Ayah tersenyum kecil ketika haksa dan hasya berdiri bersampingan untuk mengantar kepergiannya pagi ini. Rasanya cukup berat untuk meninggalkan kedua anaknya yang baru saja bertemu setelah sekian lama di pisahkan, tapi pekerjaan tetap lah pekerjaan. Ia harus banyak mencari uang agar nanti si kembar bisa hidup dengan enak di masa depan.
"Jangan kelahi ya kalian." Ayah meninggalkan amanat sebelum memasuki mobilnya, "hasya, ayah titipin haksa ke kamu dulu, ya. Anak ini suka balapan liar kalau lengah dari pengawasan. Dia juga sering pulang larut malam kalau lagi liburan panjang kayak gini. Pola makannya juga berantakan banget, hasya bisa kan bantu ayah buat menjaga haksa?"
Hasya mengangguk dengan senyum lebarnya, "ayah tenang aja! Haksa aman dalam pengawasan hasya, hehe."
Ayah mengangguk, senang dengan jawaban yang di berikan anak sulungnya. Sebelum dia pergi, dia memeluk kedua putranya itu. "Ayah tinggal dulu, ya. Gunakan liburan kalian buat hal yang berguna. Jangan sering berantem."
Hasya membalas pelukan ayah lebih erat, dia menganggukkan kepalanya. "Iya, ayah. Ayah hati-hati ya, jangan lupa buat istirahat kalau ayah kecapean."
Haksa sendiri hanya diam seperti patung. Tak ada niatan untuk ikut dengan drama mengharukan ayah-anak di depannya. Toh, ayahnya hanya akan pergi bekerja, bukan pergi jauh dan tak akan kembali lagi.
"Kalau gitu ayah pergi sekarang ya. bye, twins." Ayah masuk ke dalam mobilnya. Ia menyempatkan diri untuk melambaikan tangan kepada si kembar sebelum mobil melaju meninggalkan halaman rumah.
Hasya menoleh kepada haksa yang asik menatap datar mobil yang semakin jauh dari pandangan mata. Dia menepuk pelan bahu adiknya itu, "haksa suka apa? Biar aku masakin buat kamu."
Haksa menatap sinis sang kembaran, "gue bisa cari makan sendiri." Dia berbalik masuk ke dalam rumah. Meninggalkan hasya sendirian di depan pintu.
"Duh, kayaknya agak susah nih bikin haksa terbuka sama aku." Gumam hasya sedih. "Tapi gapapa! Aku kan belum usaha. Semangat hasya!"
•••
"Haksa mau makan? Jangan order di HP, aku masakin aja."
"Haksa, kamu mau main game sama aku?"
"Haksa, jangan minum alkohol!"
"Haksa mau kemana? Ini udah tengah malam, jangan keluar."
Haksa ini, haksa itu. Dia muak!
3 minggu tinggal bersama hasya, dia baru tahu bahwa kakak kembarnya itu adalah pribadi yang cerewet dan banyak bicara. Jangan begini, jangan begitu, katanya. Dia sangat suka mengatur haksa.
"Haksa! Jangan gigit kuku kamu, potong pakai jepit kuku aja!"
Lihat, ia baru mendudukkan tubuhnya di sofa ruang tamu, dan haksa segera mendatanginya sambil menyemprotkan omelannya itu.
"Apasih njing! Kuku gue juga." Haksa berdecak kesal, "lo itu orang baru disini, gak usah sok ngatur-ngatur."
Hasya merucutkan bibirnya, "aku kan di suruh ayah buat ngawasin kamu. Jadi aku harus pastiin haksa enggak ngelakuin yang aneh-aneh selama ayah gak ada."
Haksa merotasikan matanya malas, "oh, jadi kalau ayah gak menyuruh lo buat ngawasin gue, lo gak bakal mau sampai seperhatian ini sama gue?"
Entah mengapa, pertanyaan itu sampai ke telinga haksa dengan maksud yang berbeda. "Haksa suka aku kasih perhatian?" Tanya nya dengan mata berbinar.
Haksa melongo di tempat, "hah? Kok? Gimana, gimana?"
"Haksa tenang aja! Aku bisa kok ngasih haksa perhatian yang lebih dari ini. Jangan sedih lagi, ya!"
Haksa mengerang frustasi, "bukan gitu anjing! Lo denger gak si gue nanya apa tadi?"
"Hehehe~"
"Heh! Dengerin!"
Hasya sudah terpikir sebuah cara untuk mengakrabkan dirinya dengan haksa. Semoga setelah ini mereka bisa dekat! Hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello My Bro!
Fanfichaksa lupa, kapan terakhir kali ia merasa terkejut luar biasa seperti saat ini. ini hari minggu, cuaca di luar sangat cerah dan terik. ia baru saja terbangun dari tidurnya, dan sudah mendapatkan kejutan luar biasa dari sang ayah. "the fuck? who the...