Chapter 06.

47 10 0
                                    

"menurut perkiraan kalender sekte, 3 minggu ke depan adalah kampanye tanding tahunan sekte Veldman, sudah ada 900 murid terdaftar, 1500 prajurit lama, dan 89 prajurit inti. ada 18 sekte kerajaan luar Adjahaag di seluruh negeri Jhandraam." Velly mengangguk, Ia kemudian meraih berkas berkas di depannya, ia menulis sesuatu di kertas itu. "baiklah, rapat sudah selesai." ia berdiri dan menatap tetua sekte, "siapkan semuanya dalam waktu minggu kedepan" semua petinggi sekte Veldman patuh mengangguk dan memberi hormat dengan seksama. Velly pergi meninggalkan ruangan, diikuti penasihatnya dibelakang. Arena utama kamp dipenuhi dengan para prajurit yang saling bertarung latihan, Velly melihat nya dari tempat khusus para petinggi, dari bawah tempat itu kewibaan Velly bersinar terang.

Seseorang dengan seragam prajurit baru sedang memukul boneka tarung, tubuhnya di kucurkan keringat nya yang kuyup. "Aku pasti akan membawa mu kembali Olivia!" ia berteriak dalam hatinya, menguatkan pukulannya dan mengeluarkan semua tenaga, boneka tarung menjadi pelampiasan amarah nya. "hey bocah, semangat banget sih" laki laki yang terlihat lebih tua dari nya menyikut pundak nya, "aduh serius banget" memang dari awal ia menyikut laki laki yang masih sibuk memukul boneka tarung ia tidak dihiraukan. "Erictha Adfaras, aku mengajakmu bicara loh bocah ingusan"

"hey" bentaknya berhenti memukul, "sehari saja bisa tidak, berhenti mengganggu ku senior?" benar, laki laki itu adalah eric. laki laki yang sangat dicintai Olivia, begitupun sebaliknya. apa tujuan nya menjadi prajurit di istana Adjahaag? entahlah, dia punya tujuan yang jelas. Tiao Xu, prajurit dalam Adjahaag yang memimpin asrama Eric tinggal, sekaligus senior seperjuangan. "lukisan yang ku temukan di bawah bantalmu itu lukisan mu?" Eric hanya mengangguk sembari membenarkan posisi boneka tarung, Tiao berdecih kesal karena merasa tidak di anggap. "percuma kalau latihan sekeras ini tanpa guru. pergilah ke madium papan kamp, daftarkan namamu di nama tetua yang ada di papan." Tiao kemudian pergi meninggalkan kamp utama tanpa berpamitan. Benar! ternyata dia lupa melakukan saran senior Tiao. Ia berlari ke Madium papan kamp dan mendaftarkan nama nya di salah satu tetua.

"Olivia, seminggu lagi kamu akan menikah nak. sudah disiapkan?" Bill berjalan mendekati sofa yang diduduki Olivia, ia juga duduk disamping wanita itu. Olivia mengangguk. "ketua pelayan yang akan menyiapkan nya." Bill menatap wajah Olivia, terlihat jelas wajahnya yang sedih. Apalagi sekarang dia sudah sangat jauh dengan keluarga nya dan sering menghabiskan waktu bersama Bill. Bill berinisiatif mengusap kepala Olivia dengan lembut, "kau tidak perlu khawatir. kapanpun kau ditindas keluarga Deerberg, aku akan selalu menjadi tameng dan rumah mu kembali." apa apaan paman Bill, ucapannya membuat Olivia semakin sedih tahu. Olivia mengangguk semangat. "paman, datanglah di acara pernikahan ku. Jadilah waliku paman, aku yakin ayahku tidak akan datang" ia menggeleng menunduk. Ayahnya dan emperor sekarang masih berada di luar Adjahaag, masih masalah bisnis. Selain jadwal nya yang padat, jadwal mereka juga panjang. "ya sudah. sekarang bukannya kau ada jadwal bimbingan dengan Rafferty?" Olivia mengangguk dan kemudian menggeleng, membuat Bill mengkerutkan dahi nya bingung, "aku bilang padanya libur dulu. tapi aku sudah memberikan dia pekerjaan rumah." ia meregangkan tangannya dan berdiri akan kembali ke kamar nya "Laylha bilang aku tidak boleh keluar rumah. harus perawatan dan harus sehat" jelas Olivia yang terlihat melas dan lesu. Astaga, dimana energi semangat mu Olivia.

Punggung Olivia sudah hilang dari depan Bill, ia kemudian pergi ke halaman rumahnya menyirami rerumputan. Di bawa sinar matahari, rasanya segar saat melihat rumput liar di halaman rumah nya di sirami air.

Di dalam kereta kuda, Velly baru saja mengisi beberapa lembaran yang harus di isi olehnya. Menuangkan teh hangat dari teko ke cangkir dan kemudian ia minum. Kereta kuda berhenti, membuat Velly berhenti meminum lanjut teh nya. Karena sedikit penasaran, ia membuka tirai jendela di samping nya. Oh astaga, ia terjebak macet di pusat kota Adjahaag. saat melihat lihat kendaraan yang berada di samping kereta kuda milik nya, ia melihat sebuah toko perhiasan yang desain utama nya adalah flower. Bahkan tertulis di spanduk besi nya, 'flower is a love from our God. always blessed with happiness. thank you for ur love, god.' terlalu memuji. pikir Velly. tapi setelahnya ia mengunci satu benda yang terpajang jelas di balik kaca toko, kalung dengan hiasan bunga emas yang diwarnai warna warni penuh. Membuat ia mengingat rangkaian bunga yang kemarin dibuat oleh Olivia. Tunggu, kenapa jadi mengingat kesana? kemarin ia menyuruh wanita itu memetik dan merangkai karena iseng ingin membuat wanita itu kepanasan dan berkeluh lelah. Velly menutup kembali tirai nya, hari juga sudah mulai menjelang malam. Ia menopang kepalanya di tangan kiri yang ia genggam dengan sikutnya yang menahan. Matanya kemudian terpejam, tenang. Tak lama akhirnya kereta kuda miliknya jalan kembali ke Istana Adjahaag.

I can't enough see ur faceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang