HI, AKHIRNYA UPDATE! SO, SIAPA YANG HAPPY?🥰
gimana kabar kalian nihh? seru gak liburannya? pasti seru dongg😁
sebelum membaca, jangan lupa tinggalkan jejak ya gaiss!🌟💬
• • • • •
SUDAH seminggu ini Kirana tidak sekolah. Alvaro benar-benar merasa hilang kewarasan. Bahkan Andre dan Reyhan pun menyadari itu. Alvaro selalu bertingkah tidak seperti biasanya. Mood-nya tidak pernah baik, bahkan hampir semua orang kena imbasnya.
"Woi, Var. Lo mau tau sesuatu gak?" ucap Reyhan yang baru saja tiba di kelas bersama Andre.
"Apa?" tanya Alvaro serius.
"Kirana udah masuk sekolah, tadi gue liat di parkiran."
Alvaro yang mendengar itu hendak pergi menemui perempuan itu, tapi ia menahannya. Akan memalukan jika ia langsung pergi menemui Kirana, padahal dulu ia selalu menolak kehadiran perempuan itu.
"Ini kesempatan lo buat bicara sama Kirana. Bilang ke dia, kalau lo udah suka sama dia," saran Andre.
"Siapa yang suka?" tanya Alvaro.
"Eh?"
"Gue gak suka sama dia, terserah dia mau masuk apa nggak. Gue nggak peduli."
"Lo yakin? Bukannya dari kemarin lo ngamuk karena Kirana gak ngasih lo kabar?" ucap Andre yang langsung diberikan tatapan tajam oleh Alvaro.
Karena Andre memang benar.
"Udah deh, jangan kegedean gengsi, eneg gue liatnya," ucap Reyhan muak.
Alvaro hanya diam saja, membuat Reyhan menjadi semakin gemas.
"Serah lo dah Var, gue capek. Heran dah gue, ngapain Kirana bisa sabar ngadepin lo. Ingat Var, jangan sok jual mahal, nanti dia beneran pergi, lo yang bakal nyesel."
• • • • •
Jam istirahat pun tiba, meski Kirana sekolah, tapi perempuan itu tidak menemui Alvaro sama sekali. Membuat selera makan Alvaro yang sedang makan pun hilang.
"Eh, Kirana tuh," seru Reyhan. "Woi, Ran, sini!" panggilnya.
Seketika Alvaro mengangkat kepalanya. Benar saja, kirana tengah berjalan ke arah mereka dengan senyumnya yang mengembang. Tapi tidak seperti biasa, senyum itu tampak berbeda.
"Hai Varo... hai Andre... hai Reyhan," sapa Kirana. Andre dan Reyhan membalas sapaan itu, kecuali Alvaro yang diam melanjutkan makannya.
"Lo kemana aja Ran? Lo ngilang gak ngasih tau. Alvaro hampir gila karena kangen sama lo," ucap Reyhan.
Mata Kirana berbinar. "Varo, apa yang—" belum selesai Kirana bicara, perkataannya sudah terpotong oleh Alvaro.
"Apaan, jangan geer lo. Gue gak pernah kangen sama lo. Jangan pernah ngarep." Alvaro pergi begitu saja, meninggalkan Kirana yang hendak berbicara padanya.
"Gak usah dikejar Ran, biarin aja gitu. Tu anak emang kadang gak punya otak," ucap Reyhan sambil mencomot bakwan milik Andre.
"Kampret, punya gue itu, ya Allah!" keluh Andre.
Kirana terkekeh. "Gak apa-apa, kalau gitu Ran kejar Varo dulu ya."
Kemudian Kirana pergi mengejar Alvaro yang berjalan ke belakang sekolah, tempat mereka pernah berbincang dulu.
"Varoo, Varo kenapa? Varo marah kalau Ran gak ngasih kabar?" tanya Kirana sambil mendekat ke arah Alvaro.
"Tapi apa benar yang dibilang Reyhan, kalau Varo kangen sama Ran?" lanjutnya.
"Jangan ngarep lo," jawab Alvaro ketus.
"Eh? Kenapa?"
Alvaro yang tadi berdiri membelakangi Kirana kini berbalik menghadap ke perempuan itu. Alvaro menatap Kirana dalam.
"Lo pikir, lo siapa? Lo bisa seenaknya mempermainkan perasaan gue?"
"Kalau Varo marah karena Ran pergi gitu aja, Ran minta maaf. Tapi jangan ngira kalau Ran mempermainkan perasaan Varo," jawab Kirana.
"Terus kalau bukan mempermainkan perasaan, apa namanya?" tanya Alvaro ketus.
"Bukannya gitu, Ran gak bisa ngasih tau alasannya sekarang. Tapi, kalau Varo mau, Ran bisa ngasih tau Varo sedikit tentang identitas Ran, sekarang," jawab Kirana.
"Sayangnya, gue gak mau tau apapun itu. Dengar ya Kirana, meskipun teman-teman gue bilang kalau gue suka sama lo, tapi, bukan berarti lo bisa seenaknya mempermainkan perasaan gue. Gue paling benci sama orang yang udah ngasih harapan ke gue, tapi malah pergi gitu aja. Lo pikir enak dipermainkan kayak gitu?!" tanya Alvaro penuh penekanan tepat di depan muka Kirana.
"Gue gak tau niat lo sebenarnya ngedeketin gue itu karena suka atau ada niat yang lain. Tapi mulai sekarang, lo jangan pernah gangguin gue, jangan pernah deketin gue, dan lo jangan pernah lagi nemuin gue lagi. Gue muak liat muka lo, gue benci sama lo, Kirana."
Alvaro baru saja berbalik dan hendak pergi meninggalkan Kirana, namun isakan kecil terdengar membuat ia mengurungkan niatnya.
"Ran gak tau lagi harus gimana, Ran bingung. Sejak dulu Varo selalu menghindar, apapun yang kita Ran lakuin selalu salah di mata Varo," kata Kirana lirih.
"Apa Varo tau gimana rasanya mencintai tanpa dicintai balik? Apa Varo tau gimana rasanya ngejar-ngejar orang meski selalu diabaikan? Apa Varo tau gimana rasanya mengharapkan seseorang yang bahkan gak pernah mengharapkan kehadiran Varo? Apa Varo tau gimana rasanya terus memperlihatkan kebahagiaan meski Varo sendiri capek, bahkan hanya untuk tersenyum? Semua itu rasanya sakit."
Alvaro diam mendengarkan Kirana yang akhirnya menumpahkan semua unek-uneknya. Gadis itu tampak mengumpulkan keberanian untuk melanjutkan kata-katanya.
"Apa menerima perasaan Ran sesusah itu? Ada masanya, di mana Ran juga bisa capek," ucap Kirana lirih.
Alvaro memejamkan matanya sejenak, lalu berbalik badan menghadap perempuan di belakangnya itu. "Lo bilang, lo capek kan?" tanya Alvaro.
Kirana masih setia dengan diam nya dan hanya memilih mengangguk ragu sebagai jawabannya.
"Lo bilang lo capek kan ngejar-ngejar gue? Kalau gitu, lo gak usah ngejar-ngejar gue lagi. Gue gak pernah minta lo buat ngejar-ngejar gue, lo nya aja yang gak punya malu ngedeketin gue terus, meski udah gue tolak berkali-kali," lanjut Alvaro sarkas.
Gadis itu mengepalkan tangannya karena menahan tangis dan rasa sakit yang sangat dalam.
"Lo benar, gue gak pernah tau gimana rasanya jadi lo, jadi maaf aja kalau gue selama ini ngeselin. Dan mulai sekarang, lo jangan deketin gue lagi, anggap aja kita gak kenal."
"Sampai kapan? Sampai kapan Varo terus pura-pura gak peduli? Ran tau, Varo sayang sama Ran."
"Jangan kepedean, kalau salah nanti sakit. Gue gak pernah suka sama lo, gue cuma pura-pura aja biar lo gak malu. Soalnya gue yang malu kalau di kejar-kejar terus sama lo. Lo nyerah aja, masih banyak cowok yang mau nerima cewek murahan kayak lo. Lo cantik, jadi pasti bakal banyak cowok haus akan nafsu yang mau nerima lo. Mulai sekarang, jangan pernah deketin dan kejar-kejar gue lagi, gue mohon sama lo. Bye."
Kirana tidak membalas lagi, ia membiarkan Alvaro pergi begitu saja. Sudah cukup. Kirana sudah lelah, ia tidak punya tenaga lagi seperti dulu untuk mengejar dan mengikuti Alvaro kemana pun.
"Sudah berakhir Kirana. Dia udah bilang kalau dia gak mau dikejar. Terima kasih Varo, sudah mengajarkan aku apa itu cinta. Aku bakal berhenti kalau itu yang kamu mau," ucap Kirana dan sesekali terisak.
Bagaimana pun juga, Kirana hanya manusia biasa yang punya perasaan dan mungkin ini adalah akhir dari cintanya.
• • • • •
TBC.
Btw, maap bgt ya jarang update cerita ini, mungkin seminggu sekali aku update kalo sempat:p
Makanya, biar gak ketinggalan update terbaru, follow dulu😘
YOU ARE READING
MY CHILDISH GIRL (ON GOING)
Short StoryKirana Azwa Callista, gadis manis berlesung pipi, bertubuh kecil serta bersuara cempreng. Sifatnya yang over bahagia membuat siapa saja nyaman berteman dengannya, terlebih lagi wajahnya yang cantik membuat ia cukup populer di sekolah. Semua orang me...