Hari ketika Andreas mendatangi Jonas.
Agaknya tidak ada yang lebih menggelikan bagi Andreas dibandingkan dengan mendapati Jonas memasang sikap waspada akan kehadirannya. Bahkan baru beberapa langkah kakinya menginjak di sana, Jonas sudah menunjukkan ketidaksukaannya dengan terang-terangan.
Untuk itu tak heran bila Andreas justru lebih termotivasi untuk memanas-manasi Jonas. Ia menarik kursi dan duduk di hadapan Jonas, bersikap santai tak ubah ialah pemilik ruangan itu.
Punggung bersandar. Kursi sengaja diputar-putar. Andreas mengamati keadaan sekeliling dengan wajah yang seolah tengah berpikir.
"Aku bukannya ingin mengganggumu, tetapi aku hanya ingin melihat ruangan ini sebentar."
Andreas membuktikan perkataannya melalui tindakan. Ia benar-benar melihat ruangan itu seolah ia memiliki rencana tersendiri untuk merombak beberapa bagiannya dalam waktu dekat.
Kursi terus berputar. Kadang berhenti ketika Andreas memfokuskan mata pada objek tertentu, entah itu lukisan, guci atau bahkan pot bunga.
Andreas tersenyum penuh arti. Sorot nakal berkilat-kilat di mata. Ia tampilkan sikap memuakkan yang selalu sukses membuat Jonas naik pitam.
Itulah yang Andreas inginkan. Ia ingin Jonas fokus pada tingkah menyebalkannya. Ia harus memastikan Jonas cukup muak melihat ulahnya. Semua agar Jonas teralihkan ketika ia diam-diam menaruh penyadap di salah satu lengan kursi.
"Menurutmu apa saja yang harus aku ubah kalau nantinya aku menjadi pemilik ruangan ini?"
"Apa kau masih tidur, Reas? Jangan bermimpi kalau kau tidak sedang tidur. Itu menggelikan."
"Tak apa. Ejek saja aku semaumu, tetapi kita akan melihat siapa yang akan tertawa di akhir."
"Jangan bermimpi kalau itu adalah kau."
"Jadi menurutmu, itu adalah kau?"
"Aku yakin kau pun meragukannya, Jonas. Jadi saranku, jangan lupa bersenang-senang. Aku khawatir kau tidak lagi bisa menikmati hidupmu setelah rapat umum pemegang saham nanti."
"Kau jangan sesumbar, Reas. Seharusnya kau becermin terlebih dahulu sebelum mengataiku. Kau tak punya kekuatan apa-apa untuk menyingkirkanku. Bahkan kalaupun posisiku sedikit sulit saat ini, bukan berarti para pemegang saham akan berpihak padamu. Kau ha—"
"Sudah! Aku tidak ingin membuang-buang waktu untuk mendengar bualanmu. Seperti yang aku katakan tadi, aku hanya ingin mengecek ruangan ini saja. Aku sama sekali tidak berniat untuk berbincang-bincang denganmu. Kita punya waktu di lain kesempatan yang lebih menarik."
Andreas bangkit dari duduk. Ia melangkah seraya menyeringai. Puas, ia berhasil meninggalkan kenang-kenangan di ruang kerja Jonas.
Malam harinya, Andreas segera ke ruang kerja setelah menikmati makan malam yang nikmat bersama dengan Vlora. Sungguh ia penasaran walau rasanya mustahil bila perangkapnya langsung membuahkan hasil.
Namun, siapa yang bisa menduga? Rekaman itu membuat senyum Andreas mengembang sempurna.
Ah! Ternyata memang semudah ini memprovokasimu, Jonas.
"Tenang, Pak. Pak Andreas tak bisa melakukan apa-apa. Satu-satunya yang bisa dilakukannya adalah mengusik dan membuat Bapak marah. Hanya itu."
"Bisa-bisanya kau bicara seenteng itu, Alex. Dia tidak mungkin menggertak kalau dia tidak memiliki peluru untuk menyerangku."
Andreas mendeham dan sedikit mengubah posisi duduk. Pembicaraan antara Jonas dan Alez berhasil menerbitkan geli yang membuat perut kenyangnya terasa sedikit kaku. Ingin tertawa, tetapi rasanya sulit. Ah, siksaan yang lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY MARRIAGE 🔞🔞🔞 "Fin"
RomansaWARNING!!! 21+!!! Judul: SEXY MARRIAGE Genre: Romantis Dewasa Erotis Suspense (18+) Status: Tamat Cerita Kedua dari Seri "SEXY" ********************************* "BLURB" Andreas Cakrawinata nekat pulang ke Indonesia demi kabur dari pesta pertunangan...