Tak ada suara yang terdengar. Bahkan semilir angin yang berembus terasa tak menimbulkan jejak sedikit pun. Semua sunyi dan senyap, tetapi tanpa kesan dingin yang timbul, melainkan justru kehangatan, sesuatu yang jelas hanya mampu dirasakan oleh Andreas dan Vlora.
Menit demi menit terlewati. Andreas mengangkat tangan dan meraih tangan Vlora yang mengobati luka di wajahnya. Digenggamnya jemari Vlora dengan penuh kelembutan dan jadilah tatapan Vlora yang berpindah pada matanya.
Dua pasang mata bertemu. Mereka saling menatap satu sama lain. Sesaat, mereka sama-sama tak bicara. Lalu Andreas berusaha menelan getir dan memberanikan diri.
"Vlo—"
"Semua akan baik-baik saja, Reas," potong Vlora cepat sebelum Andreas tuntas bicara. Ia tersenyum tipis. "Kita pasti bisa melaluinya."
Andreas menarik udara dalam-dalam. Panas menjalari dadanya dan udara tak ubah tengah membuatnya berkobar. Namun, ketika dilihatnya bening mata Vlora maka bara itu tergantikan oleh sesak kepedihan. Hatinya bagai diremas, menyakitkan sekali.
"Terima kasih, Vlo."
Andreas menyadari bahwa ia sangat beruntung memiliki Vlora. Entah apa yang akan terjadi bila Vlora tidak datang di waktu yang tepat. Vlora menenangkannya dan alih-alih meniup api kemarahan itu untuk semakin berkobar, Vlora justru meredakannya. Vlora menyelamatkannya dari pengambilan keputusan yang salah. Ia nyaris melakukan hal fatal yang bisa menjerumuskannya.
Vlora sisihkan kapas dan obat luka. Ia beringsut dan mendekat pada Andreas. Diistirahatkannya kepala di dada Andreas. Mata memejam dan ia nikmati debar jantung Andreas, rasanya damai dan menenangkan. Jadilah ia bertanya-tanya pada diri sendiri, sejak kapan degup jantung Andreas menjadi simfoni indah di telinganya? Terdengar begitu merdu dan ia tak bisa membayangkan bila kehilangannya. Beruntung, ia menemukan Andreas sebelum semua terlambat.
Tangan Andreas naik. Direngkuhnya Vlora. Lantas kedamaian membungkus mereka berdua.
"Semua yang telah kau lakukan selama ini sudah tepat, Sayang. Jadi kau jangan sampai merusaknya."
Andreas turut memejamkan mata. Diremasnya lengan atas Vlora demi menguatkan hatinya sendiri. Di titik itu, ia benar-benar merasa tak berguna menjadi seorang pria. Ia gagal melindungi istri dan juga anaknya.
"Jangan kau rusak semuanya, Sayang."
Vlora tenggelamkan diri dalam rengkuhan Andreas. Ia hadapi kenyataan bahwa rasa kehilangan telah berulang kali menghampirinya. Hidup yang harus dijalaninya berlumurkan tragedi, dari kehilangan orang tua dan saudara. Lebih menyakitkan lagi, ia harus merelakan buah hati yang baru saja ia ketahui kehadirannya. Jadi ia tak bisa membayangkan bila ia harus kehilangan Andreas pula. Mungkin, ia benar-benar akan hidup dalam kematian.
"Karena aku tak akan bisa menikmati tidur tanpa pelukanmu."
*
Andreas tak membutuhkan waktu lama untuk kembali menegakkan tubuh. Punggung tegap dan wajah terangkat, ia siap menghadapi semua. Ia abaikan beberapa luka dan memar di badannya, lalu menjejakkan kaki di Progun bersama dengan Frans.
Petugas keamanan mencegat mereka. Agaknya para karyawan di sana belum mengetahui situasi dan masih menaati perintah Jonas terdahulu.
Frans maju dan segera bertindak. Ia berikan isyarat pada sekumpulan pria bersetelan hitam dengan tubuh besar tinggi yang telah disewa. Mereka balik menahan petugas keamanan dan membuka jalan.
Andreas masuk. Diabaikannya sorot penasaran setiap karyawan, lalu menuju ke lift. Tempat yang dituju olehnya sudah pasti adalah ruang direktur utama. Ketika ia sampai di sana, ia berkata pada Alan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY MARRIAGE 🔞🔞🔞 "Fin"
RomanceWARNING!!! 21+!!! Judul: SEXY MARRIAGE Genre: Romantis Dewasa Erotis Suspense (18+) Status: Tamat Cerita Kedua dari Seri "SEXY" ********************************* "BLURB" Andreas Cakrawinata nekat pulang ke Indonesia demi kabur dari pesta pertunangan...