HARI ini jam pelajaran olahraga kelas Kirana —11 IPS 1— dan kelas Alvaro —12 IPA 6— ada diwaktu yang sama dengan materi bola basket. Hanya saja dengan guru yang berbeda.
Kirana mendesah pasrah untuk kesekian kalinya. Sudah beberapa kali ia mencoba memasukkan bola ke dalam ring, namun tetap saja ia tidak bisa melakukannya. Kirana berdecak kesal, ia melempar asal bola basket yang ada di tengah lapangan.
Baru saja ia ingin meninggalkan jam pelajaran olahraga, namun langkahnya terhenti saat melihat Alvaro tengah duduk di pinggir lapangan dengan keringat yang membasahi sekujur tubuhnya. Seketika semangat Kirana bangkit kembali.
Menurutnya, liat Alvaro main basket keringetan itu, menggoda iman banget. Cowok itu terlihat tampan dan sexy disaat yang bersamaan.
"Alvaro." Panggil Kirana dan berjalan mendekat dengan senyuman yang merekah.
"KIRANA, AWAS!!" teriak seorang cowok dari lapangan basket. Dia hendak berbalik, namun terlambat, bola basket yang melambung tinggi di belakangnya sudah menghantam kepalanya dengan sangat keras.
BRUK!
Kirana terdiam di tengah lapangan. Ia tidak merasakan apa-apa pada tubuhnya, tetapi ia bisa melihat darah yang memenuhi bajunya. Dia mendongakkan kepalanya, menyentuh hidungnya yang ternyata mengeluarkan darah yang sangat banyak.
Pandangan Kirana perlahan memudar, namun ia masih mampu menahan kesadarannya. Tubuh mungil Kirana sontak ambruk di tengah lapangan. Sontak saja orang-orang yang melihat kejadian itu langsung mengerumun untuk melihat apa yang terjadi.
Hingga akhirnya seorang laki-laki berlutut di sebelah Kirana, menepuk pipinya untuk membuatnya tetap tersadar. Wajah gadis itu terlihat pucat.
Kirana tidak bisa melihat laki-laki itu dengan jelas. Ia tidak tau akan dibawa kemana, yang pasti seluruh tubuhnya terasa melemah saat ini.
"Jangan pingsan, buka mata lo." Alvaro mengambil sapu tangannya dan mencoba menghentikan darah itu dengan panik.
Kirana mampu mendengar suara itu dengan jelas. Suara yang sangat ia sukai. Tidak hanya suaranya, namun juga pemilik suara itu. Siapa lagi kalau bukan Alvaro Aldrich.
Seperti orang kesetanan, Alvaro berlari, berusaha membantu Kirana untuk membawa gadis itu ke UKS.
• • • • •
"Kirana sudah tidak apa-apa, untungnya segera dibawa ke UKS. Benturan yang cukup keras di bagian kepalanya membuat ia kehilangan kesadaran, dan sempat mengakibatkan terjadinya mimisan yaitu tak sengaja terbentur atau terpukul benda keras, dan penyebab utamanya adalah karena dia kurang tidur atau kelelahan. Jadi untuk selanjutnya, tolong diperhatikan lagi aktivitas dan pola makannya, jangan sampai telat sarapan." Seorang petugas wanita itu berbicara pada Alvaro yang duduk di sebelah ranjang Kirana.
"Kamu pacarnya, atau temannya?" tanya sang petugas.
Alvaro melirik Kirana. "Saya temannya, Bu."
"Iya sudah saya pamit dulu, kalau ada apa-apa, bisa panggil Ibu ya."
"Iya, makasih, Bu."
Ruangan menjadi hening. Dia menatap Kirana, walaupun gadis itu tak kunjung membuka mata dengan selang oksigen terpasang di hidungnya.
Alvaro yang semula berada di sebelah ranjang Kirana beranjak menuju kursi dekat pintu. Dia berbaik hati menemani Kirana sampai ia siuman, mengingat Kirana tidak punya teman sama sekali dan selalu sendiri.
Dan tak lama kemudian Kirana sadar. Ia melihat ke sekelilingnya tak ada orang. Namun, pandangannya terhenti saat melihat Alvaro yang tengah tertidur dikursi dekat pintu UKS.
Lalu pandangan Kirana terjatuh pada kain yang ada di tangan Alvaro yang dipenuhi oleh darah. Kirana berpikir, apakah Alvaro yang membersihkan darahnya?
Sebenarnya Kirana ingin menanyakan hal ini pada Alvaro, namun melihat Alvaro yang masih tidur, membuat ia mengurungkan niatnya. Mungkin nanti saja saat pulang sekolah, dia akan bertanya pada laki-laki itu.
Lama bergelut dengan pikirannya sendiri, Kirana kembali merasakan pusing dikepalanya. Akhirnya gadis itu memutuskan untuk tidur lagi.
• • • • •
Makasih yang udah mampir dan baca cerita ini hehe.
Vote comment nya manaaaaa?!?!😠
YOU ARE READING
MY CHILDISH GIRL (ON GOING)
Short StoryKirana Azwa Callista, gadis manis berlesung pipi, bertubuh kecil serta bersuara cempreng. Sifatnya yang over bahagia membuat siapa saja nyaman berteman dengannya, terlebih lagi wajahnya yang cantik membuat ia cukup populer di sekolah. Semua orang me...