Chapter 09.

35 7 1
                                    

Olivia dan Velly baru saja sampai di istana. Olivia pergi lebih dulu ke kamar nya, mengunci pintu, dan masuk ke area ranjang melompat ke sana. Gila, gila, gila. "apa maksud nya dia mencium pipiku, bahkan mengambil noda yang ada dipipiku." Olivia mengigit bibir bawahnya kesal, "wanita gila." dia terus saja memanggil Velly dengan sebutan 'gila' kesal, marah, bingung. Tetapi tiba tiba wajahnya memerah, mengingat saat Velly melakukan nya tadi, itu juga membuat Olivia semakin kesal. Bahkan merasa kalau dirinya menjadi kepiting rebus.

Tok - Tok

"Lady Olivia, Nyonya Duchess memanggil anda. Mari saya antarkan" Laylha, pelayan pribadinya. "ah iya sebentar" Olivia langsung bangun menuju cermin, membenarkan aksesoris rambutnya yang sedikit berantakan, juga memberi sedikit pewarna di bibir nya. Dia membuka pintu kamar, tersenyum kepada Laylha yang menyambut nya dengan senyuman juga. Keduanya berjalan ke arah yang sama dengan Olivia yang di belakang Laylha. Mereka sampai di salah satu aula istana, yang terdapat banyak kursi dan meja, mereka kemudian masih sedikit maju ke arah pintu kaca, buram buram Olivia lihat, saat sudah sepenuhnya terlihat ia melihat paman Bill dan Velly yang duduk saling berhadapan. "Nyonya." hormat Laylha pada Velly, Velly mengisyaratkan Laylha untuk pergi meninggalkan tempat. Dengan patuh Laylha menuruti. Olivia juga segera duduk di samping paman Bill, Velly kemudian berdiri berjalan menuju pintu keluar aula, tetapi berhenti. Ia sedikit menengokkan kepala nya kebelakang, "tata krama mu sebagai seorang lady dan seorang keluarga kerajaan sangat kurang. Belajar lah lebih lagi dengan Tuan jaeth, Nyonya Eishe." Velly kembali meluruskan pandangan nya kedepan, ia berjalan dengan langkah nya yang lebar keluar aula. "dimana kacamata mu Olivia?" Bill bertanya setelah ia melihat dari awal Olivia datang, "ah ohh, ada di kamar paman. Ibu permaisuri tidak mengizinkan ku memakai nya." jujur Olivia, "lalu kalau penglihatan mu semakin buruk bagaimana?" Bill dengan khawatir memegang kedua pundak Olivia, dan melihat bola mata Olivia yang sangat coklat bak seorang wanita dengan jutaan pemanis dari matanya. "paman, ibu permaisuri sudah memberi ku racikan obat yang bermanfaat untuk mengurangi penglihatan buruk"

"kapan?"
"hmm, saat malam pertama dengan Nyonya Duchess."

*Flashback

Olivia berjalan ke arah kamar yang dimana dia akan memulai kehidupan nya sebagai salah satu anggota kerajaan disini. Olivia di iringi oleh kedua adiknya, Deyllyne dan Dhea. Mereka berdua berjalan di belakang Olivia mengangkat ekor dress Olivia, pintu emas dengan corak merak serta manik manik Yunani yang ada di kaca pintu, merupakan kamar tidur Olivia dan Velly yang sudah resmi menjadi pasangan hidup. "kak, selamat ya" sekali lagi, dhea memeluk kakak nya untuk menikmati kehidupan nya yang sekarang. Olivia tersenyum, beralih menatap Deyllyne, kedua mata mereka bertemu, tetapi keduanya hanya tersenyum; masih canggung. "kalian berdua sudah boleh pergi. terimakasih" Dhea dan Deyllyne mengangguk, saling berbalik membelakangi Olivia dan pergi. Olivia memasuki kamar, mendorong pintu besar itu dengan kedua tangannya. Berjalan di atas karpet yang menuju area ranjang nya yang terbatas dengan tirai. Mereka semua menghias nya dengan sangat indah. Lilin lilin yang ada di lentera, bunga bunga di karpet merah, dan hiasan cinta lainnya membuat mata Olivia berbinar. Saat Olivia akan memasuki area ranjang, permaisuri muwan datang dengan dua pelayan di samping nya membawa sesuatu di atas nampan, "Olivia" Olivia segera berbalik badan, menarik ekor dress nya ke belakang tubuh supaya tidak menganggu. "ibu permaisuri" Olivia memberi hormat layaknya seorang menantu yang amat menghormati kedatangan ibu mertua nya, Muwan tersenyum. Mengusap perlahan kepala Olivia "aku dengar, penglihatan mu buruk ya? apa terlalu buruk untuk melihat, nak?" Olivia mengangguk, "iya ibu. melihat sesuatu dari jauh membuat kepala ku pusing dan penglihatan nya juga buram. tetapi, jika berdekatan seperti ini sedikit terlihat." Muwan mengangguk, berbalik kebelakang, tempat dua pelayan nya berdiri, muwan memberikan suruhan untuk dua pelayan nya memberikan dua nampan itu di masing masing tangan mereka, "ini adalah racikan obat untuk memulihkan penglihatan mu. Sebagai seorang Lady, dia harus sempurna. Apalagi, kau baru saja di angkat menjadi anggota kerajaan." Olivia tersenyum, mengangguk patuh.

I can't enough see ur faceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang