Sunghoon merengkuh satu persatu anggota keluarga yang ia sayangi. Sudut bibirnya tertarik di ceruk leher sang ibu.
"Datanglah ke Seoul jika kalian ingin. Akan aku pesankan penginapan."
Mereka berdua melepas pelukan. Wanita tersebut mengusap bahu sang anak sulung. "Tentu saja."
"Ayolah, pria tua ini juga ingin dipeluk oleh putranya," celetuknya.
Sontak ketiga orang lainnya terkekeh mendengar ayah mereka. Dia menepuk bahu Sunghoon. "Semoga Tuhan memberi kelancaran di setiap urusanmu."
"Terimakasih, Appa."
Kini tersisa adik kecil perempuan yang tersenyum lebar hingga matanya menyipit. Yeji menghambur di dekapan kakaknya. "Belajarlah yang rajin. Katanya kau ingin menyusulku ke Seoul kan?"
Gadis itu tersenyum tipis. "Cukup sulit, tapi akan kucoba."
Yeji berdehem lantas mengangkat tangan ke udara. Menggerakkan ibu jari dan telunjuknya secara bersamaan. Sunghoon langsung mengerti tanpa harus diberitahu.
Pria itu menyentil dahi Yeji. "Dasar!"
Namun tak urung, Sunghoon memberikan beberapa lembaran kepada sang adik. "Jangan boros-boros."
"Yes!" pekik Yeji tertahan.
Dia mencium pipi Sunghoon sekilas. "Terimakasih, Kakak!"
Pria itu membenarkan posisi ransel di bahunya. Dia berjalan mundur sembari melambaikan tangan kecil. "Aku pergi. Sampai jumpa kembali!"
Sunghoon menaiki mobil. Sebelum benar-benar pergi dari halaman rumah, ia menurunkan kaca. Alih-alih membunyikan klakson, pria itu melambaikan tangannya lagi.
"Hati-hati, Kak!" seru Yeji.
____
"Mungkinkah sekarang Kak Sunghoon sudah berangkat ke Seoul?" gumam Hae-In.
Dia tengah berjalan santai dari mini market. Satu tangannya menenteng kantung plastik berisi pesanan sang ibu. Sedangkan tangan lainnya sibuk memegang es krim.
Sebuah mobil melaju lambat. Bunyi klakson memecah lamunan Hae-In berganti dengan kerutan kening samar.
"Masih belum familiar juga dengan mobilku?" celetuknya.
"Kak Sunghoon?"
Pria itu melirik tentengan Hae-In yang penuh. "Sepertinya belanja banyak sekali."
"Eh? Iya. Ibu yang memintaku," jawabnya menunduk menatap objek.
"Kebetulan sekali bertemu denganmu di sini. Seperti yang kukatakan semalam, aku harus kembali ke Seoul hari ini."
Gadis itu mengangguk. "Hati-hati, Kak."
"Dan ... " ucap Hae-In menggantung.
"Apa?"
"Terimakasih sudah memberiku kesempatan untuk mencoba penghasilan seorang idol," lanjutnya dengan nada bergurau. Sikap humble Sunghoon membuat Hae-In tidak lagi terlalu sungkan bertukar bicara.
Sunghoon tertawa. "Astaga. Kau suka sekali mengingat hal unik ya?"
Ia teringat akan sesuatu. "Apakah kau akan datang di hari kelulusan kami?"
"Tentu saja. Kau dan Yeji akan ku beri bouqet bunga paling besar di antara siswa lainnya."
"Lagipula hari itu masih panjang, Hae-In. Nikmati dulu masa sekolahmu."
Sunghoon menghentikan obrolan ringan mereka. Dia memberi ucapan pamit kepada perempuan itu dan meninggalkannya sendiri.
Tiba-tiba ponselnya berdenting. Terdapat pop up pesan dari temannya berupa link website.
"Kenapa dia mengirim ini?"
Penasaran melanda pikirannya. Ibu jarinya mengetuk pelan rentetan tulisan bercetak biru itu.
Tak lama, headline sebuah artikel mencuri perhatiannya.
'Kedekatan seorang pria yang diduga Park Sunghoon dengan gadis SMA di Plaza Mall mencuri perhatian publik.'
Shit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With You
FanfictionLike the title of a love song, stuck with you. Whenever and wherever -Park Sunghoon.