"—kun."
"—ikun."
"Nanase Riku!"
Riku tersadar dari lamunannya dan dia melihat wajah-wajah khawatir sedang menatapnya. 'Ah ... aku lupa kalau aku sedang dengan keluargaku.' pikir Riku kembali tersenyum.
"Riku doushita? Kami dari tadi memanggilmu, lho. Kamu masih sakit?" tanya Tenn dengan nada khawatir.
"Daijoubu, aku hanya terpikirkan sesuatu. Shinpai shinaide." jawab Riku dengan wajah tenang dan tak lupa tersenyum agar wajah khawatir keluarganya cepat luntur.
"Hontouni?" tanya Mina menatap langsung ke mata Riku agar bisa menemukan kebohongan dari anak laki-lakinya, namun Riku berkata jujur.
"Hontou da, Kaa-san. Shinpai shinaide, tadi sampai siapa?" kata Riku kembali ke permainan kartu yang sedang mereka mainkan saat ini.
"Giliran Riku-nii sekarang. Jangan melamun tiba-tiba, dong. Lihat Yuuki-nee sudah berkaca-kaca." jawab Hikari menunjuk Yuuki yang siap menangis di sebelah Riku.
"Gomen na, Yuu-chan. Sudah jangan menangis, aku hanya terpikirkan sesuatu." Riku dengan ceat menenangkan Yuuki agar tidak menangis karena khawatir.
"Kau memikirkan apa sampai melamun hingga tidak sadar jika sudah dipanggil berulang kali?" tanya Kairo yang lebih penasaran dengan apa yang menyebabkan Riku melamun.
"Hanya masa lalu ... Ya, masa lalu. Yosh ... Uno game." kata Riku menghabiskan kartu yang ada ditangannya. Jawaban Riku masih menimbulkan tanda tanya, tetapi mereka takut menyinggungnya.
Tidak semua masa lalu Riku dilewatkan bersama keluarganya, terutama setelah kembalinya perusahaan keluarga Nanase ke tangan Nanase. Kairo dan Mina sibuk di perusahaan, sedangkan Hikari fokus dengan pendidikannya. Jadi mereka tidak tahu apa saja yang Riku lakukan ketika dia sendirian di rumah.
Ditambah ketika Riku mulai menjejakkan kakinya ke dunia idol, makin mereka tidak tahu apa saja yang dialami Riku kecuali Riku sendiri yang bercerita.
"Aa ... Riku-nii curang." protes Hikari ketika melihat kartu yang dikeluarkan Riku.
"Tidak ada yang namanya curang, Hika-chan. Aku ambil air di dapur dulu." kata Riku bangkit dari duduknya dan berjalan ke dapur.
"Aku ikut." Yuuki langsung mengikutinya dari belakang, kartunya sudah habis sejak awal permainan.
"Pasutri baru." komentar Mina ketika melihat anak dan menantunya berjalan beriringan ke dapur, terlihat serasi.
"Baru apanya, orang sudah tiga tahun." balas Hikari sambil menata kartu yang ada di tangannya.
"Itu namanya masih baru, Hikari-chan. Oh ... sepertinya Hikari-chan kalah lagi." kata Kairo ketika ia meletakkan kartu terakhirnya.
"Nande yo!" protes Hikari ketika dirinya kalah lagi setelah 3 kali permainan. Tingkah Hikari membuat mereka sontak tertawa dan tawa itu terdengar hingga ke dapur.
'Mereka tetap hangat dan akrab setelah Tenn-nii kembali. Yokatta na ...' pikir Riku ketika ia mendengar suara tawa dari ruang kumpul.
"Ri-kun, kau memikirkan apa sampai melamun panjang?" tanya Yuuki tiba-tiba.
"Sudah kukatakan hanya masa lalu, Yuu-chan. Kau tidak percaya?" jawab Riku tanpa mengalihkan pandangannya dari apa yang ia lakukan.
"Bukannya tidak percaya, hanya saja masa lalu yang mana?" balas Yuuki yang terus saja menatap apa yang sedang dilakukan Riku.
"Jika kubilang masa lalu ketika kita masih pacaran dan kabur ke Kyoto, kau percaya tidak?" tanya Riku setengah menggoda Yuuki.
"Sampai serius begitu? Tidak mungkin hanya itu, pasti itu cuma pelengkap." kata Yuuki memalingkaan wajahnya yang setengah memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Nanase | I7
FanficSequel of "I Can Do It" Status : on-going Setelah apa yang terjadi sebelumnya, ternyata ada lagi masalah yang harus melibatkan dua dunia tersebut. Riku dan semua orang yang terlibat tidak menyangka jika masalah tersebut ternyata masih belum selesai...