19 - Alvaro Aldrich

839 15 1
                                    

ANJAYY, AKHIRNYA UPDATE LAGII🥳

JANGAN LUPA VOTE COMMENT YAAA!!😘💋

• • • • •

KESUNYIAN pun semakin terasa saat satu persatu sanak keluarga dan tetangga pergi meninggalkan kediaman keluarga Kirana.

Kini tinggal Bi Mirna dan Reyhan yang tengah membersihkan ruang tengah untuk acara tahlilan nanti malam.

"Ya Allah, ada apa ini? Kenapa sama Mbak Kiran?"

Bi Mirna yang sedang menyapu lantai dibuat kaget saat melihat Kirana digendong oleh di Alvaro.

"Kirana kenapa, Var?" tanya Reyhan.

"Dia pingsan," jawab Alvaro.

Kemudian laki-laki itu menidurkan Kirana di sofa ruang tengah. "Tolong ambilkan kompresan," ucapnya sambil mengusap pelan dahi Kirana yang berkeringat dingin.

Bi Mirna mengangguk dengan cepat, "Iya Den, saya ambilkan dulu," yang kemudian beranjak masuk ke dapur untuk mengambil baskom yang berisi air hangat dan handuk.

Tak butuh waktu lama, Bi Mirna kembali ke ruang tengah dan disambut pekikan Fany yang membuat semua orang terkejut. Termasuk Andre yang terkejut melihat keberadaan Alvaro di sana.

"KIRANAAAA."

Tadi Fany dan Andre keluar sebentar mengurus surat kematian orang tuanya Kirana bersama Pak RT. Setelah mendapatkan telepon dari Reyhan tentang keadaan Kirana yang tidak sadarkan diri, membuat mereka panik dan segera pulang untuk melihat keadaan Kirana.

"Gimana keadaan Kirana sekarang?" tanya Andre khawatir sambil berjalan mendekati Kirana.

Alvaro yang tadinya duduk disamping Kirana kini berdiri di antara Andre dan Kirana. "Lo bisa lihat sendiri, dia masih belum sadar dan badannya panas banget," jawabnya.

"Mudah-mudahan dia cepet sadar," kata Reyhan.

Andre hanya mengangguk singkat dan menatap Alvaro dengan alis bertaut. "Lo kok bisa di sini? Lo ketemu sama Kirana dimana?"

"Gue gak sengaja lewat pemakaman dan lihat Kirana hujan-hujanan. Pas gue samperin, dia udah pingsan," jelas Alvaro.

Andre hanya mengangguk singkat sebagai jawabannya.

"Makasih ya, lo udah nolongin Kirana tadi. Gue gak tau lagi, nasibnya bakal gimana kalau gak ada lo," kata Fany dengan senyum tipis.

"Santai aja, gak apa-apa kok."

"Terima kasih ya, Den. Kalian sudah datang dan bantuin saya bersih-bersih rumah. Kalian pasti lelah, istirahat dulu di sini, kalau butuh apa-apa bisa panggil Bibi," ucap Bi Mirna.

"Iya, Bi." Andre dan Reyhan mengangguk bersamaan.

"Saya langsung pulang aja, Bi," sahut Alvaro.

"Lho? Mau langsung pulang? Gak mau istirahat di sini dulu sebentar?" tawar Bi Mirna.

"Enggak, Bi. Tadi saya sudah ditelpon sama Papa," tolaknya halus. "Nanti kalau saya ada waktu luang, saya sempatkan datang ke sini lagi," lanjutnya.

Bi Mirna tersenyum tipis, "Ya sudah Den, hati-hati dijalan."

Alvaro hanya mengangguk dan tersenyum.

"Gue duluan," pamitnya pada teman-temannya kemudian bergegas pergi setelah mendapat anggukan dari mereka.

• • • • •

Sehabis melayat dari rumah Kirana, Alvaro segera menuju ke rumah. Dia ingin melepaskan segenap penat dan rindu pada masa lalu sambil menatap bintang yang bertaburan di langit. Alvaro duduk di kursi balkon kamarnya, merasakan embusan angin yang lembut.

Dia menatap foto keluarnya saat masih utuh, danau-danau kesedihan di matanya mulai penuh. Namun dia tak akan menangis. Tak akan pernah. Dia harus kuat.

Mungkin bagi sebagian orang, hidupnya terlihat begitu sempurna. Penuh dengan kemewahan dan memiliki segalanya, sehingga kehidupannya begitu mudah selayaknya air yang mengalir tanpa hambatan.

Namun sayangnya, manusia tidak ada yang sempurna, bukan? Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan serta memiliki kekurangan dalam hidupnya.

Seperti Alvaro, dia sangat menyesalkan perceraian orang tuanya dulu. Dia ingin keluarganya kembali utuh. Tapi rasanya itu sangat sulit atau bahkan mustahil. Keluarganya berantakan.

Leny —Mamanya— hanyalah ibu rumah tangga, tetapi sibuknya sudah melebihi seorang pebisnis. Ikut arisan dengan jadwal hampir setiap minggu, pelatihan ke luar negeri, sampai jadwal jalan-jalan dengan teman-temannya yang selalu padat. Sementara itu, Nando —Papanya— sangat sibuk dengan pekerjaannya.

Sifat ambisius terhadap harta dan kenikmatan duniawi membuat Leny dan Nando lupa kalau anaknya membutuhkan kasih sayang dari mereka.

Alvaro masih ingat jelas keributan yang terjadi antara Papa dan Mamanya. Saat itu, Alvaro berusia 9 tahun. Ia terlalu polos untuk memahami masalah orang dewasa. Ia hanya bisa menyaksikan lalu menangis di pojok kamar.

Entah siapa yang salah, entah siapa yang benar. Alvaro tidak tahu harus berbuat apa. Semuanya terjadi begitu saja. Hingga puncaknya terjadi, tepat hari ulang tahun Alvaro ke 11 tahun. Nando dan Leny bertengkar sangat hebat. Memaki dan memarahi satu sama lain.

"KAMU EGOIS MAS!!"

"KAMU YANG EGOIS LENY!! BISA-BISANYA KAMU SELINGKUH DENGAN PRIA LAIN?!"

"AKU GAK SELINGKUH!! KAMU CUMA SALAH PAHAM MAS!! AKU GAK ADA HUBUNGAN APA-APA SAMA DIA!!!"

Nando meraih ponsel, membuka foto dan melemparkan ke wajah Leny. Ada rasa kaget sekaligus marah yang menjelma di dalam hati Leny saat melihat foto itu.

"TERUS AJA BILANG, GAK ADA HUBUNGAN APA-APA. TAPI KENYATAANNYA APA? KAMU PELUKAN SAMA PRIA ITU!!"

"MAS, TOLONG DENGERIN PENJELASAN AKU—"

PLAKKK!!!

Nando menampar pipi Leny sampai memerah, rasa kecewanya pada Leny membuat ia bertindak seperti itu.

"UDAH LEN, AKU CAPEK SAMA KAMU!! AKU MAU CERAI!!"

Mendengar kata cerai yang diucapkan Nando, membuat Leny mematung seketika. Entah mengapa hatinya tiba-tiba terasa sakit mendengar pernyataan itu dari Nando.

"AKU GAK MAU CERAI SAMA KAMU, MAS!! APA KAMU NGGAK MIKIRIN PERASAAN ANAK KITA?!"

"APA PEDULINYA KAMU SAMA AKU DAN ALVARO?! INGAT LEN!! KAMU SELALU SIBUK, GAK ADA WAKTU BUAT AKU DAN ALVARO!!"

"AKU BISA PERBAIKI ITU SEMUA, MASS!! TOLONG KAMU MENGERTI KEADAANKU, MAS!! AKU GAK BISA PISAH SAMA KAMU DAN ALVARO."

"INI KEPUTUSAN AKU!! AKU MAU CERAI SAMA KAMU!!"

Setelah mengucapkan itu, Nando beranjak pergi meninggalkan rumah dan tak lupa membawa ponselnya dan kunci mobil. Benar-benar meninggalkan Leny dan Alvaro.

Alvaro mengintip dari balik pintu, ia melihat Mamanya sedang duduk menangis sendirian. Laki-laki itu tidak menghampiri Mamanya, bukannya tidak mau, tapi dia takut saat orang tuanya berteriak sangat keras.

Setelah Mamanya pergi menuju lantai atas, ia keluar dari kamar dan melesat pergi meninggalkan rumah. Kaki kecilnya terus menyusuri jalan hingga tiba-tiba intens nya tertuju pada sebuah taman bermain. Di situlah pertemuan pertama Alvaro dengan Callista.

Semua peristiwa itu tidak mudah hilang dari ingatannya. Dia masih berharap memiliki keluarga yang utuh dan bahagia.

Tapi, mengingat Mama dan Papanya yang sudah bercerai, membuat ia hanya bisa berangan-angan.

• • • • •

TBC.

GIMANA PERASAAN KALIANN?!!?

GIMANA CHAPTER INIII?? MAKIN SERU GAKK?!🔥🔥🔥

DAH SEGITU AJAA, BIAR KALIAN MAKIN KANGEN😋🤏🏻

MY CHILDISH GIRL (ON GOING)Where stories live. Discover now