Langkah serius.

1.7K 189 76
                                    

Hari-hari mereka berlanjut, manis seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari mereka berlanjut, manis seperti biasa.

Dan tiba juga pada akhirnya hari ini ya, Jungkook memperhatikan intens manisnya itu dari pintu kamar yang sengaja dibuka. Kedua tangan dilipat depan dada,

Eunha hela nafasnya panjang di depan cermin meja rias, dibuang perlahan;

"Ngapain gugup lho?"

"Gak,"

"Keliatan,"

"Gugup juga wajar."

Eunha oles lipstik jadi step terakhir riasan, semprot parfum untuk sentuhan akhir.

"Aku lebih gugup ketemu adekmu,"

"Masa?"

"Agak takut sama orang jutek, tapi udah terlatih tiap hari sih."

Bicara sarkatis, nada sindiran. Dan Jungkook telak kena sindir, sedikit mendecih lalu mendekat menghampiri.

Hari ini rencana ketemu Ibu tercinta, gak sabar rasanya karena ajak yang tersayang. Tapi Jungkook rasa kasihan sedikit, manisnya itu kentara sekali gelisah, gestur gugup yang berusaha disembunyikan setengah mati.

"Mau peluk dulu?" Ini Jungkook, beri tawaran kurang ajar.

"Boleh,"

"Berapa lama?"

"10 detik cukup,"

"Oke, 5 menit. Sini,"

"Seenaknya."

Tapi Eunha mendekat, mengubur jarak, saling peluk menyalurkan rasa nyaman. Rambut Eunha dielus lembut sekali, Jungkook beri kecupan sekilas di pucuk  kepala.

Recharge dulu, hilangin rasa ragu.









;

"Oh, cantikku. Maaf ya kalo Ibu sempat bikin salah paham,"

Bahu Eunha dapat elusan halus dari wanita yang duduk di sebelahnya, kerutan halus yang bertambah di wajah sedikit buat perbedaan, sejak terakhir bertemu.

Eunha senyum manis yang sopan sekali,

"Dan kata-kata Ibu membebani dia sekali lho,"

Jungkook berujar datar, Ibu tatap menyalang anak pemudanya di depan dia.

"Kamu bicara yang ngga-nggak, ya?"

"Mana ada,"

"Maksud Ibu 'kan gak gitu."


Ya, gak gitu. Dan Eunha total paham, kok.

Inti dari segala inti, bukan Ibu tidak beri restu atau tidak suka sama Eunha. Sedikitnya, Ibu agak takut kejadian masa lalu terulang. Siapa yang gak iba liat anaknya gak berselera hidup karena putus cinta.

Aduh, picisan sekali.

Padahal Jungkook dari dulu ya santai, malas ngapa-ngapain juga wajar, putus cinta kan terkadang memang merepotkan, dan bisa sembuh sendiri oleh waktu.

"Sekali lagi Ibu minta maaf ya, cantik,"

Eunha menggeleng cepat, "Aduh, Ibu jangan minta maaf terus. Ibu berpikiran seperti itu juga karena ulah aku sendiri dulu,"

"Jungkook juga," kali ini fokus Ibu kembali ke Jungkook yang santai cemilin kacang goreng,

"Aku apa?"

"Ngapain sok gak nolak pas diputusin kalo ujungnya di rumah galau persis gila,"

"Kok jadi aku yang salah lho?"

"Eunha minta putus juga pasti karena ulah kamu dulu, kan. Dasar bocah, belajar lagi sana ngertiin perempuan,"

Jungkook putar bola mata malas, Eunha disini bingung total harus bereaksi seperti apa. Sedikit rumit, tapi merasa lega, inti masalahnya udah ketemu.

Sekarang fokusnya jadi nontonin Ibu dan anak ini saling adu argumen, ck.

"Terus tujuan kamu ke depan gimana? Jangan mainin anak orang,"

"Yang mainin juga siapa,"

"Liat, kan? Sikapnya masih kaya bocah,"

"Jelas, Bu. Tujuan aku jelas sama Eunha,"

"Ya udah lamar, lama lho."

Jungkook dan Eunha saling tatap heran, lalu Ibu melenggang menuju dapur untuk siapin makanan.

Eunha gak prediksi dapat sambutan hangat semacam ini, memang segalanya tuh harus diliat dari sudut pandang yang berbeda ya agar gak ada kesalah pahaman yang tercipta.










;

"Maaf ya soal sikap Ibu."

Posisi kelewat santai, taman belakang rumah jadi latar obrolan mereka sekarang. Tamannya cukup luas dan asri, Ibu pandai urus. Berbagai macam jenis bunga tumbuh cantik, manjain mata.

Rumah baru yang Jungkook belikan memang lebih luas dari rumah dulu, Ibu memanfaatkan halaman belakang yang kosong jadi spot favoritnya,

Eunha betah duduk santai di kursi panjang taman bunga buatan Ibu.

Sedangkan Jungkook, tidurin kepala kurang ajar di pangkuan manisnya, kakinya menjuntai melewati kursi.

"Emang Ibu kenapa?"

"Menurutmu Ibu gimana?"

Hening sejenak, Eunha bergumam pelan, sesekali elus lembut rambut cowoknya, Jungkook telak rasa nyaman dan ngantuk.

"Awalnya sempet bikin sedih banget sih waktu kamu cerita itu, tapi setelah tau, aku ngerti kok arah omongan Ibu, mungkin kamu tanggapinnya terlalu berlebihan, By."

"Ya aku gak suka Ibu ngomong gitu, bahkan sempat bilang gak usah balik sama kamu,"

"Itu karena Ibu sayang sama kamu,"

"Ya aku sayangnya sama kamu,"

"Gak sayang Ibu?"

"Ya sayang. Beda konteks lho,"

Eunha terkekeh kecil, sentil hidung mancung pacarnya itu. Udah gak ada lagi perasaan mengganjal soal restu, rasanya sejuk sekali.

"Omong-omong, progress restoku kayanya 50% lagi bisa jalan,"

"Oh, ya? Aku jadi makin excited,"

Jungkook mengangguk sekedar tanggapin, "Kalo semisal semua udah beres, kamu siap gak aku ajak nikah?"

Sedikit terkejut tapi memang sudah sewajarnya hubungan mereka dibahas ke tahap yang lebih serius, Eunha santai tanggapin;

"Kamu sendiri gimana, By?"

"Kapan aja aku udah siap,"

"Yakin banget? Menikah untuk seumur hidup lho,"

"Aku yakin karena memang orangnya kamu, Na. Kalo bukan kamu, gak tau."

"Aduh, hatiku,"

"Ck," Jungkook mendecih jengah, "ㅡtapi semua keputusan aku serahin ke kamu. Semisal, kamu ada goal yang mau diachieve dulu sebelum menikah, aku siap tunggu."

"Satu-satunya goal yang mau aku achieve ya menikah sama kamu, By,"

"Oke, nikah, besok."


















ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
pembahasannya udah nikah aja, bos

btw, makasih yang masih stay dan baca Ace ya
semoga masih bisa sabar wkwk
tamat bentar lagi, yeay

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ace.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang