berulang kali padanya.

"Hei— tenanglah, jangan menangis" ucap haechan lembut.

Bukannya berhenti namun renjun semakin terisak hebat, bahunya bergetar dia lelah dengan semua ini, dengan kepura-puraannya menjadi seorang nerd, lelah berpura-pura menjadi orang yang anti sosia, lelah menerima perlakuan Jeno padanya, lelah dengan hukumannya, renjun ingin seperti dulu bebas bergaul dengan yang lain, bebas menjadi dirinya sendiri tanpa harus memakai topeng, namun renjun tidak tau gimana caranya, ketakutan telah melingkupinya, dan renjun bertindak begini hanya karna dia tidak ingin siapun terluka.

Haechan menariknya kedalam dekapannya, mengusap kepala renjun lembut sekalipun batinya bertanya-tanya, apa yang salah, namun haechan menyadari bahwa yang terpenting saat ini adalah pemuda yang sedang menangis didalam dekapannya.

"Maaf. maafkan aku, tidak apa jika kau tidak ingin bercerita, menangislah, keluarkan semuanya, aku disini bersama mu"

Maka renjun memeluk haechan erat, menumpahkan bebannya di bahu pemuda Tan itu, sementara haechan terus mengusap kepalanya, menenangkannya dengan sentuhan halus dan ribuan kata-kata semua akan baik-baik saja.

Namun benarkah itu?

Lee Jeno melihat pemandangan itu dari jauh dengan jari-jari mengepal kuat.








TBC ..........

⭐💬

VIRTUAL - Hyuckren  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang