Bab 15

3 1 0
                                    

Jifal berangkat ke jakarta dengan wajah yang berseri-seri. Masih ku ingat bagaimana  dia tersenyum dengan sumringah sebelum masuk keruang tunggu di bandara. Tidak pernah ku lihat dia sebahagia ini sebelumnya.
Saat dia mengutas bahagia, aku di rundung gelisah. Apakah aku telah membuat keputusan yang benar? Atau bahkan aku telah membuat keputusan yang salah dengan menerima Jifal sebagai kekasihku tapat beberapa jam sebelum dia berangkat ke jakarta.

Jujur, ini kepurusan yang sangat berat. Disaat aku benar-benar sudah merasa nyaman dengan persahabatan ini. Dengan circle yang sudah kuanggap rumah. Mengapa kisahku dengan Bagam beberapa tahun silam harus terulang lagi sekarang. Tak adakah persahabatan murni antara laki-laki dan perempuan tanpa harus terjebak dengan perasaan yang lebih dari itu?

mengapa rasa suka dan sayang harus menjadi jurang bagi persahabatan. Mengapa harus ada pilihan untuk menvalidasi hubungan. Merubah rasa kebersamaan menjadi rasa memiliki yang lebih dari teman berbagi cerita.

Apa yang harus kulakukan? Aku tak ingin lagi kehilangan sahabat seperti yang dulu. Jika aku menolak, tentunya hal itu akan terjadi lagi. Tapi jika ku terima, bagaimana jadinya saat aku  memiliki perasaan yang tak lebih dari seorang teman saja terhadapnya. Aku seperti terjebak dalam dua pilihan simalakama. Tak ada yang menguntungkan buatku, keduanya rumit dan pelik. Hingga akhirnya sebuah keputusan harus kupilih juga pada akhirnya.

Aku membuat kesepakatan dengannya, bahwa hubungan ini hanya kita berdua yang tahu. Hubungan ini adalah rahasia kita berdua saja. Hingga tiba saatnya kami siap memproklamirkan hubungan ini ke muka umum. Aku yang khususnya belum siap penuh. Bayangkan, kami ini adalah tetanggaan. Sedari kecil kami telah bersama dan tumbuh bersama. Sekolah yang orang tua kami pilihkan selalu sama sedari SD sampai SMA. Bayangkan bgmn respon mereka saat tahu kami ini ... ah tidak. Aku belum siap untuk itu. Sambil jalan saja. Semoga perasaanku terhadapnya bisa tumbuh seiring berjalannya waktu dan bagain yang ini, biarlah menjadi rahasiaku.

***

Semenjak kelas fiksi berakhir. Aku tidak pernah lagi mau bertemu lagi dengan Kak Woki. Bukan karena dilarang Jifal. Dia bukan tipikal orang yang suka membatasi ruang gerakku. Tapi karena aku sendiri yang sudah merasa Kak Woki sudah sedikit berlebihan terhadapku saat di kampus. Beberapa teman laki-laki di kelasku harus menjaga jarak denganku akibat ulah Kak Woki, begitu juga dengan Shabira yang notabene nya bukan laki-laki. Teman yang dianggap Kak Woki sebagai pengganggu saat Kak Woki sedang ingin ngobrol berdua denganku. Shabira suka ikut nimbrung. Bagus sih, aku suka dengan keberadaan Shabira. Tapi tidak dengan Kak Woki hingga entah yang telah terjadi di suatu pagi saat aku baru datang ke kampus. Shabira mendadak menolak berinteraksi padaku.

"Ra, maaf. Aku tidak mau berurusan dengan Kak Woki."
Aku mencoba menanyakan hal itu kepada Shabira dan teman yang lain. Apa arti kalimat itu. Tapi mereka lebih memilih menjauh dan kembali menghindariku. Mereka hanya mengobrol seperlunya saja. Itupun jika ada yang penting.

Dan akhirnya akupun mengetahui dari sedikit wawancara singkatku dengan beberapa senior seangkatan Kak Woki. Dia memang baik, tidak pelit ilmu dan sangat loyal. Namun disisi lain juga saat dia menyenangi sesuatu. Dia ingin melindunginya utuh dan di jauhkan dari orang-orang yang dianggapnya mengancam atau kurang baik. Dulu pernah juga terjadi seperti ini. Saat dia masih mahasiswa baru. Dia menyenangi seseorang dan lalu di perlakukan seposesif ini juga.

"Jadi maksudnya Kak Woki menyenangiku?"

Mereka tak bisa memastikan, mereka hanya mengira-ngira saja.

Kuliahku selesai agak menjelang magrib. Pak Dosen tadi tiba-tiba memindahkan jadwal perkuliahan karena sedang ada halangan di jam sebelumnya. Shabira melambaikan tangannya dari jendela mobilnya, baru saja di jemput oleh supirnya saat tiba-tiba Kak Woki berjalan menghampiriku di jalan depan fakultas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jejak RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang