24 - Pura-pura

344 13 6
                                    

HELLUWW MAAF YAA BARU UPDATEEE ༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ
ku kira chapter sebelumnya bakalan sepi, ternyata masih ada yang nyariin alvaro♡

sebenernya draft chapter 24 ini udah selesai dari lama, tapi waktu itu hectic bgt sama tugas sekolah, mana PAS, dan proyek P5 huhuh😩

so, liburan akhir semester ditemenin sama alvaro kirana!! mana yang sering nagih-nagih update jangan lupa dibaca dan komen yah mwah mwahhh💋

• • • • •

SUDAH tiga hari Alvaro menjauh dari Kirana. Benar saja, perempuan itu bahkan tidak peduli dengannya. Alvaro tidak sepenuhnya membenci Kirana, ia hanya berpura-pura menjauh agar Kirana kembali mengejarnya. Tanpa Alvaro tahu, Kirana tidak akan melakukan itu.

Dan hari ini, tepatnya hari Senin. Di mana upacara bendera sedang berlangsung. Alvaro terlalu malas untuk berdiri, ia izin pada guru ke toilet dan bersembunyi di UKS sambil berbaring.

Baru saja Alvaro merasakan nikmatnya berbaring di kasur UKS, pintu tiba-tiba di buka oleh seseorang membuat Alvaro kembali membuka matanya.

Namun saat melihat yang masuk adalah Kirana, Alvaro kembali menutup matanya, pura-pura tidur.

Kirana pun ikut terkejut dengan keberadaan Alvaro. Tapi melihat Alvaro yang tampak tertidur lelap, ia memutuskan untuk tidak berisik dan tetap masuk.

Kirana mendekat pada Alvaro, ia melambaikan tangannya, mengecek apakah laki-laki itu benaran tidur atau tidak.

"Sepertinya dia tidur. Ish, ngapain sekolah kalau cuma mau tidur? Dasar," ejek Kirana. Ia kemudian berjalan menuju lemari obat-obatan dan mengambil beberapa obat. Alvaro membuka sedikit matanya, namun ia tidak bisa melihat obat apa yang diambil Kirana.

Alvaro kembali menutup matanya saat Kirana kembali mendekat padanya. "Dasar manusia nyebelin." Setelah mengatakan itu, Kirana pergi meninggalkan UKS.

Setelah mendengar suara pintu di tutup, Alvaro membuka matanya. Ia tersenyum kecil, Kirana tidak sepenuhnya hilang, tapi tetap saja Alvaro masih merindukan Kirana yang dulu.

• • • • •

"Sekian untuk hari ini, materi kita lanjutkan Minggu depan," kata Pak Jarwo mengakhiri pelajaran Geografi setelah bel panjang berbunyi.

Semuanya menghela napas lega sambil membereskan buku lalu memasukkannya ke dalam tas. Setelah Pak Jarwo keluar ruangan, barulah seisi kelas itu berhamburan keluar, termasuk Kirana.

"Ran, kamu pucat, kamu gak apa-apa?"

Alvaro yang mendengar itu menoleh. Kini ia sedang berada di kantin bersama dengan perempuan yang sudah dijodohkan dengannya, dan tepat di sebelahnya ada Kirana yang tengah makan bersama dengan Rani, teman sekelasnya.

Benar saja yang dibilang Rani, Kirana tampak pucat, sepertinya ia belum terlalu sehat untuk bersekolah. Lihat saja kini, bahkan Kirana sesekali tampak meringis menahan sakit yang Alvaro tidak tahu kenapa. Alvaro juga masih penasaran dengan obat yang tadi Kirana ambil.

"Var, aku di depan kamu, kenapa lihat ke arah lain?" tanya Sarah.

Alvaro tidak menghiraukan ucapan itu. Pandangannya masih tertuju pada Kirana.

"Var, kamu kenapa sih?! Sejak kapan kamu tertarik sama dia? Please deh, kita bakal dijodohin, jangan lirik cewek selain aku."

Alvaro menghentakkan sendok ke piringnya membuat suara dentingan keras terdengar. Semua orang menoleh padanya kecuali Kirana.

"Terus mentang-mentang lo dijodohin sama gue, gue harus cintanya ke lo gitu? Dengar ya, lo itu cuma calon, bukan udah jadi jodoh gue. Jadi tolong, jangan ikut campur sama urusan gue. Lagi pula gue belum menyetujui perjodohan itu." Setelah mengucapkan itu, Alvaro pergi meninggalkan kantin.

Sungguh, nenek lampir itu benar-benar membuat mood-nya buruk. Senang sekali mencari gara-gara dengannya.

• • • • •

Sepulang sekolah, kirana hendak segera pulang tapi rasa sakit yang menimpa kepalanya membuat ia mau tidak mau harus bergerak pelan-pelan.

Kirana berjalan sambil menyentuh dinding, berusaha menahan tubuhnya yang semakin melemah.

Tiba-tiba Kirana merasa ada yang menghantam kepalanya.

Sakit.

Itulah yang dirasakan Kirana. Rasa sakit luar biasa yang belum pernah Kirana rasakan, rasanya seperti dipukul batu yang sangat keras.

Kakinya bergetar, bahkan langkahnya perlahan melemah. Matanya berkunang-kunang dan perlahan pandangannya mengabur.

Kirana hendak meminta tolong tapi suaranya hilang, lidahnya terasa kelu dan tubuhnya semakin melemah.

Samar-samar Kirana melihat Alvaro yang tengah berjalan mendekatinya dengan seorang perempuan. Kirana berniat hendak pergi, tapi ia benar-benar butuh bantuan. Ia butuh obatnya dan obat itu ada di UKS. Kirana terlalu lemas untuk ke sana.

Kirana berusaha sekuat tenaga mengejar Alvaro, sebelah tangannya meremas rambutnya.

"Va... roo... tolo... ngin... Ran... sakit," ucap Kirana terbata.

Alvaro sendiri terkejut dengan Kirana yang tiba-tiba menghampirinya. Kirana tampak sangat tidak berdaya, ia terlihat sangat pucat dan berantakan.

Alvaro hendak membantu, tapi ia sudah berjanji untuk menjauhi Kirana. Siapa tahu Kirana hanya berpura-pura dan membohonginya.

"Maaf, gue harus pergi. Ada urusan mendadak."

Alvaro kemudian menarik Sarah ke dalam pelukannya dan pergi dari sana melewati Kirana begitu saja.

Sakit.

Kirana tidak bisa lagi menahan rasa sakit itu. Dan setelah Alvaro keluar dari sekolah, Kirana ambruk di lantai.

• • • • •

1 KATA BUAT CERITA MY CHILDISH GIRL!!!💜💜

spam vote dan komen biar mood ngetik HAHAHA

⚠️SEDIKIT LAGI MENUJU ENDING⚠️

MY CHILDISH GIRL (ON GOING)Where stories live. Discover now