Haksa bad mood.Sesuatu yang jarang hasya temui adalah jika haksa sedang bad mood. Selama tinggal bersama, hasya bisa menghitung dengan jari ketika melihat haksa sedang bad mood. Jika dia sedang mengerjakan tugas, pulang dari jogging pagi, dan ketika ayah menghubunginya untuk memberi ceramah, maka haksa akan berada dalam suasana hati yang runyam.
Namun hasya hanya akan melihat saja saat adiknya itu sedang dalam suasana hati yang tidak bagus, dan itu adalah letak masalahnya. Hasya tidak pernah berbicara dengan haksa yang sedang dalam mood buruk. Takut jika nanti dia hanya akan semakin mengganggu haksa.
Tapi kali ini, dia akan mencoba untuk berbicara dengan adiknya. Usaha saja dulu.
"Haksa~ kok mukanya di tekuk gitu?"
Haksa sedang duduk di kursi balkon kamarnya, menatap datar ke depan tanpa menoleh kepada hasya yang memeluk lehernya dari belakang.
"Haksa~ adek kakak yang paling ganteng, yuhuu~ kamu dengerin aku enggak?" Hasya yang memeluk leher adiknya itu bergerak ke kanan dan ke kiri hingga tubuh sang adik ikut tergerak, sambil sesekali menciumi pucuk kepala haksa.
Haksa tetap diam, namun hasya bisa melihat wajah adiknya itu kini jauh lebih santai dan tenang.
"Ngapain lo berdiri, sih? Duduk di sebelah gue sini." Ketus haksa, membuat hasya tertawa dalam hati. Haksa ini, nadanya saja ketus. Tapi dia sangat perhatian.
Hasya duduk di sebelah haksa, dan memeluk lengan adiknya yang ternyata- wow! Dia tau haksa suka berolahraga, tapi dia tidak tau kalau adiknya ini ternyata memiliki massa otot yang banyak juga.
Hasya menggesekkan wajahnya pada lengan bagian atas milik haksa, kemudian mendongak dan menatap sang adik dengan cengiran lebarnya. "Haksa, kita jalan-jalan bentar, yuk!"
Haksa mengernyit, "mau kemana lo malam-malam begini? Udaranya lagi dingin, terus hujan mau turun. Enggak ah." Tolaknya.
Kurva bibir hasya melengkung ke bawah. Tangannya yang semula memeluk lengan haksa dia lepaskan secara perlahan. "Gitu ya...heum, oke. Padahal aku mau ngabisin waktu sama haksa karena hari ini haksa sekolahnya lama." Tuturnya jujur dengan wajah tertunduk kebawah.
Haksa jadi gelagapan sendiri melihat wajah sedih hasya. "G-gak! Gak gitu maksud gue. Bo-boleh kok! Ayo, lo mau kemana?"
Mata hasya kembali berbinar, "beneran?! Haksa mau??"
Haksa mengangguk cepat-cepat.
"Mau beli es krim!" Seru hasya girang.
•••
"Heh, pakai jaket lo!"
"Beli es krimnya gak usah banyak-banyak, anjir."
"Plis deh cel, jangan jalan di sana, licin."
Hasya tertawa girang. Haksa sangat perhatian dengannya malam ini.
Keduanya sedang berjalan pulang ke rumah setelah membeli 10 bingkisan es krim di minimarket dekat rumah. Haksa mendumal sepanjang jalan, dan hasya akan merespon dengan tawa nyaringnya.
"Temennya haksa baik-baik. Haksa udah lama temenan sama mereka?" Tanya hasya penasaran.
Haksa mengangguk. "Lumayan, kami udah kenal dari SMP." Jawabnya. "Yang paling akrab sama gue itu si kembar. Kami enggak pernah pisah dari kelas 7 sampai sekarang."
Hasya mengangguk-angguk, "oh... jevian sama nathan, ya."
Kini giliran haksa pula yang bertanya, "kalau lo? Lo punya teman akrab gak?"
Sejujurnya, jauh di lubuk hati haksa yang terdalam, dirinya begitu ingin tahu dengan semua kisah hidup kakaknya ini. Apa dia hidup bersama mama sebelum datang kesini? Apa dia anak yang rajin dan pintar di sekolahnya? Apa dia memiliki banyak teman di sana?
Hasya tertawa malu, "aku cuman punya 3 teman, enggak banyak kayak haksa." Ungkapnya.
Tangan haksa yang tidak memegang kantong plastik es krim terangkat naik, dan mengelus surai halus milik hasya. "Ya gak papa lah. Selama lo enggak sendirian dan mereka baik sama lo, enggak masalah walau pun cuman berteman sama 1 orang."
Hasya mengulas senyum senangnya, kemudian mengangguk dengan hatinya yang menghangat.
"Siapa aja nama temen lo itu?"
"Ada mimi, kiki, sama ruru."
Haksa terbahak, "aneh banget nama temen lo anjir! Kayak nama hewan peliharaan aja." Ejeknya dengan tawa yang menggelar.
"Loh? Mereka emang hewan."
Tawa haksa terhenti seketika, ia menatap hasya cengo.
"Kecuali ruru, dia teman main aku!"
"Ruru manusia?"
Hasya mengangguk, "ruru itu cewek. Badannya tingiiiii banget! Lebih tinggi dari aku." Hasya bercerita dengan penuh semangat. "Terus dia suka olahraga, perutnya kalau di pegang itu keras! Tangannya juga punya otot sedikit. Terus, hm, apa lagi ya? Oh iya, ruru punya tatto juga di badannya!"
Haksa tercengang.
Mendadak ia merasa khawatir dan was-was dengan teman hasya yang di ceritakan ini.
"Si ruru ini hobinya ngapain?" Tanya nya haksa agak ketar-ketir.
"Hmmm, apa ya?" Hasya berpikir sesaat, kemudian menjentikkan jarinya hingga berbunyi nyaring. "Oh! Aku ingat! Ruru suka main sama orang random, terus dia juga suka jalan-jalan ke tempat teman-temannya."
Helaan nafas lega terdengar dari haksa. Ternyata teman kakaknya tak perlu dia khawatirkan.
"Haksa kenapa?"
"Enggak, gue lega aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello My Bro!
Fanfictionhaksa lupa, kapan terakhir kali ia merasa terkejut luar biasa seperti saat ini. ini hari minggu, cuaca di luar sangat cerah dan terik. ia baru saja terbangun dari tidurnya, dan sudah mendapatkan kejutan luar biasa dari sang ayah. "the fuck? who the...