17

192 29 13
                                    

Aryyan yang bergoleran di karpet bulu setelah 2 jam lamanya kini akhirnya bangkit. Moren menegakkan tubuhnya, matanya melirik penasaran ketika Ary meraih ponselnya sendiri yang sudah lama tergeletak begitu saja di atas meja belajar Moren.

"Yahh lowbat" desis Ary kecewa.

Ary menoleh ke arah Moren pelan, menyadari itu Moren lantas menaikkan alis tebalnya, "apa liat-liat?" Tanya Moren sensi.

"Pinjem hp lu" Ary menunjuk dengan dagunya ponsel milik Moren yang tergeletak di nakas samping tempat tidur

"Buat ngapain?"

"Foto,"
"Hp gue lowbat dari 3 hari yang lalu belum di cas"

"Yah di cas dong, Ry."

"Ngga ah, males."

"Gue tau Lo nginep juga cuman bawa baju yang nempel di badan sama hp itu doang. Cepetan itu-tuh, pake chargeran gue"

"Males. Biarin, ngga ada yang penting juga di hp gue"

"Lo lagi kenapa sih? Kayak kaga niat hidup gitu?"

"Lagi males aja"

Moren menghela nafas panjang. Entah sudah berapa kata males yang Aryyan ucapkan.

"Keluar yuk? Cari angin. Ntar Senin udah masuk sekolah, cari apa kek, buku tips lulus UN dengan nyontek kek, apa gituu, yuk?"

"Ngga ah, males."

Moren menggeram kesal. Giginya bergemeletuk, sementara kedua tangannya terangkat hendak meraih leher Ary saking kesalnya, tapi karena jarak mereka yang terlalu jauh berakhir Moren seperti sedang terlihat mencekik angin.

"Ngapain gitu?"

"Engga, ga ngapa-ngapain." Kembali ke posisi semula seraya mengatupkan bibir.

Ary yang memang tahu sandi ponsel Moren langsung saja membuka kamera, ia lalu meraih Lolita——si kucing putih kesayangan Moren—— ke pangkuan, lalu melakukan selfie berdua.

Moren terperangah, rahangnya jatuh, tak percaya. Ini Aryyan sebenarnya lagi kenapa sih?!

20 menit setelahnya Ary mengeluh lapar namun Moren tak menggubrisnya, Ary kemudian berjalan keluar dari kamar, di dapur mewah itu ternyata ada Ibu nya Moren yang kebetulan tengah menghangatkan berbagai macam lauk makan malam.

"Eh, kebetulan Ary kesini, baruu aja Tante mau panggil ke kamar Moren tadi. Kita makan bareng ya,"

Lengan Ary dituntun, begitu berbalik dan jalan beberapa langkah ia kaget melihat meja makan yang sudah penuh makanan. Meja makan dan dapur hanya berbatas lemari penuh hiasan. Ary kemudian duduk di salah satu bangku dengan senyum sumringah, Fanya terkikik geli dibuatnya,

"Moren! Sini turuuun, makan! ini Ary nungguin nih, cepetan!"

Sudut bibir Ary terangkat sebelah, tersenyum meledek pada Moren yang turun  menyapunya dengan tatapan penuh kesal.

Begitu Moren duduk Fanya mulai menyendokkan nasi ke piring dua anak lelaki itu satu-persatu.

"Ary makan sepuasnya ya, ambil sendiri apa yang kamu mau, jangan sungkan-sungkan"

"Kapan Ary sungkan disini Mam? Rumah kita nih udah jadi rumah keduanya"

Fanya terkikik, "ya bagus dong, ayok cepet kamu juga makan. Mukanya jangan cemberut gitu kenapa sih, heran"

Sebelum meletakkan ponselnya dan mengambil lauk, Moren sempat-sempatnya memotret Ary yang lahap makan. Ia hendak mengirimkannya ke grup jual beli musang selepas ini.

                                      Moren
Woro-woro!!! Ini siapa yang kenal tolong bawa pergi dari rumah gue, ni orang takutnya sawan, kerjaannya ngelamun sama makan mulu. Beras di rumah gue udah abis, ini mah tolong pengertiannya yah wahai warga grup yang budiman!!
21.07

The Past For The Future Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang