chapter 10: nginap, kata mereka

146 15 1
                                    


Jengkel, tidak suka, kesal, bete. Entah bagaimana lagi haksa harus mendeskripsikan perasaannya sekarang. Kakak kembarnya, hasya, sedang di kelilingi oleh kawan-kawannya. Membuatnya iri hati setengah mati. Begini-begini, haksa juga mau berdekatan dengan hasya. Hanya saja rasanya sangat malu jika dia menunjukkan terlalu terang-terangan.

"Btw, lo ini adeknya haksa, ya?" Pertanyaan itu kembali menyadarkan haksa dari lamunannya. Dia menatap risih kawan-kawannya yang tengah duduk mengelilingi kembarannya itu.

Hasya senyum dengan wajah tersipu, "Bukan, saya kakaknya haksa."

"Bjirr, kirain lo adeknya." Ungkap jevian terkejut. Habisnya, mau di liat dari sisi manapun hasya ini benar-benar kontras dengan haksa.

Haksa itu nakal, luar biasa nakal. Dia suka meminum alkohol dan minumam bersoda yang dosisnya tinggi, bicaranya kasar, suka mengikuti kegiatan balap liar setiap akhir minggu, dan sering membolos sekolah ketika sedang tidak mood. Terkadang haksa juga sengaja memporak-porandakan sekolah jika dia bosan.

Seperti kejadian 1 tahun yang lalu. Karena dia sudah luar biasa bosan sampai ingin mati rasanya, dia pergi ke ruang laboratorium untuk bereksperimen. Entah berapa jenis cairan berbahaya yang dia gabungkan, namun setelah 10 menit haksa berada dalam ruangan itu, sekolah menjadi luar biasa rusuh.

Ruang laboratorium meledak hingga merusak 3 ruangan di sekitarnya. Api bahkan berkobar hingga seperempat bagian sekolah hangus terbakar.

Yah, haksa pada akhirnya hanya tertawa hingga terpingkal melihat semuanya. Karena untuk pertama kalinya, dia bisa melihat nathan yang terkenal kalem dan irit bicara saat itu menjerit sambil menggendong 3 kucing di tangannya. Huh, dia bahkan masih bingung sampai saat ini, bagaimana kucing-kucing itu bisa bersama nathan kala itu, ya?

Itu adalah pengalaman yang menyenangkan, bagi haksa tentunya.

Lain haksa, lain pula hasya.

Kesan pertama para anak tongkrongan padanya begitu bagus.

Hasya sangat lembut. Tutur bicaranya pun juga sangat sopan. Dia tidak pernah meninggikan nada bicaranya jika mereka sengaja menjahilinya, dan hanya akan tertawa untuk merespon. Nilai plus dari mereka semua adalah, masakan hasya enak dan afeksi serta atensi yang di berikannya tidak main-main. Sangat cocok jika di sandingkan dengan mereka yang kurang kasih sayang, haha.

Bahkan nathan yang terkenal jarang berteman dengan orang lain, kini tengah duduk dengan tenang di samping hasya sambil sesekali memainkan ujung kain baju kembaran kawannya itu.

"Kak hasya, hari ini kami boleh kan nginap disini?" Cakra yang duduk di bawah sambil bersandar di paha hasya mendongak dengan mata memohon. Dia bahkan memajukan bibirnya agar terlihat imut, membuat haksa agak merinding melihatnya.

Hasya tertawa, kemudian mengusap lembut surai cakra. "Boleh, kok! Lagian kamar disini banyak yang kosong. Nanti cakra pilih aja ya mau tidur di kamar yang mana."

"Asik! Mau sama kak hasya-"

"Enggak!"

Semuanya menatap ke arah haksa yang terduduk di sofa one seaternya. Dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada dengan kaki yang juga menyilang. Matanya menatap tajam para kawan-kawannya. "Hasya tidur sama gue, enggak ada yang bakalan tidur sama dia." Ucapnya mutlak.

Duh, susah nih, batin mereka semua. Akan sulit bagi mereka jika ingin mengatakan permintaan dan pendapat jika haksa sudah mengeluarkan titah mutlaknya. Bukannya apa, berdebat dengan haksa itu tidak akan ada ujungnya. Susah jika ingin mengelak saat berdebat dengannya.

Hasya sendiri tersenyum kesenangan sendiri, tidak menyadari dengan atmosfer ruangan yang menjadi sedikit tegang karena adiknya.

Hehe, haksa mau tidur sama aku, hehehe~ malam ini tidur berdua sama haksa~

Hello My Bro!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang