Chapter 1: Dungeon lantai pertama

102 6 2
                                    

DRAP!
DRAP!
DRAP!

"HEI PENCURI KECIL BERHENTI!!!" Teriak seorang pria paruh baya sambil berlari mengejar seorang anak kecil yang sedang memegang sepotong roti.

"APA KAU PIKIR AKU AKAN BERHENTI KETIKA DISURUH?" Balas anak itu dengan nyaring, lidah nya menjulur ke arah penjual roti itu seakan mengolok-olok pria itu.

"AWAS KAU TIKUS KECIL, JIKA TERTANGKAP AKU AKAN MENJUAL MU KE PELELANGAN!!!" Pria itu sangat kesal dan masih mengejar anak itu.

"HAHAHA, TANGKAP AKU PAK TUA!" Anak itu tertawa sambil berlari dengan sangat gesit.

Ia melewati orang orang yang berlalu-lalang di pasar itu dan berbelok ke arah sebuah gang sempit.

"HAHAHA, KAU TIDAK BISA-... Dimana dia?" Pria itu ikut berbelok namun kehilangan jejak anak kecil itu.

"Sial, awas saja kalau ketemu lagi!" Pada akhirnya pria tua itu pergi dari gang sempit itu dengan perasaan kesal.

Setelah memastikan pria itu pergi, sang anak mulai keluar dari tempat persembunyian nya.

Ia bersembunyi di dalam sebuah kotak yang bertumpuk di sana, untung saja tubuh nya kecil jadi muat di dalam kotak itu.

"Huft, pak tua itu sangat gigih."anak itu menghela nafas lega karena berhasil lolos dari kejaran pria itu.

"Apa aku terlalu lama? Aku harus cepat kembali!" Anak itu langsung berlari keluar dari gang.

Anak itu mulai keluar dari pasar dan setelah berbelok ke dalam gang lagi, terlihat disana banyak orang-orang yang tidak terurus dan hanya bisa tertidur beralaskan tanah.

Anak itu tidak mempedulikan sekitarnya dan berjalan lurus untuk mencari seseorang.

"Ah!" Ia melihat seorang anak laki-laki dengan rambut coklat muda yang terlihat halus sedang terduduk lemas sambil bersandar pada dinding.

"Roni!" Panggil anak itu, anak yang bernama Roni itu membuka mata dan melihat ke arah suara yang memanggil nya.

Senyum nya seketika merekah melihat siapa yang datang.

"Kak Luna!"balas nya dengan sangat senang.

"Maaf kakak lama tadi, ini aku bawa roti untuk kita hari ini." Ucap Luna, anak yang mencuri roti itu tadi.

"...apa kakak mencuri lagi?" Tanya Roni sedikit ragu.

"..."

"Aku tidak punya pilihan Roni, kita tidak punya uang dan kamu juga sudah tidak makan 2 hari." Ucap Luna.

"Maafkan aku."

"Kenapa kau minta maaf Roni?"

"Karena ku kakak harus melakukan ini, bagaimana jika kakak terluka?" Anak laki laki itu mulai sedikit menangis membayangkan kakak nya terluka ketika melakukan hal seperti ini lagi.

"Jangan khawatir Roni! Kau tahu aku ini kuat dan lari ku juga cepat." Luna mencoba menghibur adik laki-laki nya itu dengan candaan kecil yang berhasil membuat adiknya itu kembali tersenyum.

"Ayo kita makan, kau lapar bukan?" Luna memotong setengah roti nya dengan ukuran sedikit lebih besar untuk bagian Roni.

"Terima kasih kak." Ucap Roni dan ia pun memakan roti pemberian kakaknya itu dengan lahap.

5 tahun berlalu, aku sekarang sudah berusia 14 tahun dan kami masih berada di kasta terendah namun, itu bukan lah suatu hal yang membuat kami putus semangat.

End Of The DungeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang