"Hae-In, kau mau minum apa? Biar aku traktir."
Sang pemilik nama membuka pintu cafe bertepatan dengan suara gemerincing bel menyambut kedatangan mereka.
Hae-In berdiri di sebelah temannya di depan meja kasir. Memandang varian menu di papan atas kemudian menyebutkan satu nama jenis.
"Choco latte."
Gadis itu melirik temannya yang terus menyebut pesanan dengan macam yang berbeda-beda. Hal itu membuatnya ingin bertanya, "Apakah ada tamu di rumahmu?"
"Setelah sekian lama, akhirnya kakakku pulang!" pekiknya seraya berjingkrak kecil.
Hae-In menoleh terkejut. "Kakak?"
Suara salah pelayan menginterupsi obrolan mereka berdua. "Ini pesananmu, Nona."
Yeji mengulurkan tangannya untuk mengambil dua kantung plastik. Hae-In pun berinisiatif membantu menghalau rasa terkejut.
Keduanya keluar dari pintu cafe dan berjalan menuju halte bus. Pikiran Hae-In dipenuhi pertanyaan sehingga tanpa sadar gerakan kakinya melambat dan tertinggal.
Yeji merasa berjalan sendiri pun berbalik badan. "Kenapa kau masih berdiri di situ?"
"Sejak kapan kau punya kakak?"
Salah satu alis Yeji naik lantas tertawa. "Astaga! Jadi sedari tadi kau sibuk memikirkan silsilah keluargaku?"
Gadis itu menghampiri Hae-In dan merangkul bahunya berjalan beriringan. "Akan kujawab nanti setelah sampai di rumah."
"Bisa bahaya jika aku mengatakannya di sini," ujar Yeji menoleh ke kanan dan kiri di antara keraiman.
Berbahaya?
Apakah kakak Yeji seorang mafia?
Oh tidak! Sepertinya Hae-In terlalu banyak menonton drama.
Bus menghantarkan mereka ke halte tujuan dekat komplek rumah Yeji. Perlu jalan beberapa ratus meter sebelum benar-benar membuka kunci pagar.
Nampak Yeji berjalan tergesa dengan senyuman lebar. Dia langsung berseru saat setelah masuk ke dalam. Meninggalkan Hae-In di teras.
"Kakak! Aku pulang!"
Suara Yeji semakin samar di telinganya. Hae-In membungkuk melepas ikatan tali sepatu kets. Ia begitu fokus sampai tidak menyadari ada seseorang yang berjalan dari arah belakangnya.
Begitu gadis itu berdiri hendak meletakkan sepatu pada rak, seseorang dengan kurang ajarnya memiting leher Hae-In dengan lengan.
Hae-In bergetar ketakutan. Ia berusaha memberontak ingin dilepaskan. Suara tawa menggelegar di indera pendengar.
"Apa kabar adik kecil? Pura-pura tidak mengenalku hah?"
Yeji yang sedari tadi mondar-mandir pun membelalak ketika melihat teman dekatnya menjadi korban kekerasan kakaknya.
"Kakak! Dia temanku!"
Pria itu mendadak berhenti. Mematung melihat wajah sang adik yang rupanya ada di hadapannya sendiri. Patah-patah ia menunduk pada gadis yang tengah ia rengkuh jahat ini.
Tangan satunya terulur untuk menyibak sedikit rambut lembut itu. Perlahan wajah asing tersebut nampak.
Netra mereka saling bertumbukan sesaat.
Keduanya sama-sama terkejut.
Terlebih lagi Hae-In.
"Park Sunghoon-sshi?!"
Yeji tersenyum prihatin. "Akhirnya aku tidak perlu bersusah payah mengenalkan kakakku padamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With You
FanficLike the title of a love song, stuck with you. Whenever and wherever -Park Sunghoon.