Banyak yang mengatakan bahwa tahun pertama pernikahan kerap memberikan cobaan. Jadilah tak sedikit dari mereka yang memilih untuk menyerah. Namun, ada juga yang berhasil melaluinya, termasuk di dalamnya adalah Andreas dan Vlora. Mereka telah menunjukkan pada dunia bahwa tak ada yang mustahil untuk diatasi ketika mereka tetap bersama dan menguatkan.
Hari-hari telah terlewati. Tak terhitung berapa banyaknya musim penghujan membuat mereka demam bersamaan. Pun tak terhitung pula berapa banyaknya musim kemarau membuat mereka berendam bersamaan. Pada dasarnya musim-musim itu mereka lalui dengan tetap bersama.
Persis seperti malam itu, tepatnya lima menit sebelum jam menunjukkan pukul tujuh, ada satu mobil yang masuk melewati gerbang rumah Cakrawinata. Mobil terus melaju dan berhenti di pelataran.
Sang pengemudi memiliki wajah tampan dan bila dilihat lebih jelas, mungkin usianya baru berkisar dua puluh empat tahun. Penampilannya tampak gaya, tetapi ekspresinya terlihat kesal. Jadilah ia membuang napas panjang.
"Oh, sungguh? Apa kau benar-benar serius, Gerrya?"
Duduk di kursi penumpang, ada seorang wanita muda berparas cantik. Ia mengangguk seraya melepas sabuk pengaman. "Tentu saja aku serius, Nick. Kau tidak tahu, tetapi Mamaku sangat disiplin. Jam malamku berakhir di angka tujuh."
"Pukul tujuh?" tanya Nick seraya mendengkus tak percaya. "Pukul tujuh belum bisa dikatakan malam."
"Terserah apa yang kau katakan, tetapi aku tak ingin mengambil risiko. Terakhir kali aku melanggar, aku dihukum mengikuti kelas memasak dan aku benci minyak goreng."
"Oh, yang benar saja. Kau sudah dewasa."
"Aku mungkin sudah dewasa, tetapi bukan berarti aku tidak memiliki orang tua."
Satu senyum miring tersungging di wajah cantik itu. Ia beringsut dan melabuhkan kecupan sekilas di pipi Nick, lalu turun.
Ayu Gerryana Cakrawinata tak menunggu sampai mobil Nick benar-benar keluar dari kawasan rumahnya. Ia putuskan untuk segera masuk dan menuju ruang makan. Di sana, satu celetukan menyambut kedatangannya.
"Oh, Tuhan. Terima kasih. Kupikir aku akan mati kelaparan malam ini."
Gerrya mencibir. Ditariknya kursi dan duduk, lalu membalas. "Kau tidak akan mati hanya karena telat makan beberapa menit, Dallen. Selain itu, sebagai informasi, aku pulang tepat waktu."
Mempertegas ucapannya, Gerrya mengangkat tangan kiri dan menunjukkan jam tangan. Ia tersenyum dengan ekspresi penuh kemenangan sementara pihak lain justru merasakan sebaliknya.
Andika Dalleno Cakrawinata menyunggingkan senyum satire. "Oh, terima kasih, Kak. Mungkin seharusnya aku berterima kasih kepada ..." Dallen mengerutkan dahi, pura-pura bingung. "... ehm siapa yang mengantarmu pulang? Radith? Will? Atau Liam?"
"Maaf sekali. Semua tebakanmu salah. Aku tadi pergi dengan Nick."
Dallen melongo. "Apa kau tidak merasa kalau meladeni mereka hanya menghabiskan waktumu?"
"Tanpa kuhabiskan pun waktu akan tetap berlalu, jadi apa salahnya? Lagi pula ini adalah seleksi. Anak kecil sepertimu tak akan mengerti."
"Anak kecil? Aku sebentar lagi akan wisuda, Kak. Usiaku sudah dua puluh dua tahun dan kembali ke topik, kau melalui waktumu dengan hal tak berguna. Semua kandidatmu itu hanya bermodalkan tampang. Sebaiknya, kau perluas kriteria. Salah satunya adalah yang bisa diandalkan."
Gerrya terkesiap dengan mulut menganga dan mata membesar. "Aku merasa senang karena kau mengkhawatirkanku, tetapi tenanglah. Lagi pula mengapa aku harus memilih yang tidak tampan kalau aku bisa mendapatkan pria tampan dan juga bisa diandalkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY MARRIAGE 🔞🔞🔞 "Fin"
RomansaWARNING!!! 21+!!! Judul: SEXY MARRIAGE Genre: Romantis Dewasa Erotis Suspense (18+) Status: Tamat Cerita Kedua dari Seri "SEXY" ********************************* "BLURB" Andreas Cakrawinata nekat pulang ke Indonesia demi kabur dari pesta pertunangan...