Chapter 07.

33 11 0
                                    

Olivia perlahan membuka Pintunya, setelah pintu itu terbuka ia melihat Velly sedang menulis sesuatu di meja nya dengan tangan kiri yang mengepal menopang kepalanya. Wajahnya yang tenang, bibirnya yang berwarna merah, rambutnya yang di ikat dengan menyisakan poni samping kanan kiri, dan kemeja putih yang menutupi badan nya. indah banget ciptaan Tuhan yang ini. Olivia menutup kembali pintu nya, mendekat ke tempat Velly dan memberi hormat. "selamat malam, Nona Duchess." Velly mengalihkan sudut matanya untuk melihat Olivia, matanya berkedip sekali. Dan kembali menatap kertas yang ia kerjakan di meja nya. "letakkan di meja sana." Olivia mengangguk, dan berhenti sebentar. Kacamata yang ada di sudut meja depannya itu bukankah kacamata nya? tidak mungkin juga kalau Velly menggunakan kacamata, penglihatannya masih sehat paripurna. Olivia berjalan ke meja yang di maksud Velly, mengeluarkan mangkuk dari kotak makan dan menaruh nya di meja. Setelah itu ia hendak keluar, "tunggu, tidak ada yang menyuruh mu keluar dari sini." ya ya, Oliviaaa. Olivia berbalik badan, Velly mengangkat pandangan nya untuk melihat Olivia "kamu ingin membuat ku kehausan? siapkan juga air untukku." manja. batin Olivia berucap kebablasan. Olivia segera mengangguk, dan ia hendak membuka pintu tetapi suara Velly menghentikan nya "teko air ada disamping
mejaku. untuk apa kau keluar" pandangan Velly tetap fokus pada lembaran politik nya.

Olivia berbalik, "maaf Nona, saya tidak tahu." Olivia berjalan ke meja dimana teko itu berada. Ia membawa teko dan gelas nya ke meja yang ada mangkuk hutspot, menuangkan air dari teko itu ke gelas dan menaruh teko itu juga di meja. Olivia berdiri dan memberi hormat, "saya pamit, Nona Duchess." Pamit Olivia yang kemudian pergi dari ruangan. Di luar ruangan kerja Velly, Olivia masih berpikir bagaimana dia mengambil kacamata yang berada di meja Velly. dia sudah seratus persen yakin kalau itu adalah kacamata milik nya. Ia duduk di sofa yang berada di depan ruangan, jaringan mengetuk ngetuk dagu nya memikirkan sebuah ide. "masa harus diem diem masuk, kan gamungkin. pintu nya aja segede gaban." ia masih memikirkan cara sampai ia berjalan dari lorong paviliun ke depan pintu dan keluar dari paviliun. Ia berniat bertanya kepada prajurit, "kapan Nona Duchess tidur hari ini?"
"karena lembaran politik yang diberi kepada Nona Duchess hanya 13% kemungkinan Ia akan tidur 30 menit lagi. dikarenakan besok Nona Duchess akan ada pertemuan dengan petinggi kerajaan." Olivia mengangguk, dengan wajah penuh keyakinan nya "tunggu sampai 50 menit ke depan disini." prajurit mengangguk, sedangkan Olivia kembali masuk ke dalam paviliun. Di dalam ia juga bingung harus melakukan apa sampai 50 menit kedepan, tiba tiba matanya tertuju pada karpet yang tergelar megah di tangga. Insting nya berjalan ke arah tangga, bahkan sekarang ia sudah menaiki 3 anak tangga. Baiklah, daripada bosan menunggu mari cek apa yang ada di lantai 2 paviliun. Sekarang ia ada di halaman lantai atas, matanya di manja manja dengan arsitek dan corak corak paviliun ini. Olivia berjalan mengikuti lintasan halaman sampai ia bertemu dengan 3 lorong yang berbeda, ia pergi ke lorong depannya, dan disana ia melihat perpustakaan bangsawan yang sangat megah. Cat nya yang berwarna putih bercorak garis emas pada rak buku, tak lupa lukisan hias orang orang Romawi Suci di atap atas nya.

Olivia menuruni tangga yang pas pasan di depannya, oh astaga benar benar surga banget untuk Olivia yang akhir akhir ini suka membaca. Ia mengambil satu buku dan membaca nya di ruangan baca samping rak yang ia ambil buku itu. 20 menit, 10 menit, dan terakhir 5 menit Olivia membaca 4 buku yang berbeda. "eh ini sudah jam berapa" Olivia menengok ke jam yang barada di rak paling besar, "telat 5 menit ya" Olivia kembali merapikan dan meletakkan buku buku itu. Ia keluar dari lorong, turun dari tangga dan masuk ke ruangan depan ruangan kerja Velly. Ia membuang napasnya lesu, "kenapa gak ada jendela" wajahnya memelas, ia perlahan mendorong pintu yang sebelah kiri, karena pintu ruangan ini dua pintu. pelan pelan Olivia dorong, sampai membuka sedikit cela ternyata masih ada Velly di meja nya. Tetapi ia tertidur, oh Ya ampun ini kesempatan. ia membiarkan cela pintu itu sedikit, dan masuk ke cela itu, ia melepas sandalnya untuk menahan pintunya. takutnya nanti tertutup. Dengan langkah yang sangat pelan, Olivia mendekati meja Velly. syukur syukur kacamata nya masih di tempat yang sama. Olivia dengan hati hati mengambil kacamata itu, sebisa mungkin tanpa ada suara. Setelah kacamata nya sudah berada di tangan nya hatinya berteriak gembira.

I can't enough see ur faceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang