Meet You Again, Sir.

2 2 0
                                    

Tirai putih masih terbuka. Hae-In duduk menatap layar laptop di meja belajarnya. Terus menggulir riwayat surel di kolom surat masuk.

Belum ada jawaban sama sekali.

Gadis itu menaikkan satu kaki sambil menyesap cokelat panas yang ia seduh tadi.

"Apa iya aku hanya akan menjadi pegawai cafe setelah susah payah kuliah?" gumamnya.

"Maklum saja. Mungkin surat lamaran pekerjaan yang aku ajukan belum memiliki gelar akademik." Hae-In memikirkan sisi lain yang ia lupakan.

Ia melirik stopmap bening di sebelahnya. Daftar riwayat hidup serta surat lamaran pekerjaan yang baru ada di sana. Besok Hae-In harus terpaksa pergi ke salah satu cafe yang memberikan informasi lowongan pekerjaan.

Hae-In butuh pemasukan tambahan.

Semoga saja pekerjaan sementara ini menjadi transit sebelum mendapatkan pekerjaan yang sesungguhnya.

Dia mengambil stopmap itu kemudian memandangnya lamat-lamat. Hae-In menghela napas. "Susah sekali ya mendapat pekerjaan."

"Jika tahu dari dulu, sudah kupastikan tabungan uang saku dari TK sudah membludak."

Hae-In mengira senang mendapat pekerjaan di ibukota apalagi banyak perusahaan berdiri di sini. Tapi sekali lagi, tidak seindah apa yang dibayangkan.

Gadis itu meletakkan kembali stopmap nya. Memandang bulan sabit yang menerangi kota Seoul. "Kau pasti bisa, Hae-In! Hwaiting!"

Senyum Hae-In surut perlahan. Dia malah menyembunyikan wajah di antara dua lipatan tangan. Kemudian menangis tanpa air mata.

____

Hae-In memandang sekilas pintu cafe bertuliskan open itu. Dia membuka daun pintu dengan satu tangan membawa stopmap yang telah disiapkan.

"Apa ada yang bisa aku bantu?" tanya salah satu pelayan kasir.

"Ah ... Aku melihat informasi lowongan pekerjaan di sini. Aku berniat melamarnya."

Sang pelayan kasir membulatkan bibir. "Kebetulan sekali owner nya sedang berkunjung kemari. Ayo ku antar kau ke ruangan sajang-nim."

Hae-In berjalan mengekor. Dia ikut berhenti ketika petugas kasir menunjuk salah satu pintu dimana terdapat dua pengawal di depan.

Keningnya mengerut. "Apakah pemilik cafe harus dijaga sebegitu ketatnya?"

"Ada urusan apa?" tanya salah satu pengawal pada pelayan kasir.

Dia menunjukku sekilas. "Nona ini ingin melamar pekerjaan."

Pria itu melirikku. "Tunggu di sini sebentar. Aku harus memberitahu sajang-nim terlebih dahulu."

Hae-In menoleh pada pelayan yang kembali berbicara padanya. "Maaf hanya bisa mengantarmu sampai sini.  Aku harus kembali ke pekerjaanku. Permisi!"

"Terimakasih atas bantuannya."

Sosok pengawal menampakkan wajahnya lagi. Ia mengangguk. "Silahkan masuk."

Tangannya meremat erat, menarik napas panjang membulatkan tekad. Karirnya harus dimulai dari titik nol. Hae-In menarik secarik senyum.

Langkah kaki membawanya masuk semakin dalam. Sang owner tengah duduk memunggunginya karena baru selesai berbicara dengan seseorang di telepon.

Ketika kursi itu berputar ke arahnya, kedua pasang netra menampilkan isyarat keterkejutan.

"Park Ji Won-sshi?"

Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang