14. Libur Semester

21 9 22
                                    

---

Sudah satu tahun berjalan, untunglah Karang tak banyak masalah. Mungkin hanya bertengkar kecil dengan Wulan.

Bahkan Karang sudah mulai mau menurunkan sedikit sisi keras kepalanya itu. Sekarang Karang bahkan memiliki teman-teman baru.

"Ra! Aza ikut ke kantin, ya?" Khanza itu namanya, meu lebih akrab? Sebut saja Aza.

Keduanya berteman sejak masa orientasi MABA. Bukan hal mudah bagi mereka sampai bisa berteman seperti ini, sisi keras kepala milk Karang bertemu dengan sisi random milik Khanza.

"Iya," Karang masih sibuk berkutat dengan catatannya. "Tapi rada lamaan dikit, ya? Aku belum selesai nyatet materi nih, kamu semangat banget sih, Za. Kita aja beda jurusan. Kamu gak bareng kembaranmu itu?" Tanya Karang masih tetap fokus pada catatannya.

"Oh, Juan? Udah duluan bareng temennya. Aza udah bilang mau bareng Ara. Kalau Hanni bareng Juan aja katanya." Khanza menjelaskan panjang lebar dan hanya mendapat anggukan kepala dari Karang.

"Raa Aza pinjem HP nya dong!" Khanza merebut handphone milik Karang paksa. Untunglah Karang sudah mulai terbiasa dengan perlakuan Khanza, paling-paling anak itu hanya ingin bermain permainan online di dalam sana.

"Sandinya apa?" Tanya Khanza lagi. Padahal sudah berkali-kali Karang memberitahunya tapi temannya satu ini selalu bertanya, apa semudah itu ia melupakan sesuatu?

"ManggAman," Balas Karang masih sibuk mencatat. "Huruf M nya besar, terus huruf A setelag G nya besar juga." Karang memperjals kata sandi handpone-nya.

"Owkey!" Khanza mulai membuka kata sandi dan memainkan handphone Karang.

Khanza menyukai Jakarta, sama seperti Karang bedanya Khanza punya rahasianya sendiri bersama Jakarta. Sedangkan Karang menyukai Jakarta karena disinilah ia merasa bebas, walau ia merindukan Kakaknya.

Sudah sekitar sepuluh menit berlalau, Khanza mulai bosan.

"Hufft."

"Raa.. Udah yuu, laperr.." Khanza mulai kesal dengan Karang yang terlalu fokus dengan catatannya.

"Ck. Iya-iyaa, maaf.." Karang bangkit dari duduknya dan menggandeng tangan Khanza untuk ikut bersamanya.

"Aku mau siomaynya Kang Maman!" Ucap Karang bersemangat. Diantara banyaknya jajanan kampus, Karang paling menyukai siomay kang Maman.

"Aza mau dimsum!" Aza ikut heboh di koridor kampus.

"Dimsum mulu, gak bosen?" Tanya Karang sembari terkikik geli.

"Siomay mulu, gak bosen? Hehehe.." Aza meniru ucapan Karang dan ikut tertawa.

"Ya aku kalo bosen belinya Mangga. Mangga udah gak musim, Za. Jadi siomay Kang Maman dulu." Karang mulai beralibi agar tidak disalahkan.

"Oh, iya-ya.." Gumam Khanza yang menghentikan obrolan mereka berdua.

Sesampainya di kantin, ternyata kantin masih terlalu padat, Karang dan Khanza kebingungan mencari tempat duduk akhirnya mereka memutuskan untuk berpecah menjadi dua, Karang memesan makanan sedangkan Khanza mencari tempat duduk.

Setelah berkeliling cukup lama, akhirnya Khanza menemukan tempat kosong diujung kantin, tidak terlalu mencolok. Cocok untuk mereka berdua.

Karang datang dengan siomay juga dimsum , disambut baik oleh Khanza dan mereka mulai makan bersama.

"Oh ya, Ra. Kamu libur semester mau pulang atau tetep di Jakarta?" Tanya Khanza ditengah kegiatannya memakan dimsum.

"Pulang, lah. Gini-gini anak rantau kangen Kakak sama Ibu." Karang menatap kerumunan anak-anak lain di kantin. Ramai.

Karang melamun. Apa hanya dirinya yang merindukan Kakak juga Ibunya? Belakangan ini ia jarang mendapatkan telepon, ia juga belum sempat menelepon karena belakangan ini sedang banyak tugas.

Teringat saat terakhir kali ia menelepon Kakaknya, yang berakhir mendapatkan amarah dari Ayah.

"Jangan telepon nomor ini lagi!"

Yah, mungkin itu yang Karang ingat sampai hari ini.

"Ra."

"Raa!"

Sudah kesekian kalinya Khanza memanggil Karang, namun ternyata Karang terlalu tenggelam dalam dunianya, sampai tak mendengar panggilan dari Khanza.

"H-ha? Apa?" Karang menatap Khanza terkejut. "Sorry.."

"Iya gak papa.. Kenapa sih, Ra? Kalo ada masalah bilang sama Aza." Khanza menggenggam tangan Karang yang menganggur disebelah piring siomay.

"Gak papa, banyak tugas jadi pusing." Bohong. Siapa yang bisa mendeteksi kebohongan Karang? Hanya Aman yang tau Karang berbohong.

"Kalo Aza niatnya mau liburan sama keluarga! Kalau Ara gak pulang kampung, ikut Aza aja sama Keluarga Aza." Ajak Khanza semangat.

"Enggak ah, ngerepotin yang ada." Karang kembali menghanbiskan siomay yang tersisa. "Lagian aku beneran mau pulang, Ibu pastti kangen sama aku." Sambungnya lagi sembari tersenyum lebar.

"Ohh, yaudah hati-hati!" Khanza kembali sibuk memakan dimsumnya. Lahap sekali di mata Karang.

"Eh, bentar ya, Za. Ada telepon." Karang sedikit menjauh dari Khanza dan segera mengangkat panggilan suara tersebut.

"Halo? Kak Aman sehat?" Tanya Karang memulai percakapan.

"Kakakmu gak ada. Semester ini jangan datang ke rumahku lagi. Lebih baik lagi jangan pernah datang lagi kesini!"

Karang begitu terkejut kala mengetahui bahwa yang meneleponnya adalah sang Ayah. Tapi lebih dari itu semua, Karang lebih merasa kesal dan marah karena ucapan Ayahnya.

"Karang tetep mau pulang." Karang berucap datar, tak peduli bila disebrang sana Ayah mulai kesal.

"Jangan berani-berani datang! SAYA SUDAH BILANG, KAN? KAMU BUKAN ANAK SAYA!" Ayah berteriak dengan nada tinggi dari sambungan telepon.

"Karang juga udah bilang, kan? Karang cuman punya Kakak dan Ibu, bukan Ayah. Jadi jangan atur Karang."

"JANGAN BERANI-BERANI DATANG! ATAU SAYA AKAN BAWA IBU DAN KAKAKMU ITU PERGI DARI RUMAH INI! KE TEMPAT YANG BAHKAN GAK KAMU KENALI! SEKALI KAMU BERUSAHA DATANG KE SINI, HABIS SEMUANYA, KARANG!" Ayah mematikan panggilan telepon sepihak.

Karang kembali ke tempat duduknya bersama Khanza. Ah, lupakan saja soal yang barusan. Melelahkan.

Bohong kalau Karang tidak kepikiran. Pikirannya dipenuhi ucapan Ayah juga rencananya yang seolah hangus.

"Kenapa, Ra?" Tanya Khanza kala mendapati raut wajah temannya sedikit suram.

"Enggak, aku udah bilang, kan? Banyak tugas, Zaa.." Karang menghela napas lelah.

Sepertinya kali ini ia harus mengalah, semoga dengan begini Ayah bisa mulai menerimanya. Mengalah sebentar, Ayah pasti akan mengerti dirinya.

Kali ini, Karang memutuskan untuk tidak pulang ke rumah untuk melepas rindu pada dua orang tercintanya.



















































Haiii.. aku up!!!!! AKU MAU KEJAR TARGET! MESKI SEDANG SAKIT SAKITAN! WHWHWHWHW.

Ohh iya, Buat yang nenye-nenye Khanza siapa?? kalian bisa langsung baca cerita khususnya di akun pinklyplacewr yaa, dia punya problematika idup yang jauh lebi rumit dari Karang lhoo!!! BURAN BACA ATO AKU CORET DARI KK!

Vote kamu angat berarti untuk kami

Karang & HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang