Chapter 6: Interview

140 13 0
                                    


Donat, martabak manis, pentol kuah, cilor balado, telur gulung, lemper, risol, dan cireng. Haksa menatap hasya yang menikmati makanan-makanan itu begitu mereka menemukan tempat duduk lesehan di pinggir pasar. Tempat ini dihiasi lampu dan matras untuk duduk, banyak pengunjung lain yang juga duduk di sini.

"Haksa enggak mau? Ini enak loh." Tawar hasya dengan mulut penuh yang mengunyah cilor.

Haksa menggeleng, "gue udah pernah ngerasain semua makanan disini. Udah bosen."

Hasya mengangguk-angguk, dia kembali mencicipi makanan yang ada di depannya dengan lahap.

Haksa tersenyum kecil, "enak kan?"

Kembarannya kembali mengangguk.

Keduanya menikmati suasana malam di tempat itu. Orang-orang tak seberisik biasanya, dan angin sepoi-sepoi yang bertiup membuat mereka jauh menjadi lebih santai.

Duh, damai banget, ucap haksa dalam hati.

"Halo kakak-kakak ganteng! Kami mau interview nih buat konten tiktak kami!"

Haksa tarik kalimatnya tadi.

"Boleh!"

Haksa melotot begitu hasya mengizinkan orang-orang itu dengan enteng.

"Oke, kita kenalan dulu, yuk!" Ucap orang yang memegang mic clip on, dia mendekat ke arah haksa. "Nama kakak yang ini siapa?"

"Gue haksa." Jawabnya setengah hati.

"Ohh, halo kak haksa! Nah, kalau kakak yang satu ini siapa? Eh, kalian kok mirip?" Tanya nya kali ini kepada hasya.

Hasya menjawab ramah dan riang.
"Halo semua! Saya hasya, kembaran haksa."

"Wah, wah. Kita kedapetan saudara kembar nih ges buat di tanya-tanya." Ujar orang itu sambil bertepuk tangan ke arah kamera.

"Berhubung kalian saudara kembar, maka tema interview kali ini sudah di tentukan. Temanya adalah, 'Seberapa kenal sih kalian sama saudara sendiri?' Untuk tema ini, saya tertarik nih sama kak haksa buat menjawab."

Haksa mengumpat dalam hatinya. Menambah kerjaannya saja!

Hasya sendiri lanjut memakan makanannya tadi, dia hanya menonton dari samping. Makan adalah nomor 1!

"Nah, pertanyaan pertama nih, kebiasaan saudara kak haksa yang paling sering dia lakuin itu apa?"

"Dia gak bisa diam kalau kerjaannya belum selesai. Apalagi kalau urusan kebersihan rumah. Pokoknya sebelum rumah bersih, dia bakalan terus bergerak buat menyapu sama mengepel."

"Waw, ternyata kak hasya orang yang suka bersih dan rapi ya! Lanjut ke pertanyaan nomor 2. Apa makanan kesukaan saudara kakak?"

"Si boncel suka makanan apa aja, tapi dia paling suka makanan yang bertekstur lembut. Ayam sama daging yang dia masak pasti dia taruh dulu di presto. Dia juga suka makanan yang manis-manis."

"Wah, kak hasya ternyata bisa masak ya! Lanjut ke pertanyaan terakhir nih. Kakak mau ajak saudara kakak kemana selama liburan akhir tahun ini?"

Haksa terlihat berpikir sesaat, kemudian ia menjawab. "Perpustakaan umum, kalau sempat."

"Menarik, kenapa kakak memilih tempat itu?"

"Boncel suka membaca buku. Buku apa aja dia baca. Tapi dia paling suka membaca buku tentang sosialisasi masyarakat sama novel fiksi bergenre horror sama action."

"Oke! Terima kasih ya kak sudah mau melakukan interview singkat dengan kami! Kalau begitu, kami pamit dulu. Jangan lupa menonton konten-konten kami di tiktak ya!"

Orang-orang aneh itu akhirnya menjauhi si kembar.

Haksa menghela nafasnya pelan, "ngerepotin aja. Lo udah selesai makan bel- Eh anjir, kok lo nangis cel?" Paniknya ketika melihat hasya yang wajahnya sudah basah dengan air mata, tapi tetap mengunyah makanannya.

"Lo kenapa, bjir???"

"G-gak papa, i-ini kepedesan aja..." isak hasya terbata-bata.

"Ah elah, tunggu deh. Gue beliin minuman dulu. Jangan kemana-mana lo!" Haksa bangun dengan buru-buru, kemudian berlari ke arah stand minuman terdekat.

Hasya masih menangis di tempat. "Huhu, te-ternyata haksa sesayang itu s-sama aku..."

Memang sudah mulai sayang, hasya.

Hello My Bro!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang