"Ingin menghindar? Waeyo?" Sunghoon menatap sayu gadis di depannya. (Kenapa?)
Hae-In mengalihkan pandangan. "Perasaan Kak Sunghoon saja."
Pria itu tersenyum tipis. "Perasaanku saja ya? Menurut perasaanku, kau menghindar dariku lama sekali. Hampir lima tahun, mungkin?"
"Itu karena kau seorang idol. Harus mengurangi komunikasi dengan orang asing di luar waktu formal," jawabnya.
Perkataan Hae-In menyentil hati Sunghoon meski pada nyatanya gadis itu tidak berniat menyelam masa lalu. Dia menghela napas. "Maaf karena menyeretmu ke dalam masalah. Seharusnya aku lebih berhati-hati waktu itu."
"Semuanya sudah beres. Aku juga berusaha untuk tidak menjatuhkan dirimu dalam klarifikasi," imbuhnya memberi penjelasan.
Melihat Hae-In diam saja membuat Sunghoon menghembus napas lelah. "Sebenarnya selama ini aku berusaha ingin bertemu karena ingin meminta maaf secara langsung. Tapi kau entah dimana."
"Yeji pun begitu. Tidak mau memberi tahu keberadaanmu ataupun nomor kontak karena kau membiarkan Direct Message ku tanpa jawaban."
"Kau tidak mau memberi sedikit penjelasan kepadaku?" Sunghoon menunggu-nunggu gadis itu angkat suara.
Hae-In menarik napas panjang kemudian memberanikan diri menatap manik mata sang empu. "Bagi Kak Sunghoon dengan klarifikasi itu, semuanya selesai begitu saja. Tapi tidak Kak ... "
Sunghoon terhenyak. "Jangan katakan bahwa kau—"
"Mereka mengincarku! Mengomentari akun sosial mediaku dengan ujaran negatif," sergah Hae-In dengan menaikkan nada bicara.
"Kak Sunghoon selalu mengabaikan sekitar sehingga orang lain yang terkena imbasnya. Seolah menjadikan dunia pura-pura tidak sadar dengan keberadaanmu."
Pria itu terdiam. Ia tak pernah mengira akan berakhir seperti itu. Sedangkan dirinya? Adem ayem saja.
Hae-In bukan benci kepada Sunghoon, melainkan dengan apa yang sedang disandang oleh pria itu. Ketenaran layaknya ujung tombak yang bisa menusuk kapan saja.
Maaf jika dia terlalu childish.
————
Hae-In menenggak kaleng bir yang baru saja ia beli. Gadis itu melirik jam tangannya. Masih ada waktu satu jam lagi sebelum tengah malam. Teman-temannya sudah tertidur lelap ketika Hae-In sampai.
Ia menolak ketika Sunghoon ingin mengantarnya karena ia tidak bisa berlama-lama dengan pria itu.
Dari balkon asrama ini, Hae-In melihat bintang-bintang di langit malam. Semilir angin menghembus untaian rambutnya. Gadis itu mengeratkan cardigan yang masih melekat.
Hyuna yang tengah tertidur pun bergerak ke kanan dan ke kiri. Berusaha menutupi sekujut tubuh dengan selimut.
Keningnya mengerut. "Siapa yang membuka pintu balkon malam-malam begini?" gumamnya pelan.
Tangannya menyibak pelan tirai ranjang. Niatnya untuk menutup pintu kaca itu tertunda ketika melihat punggung tak asing tengah menyendiri di bangku sana.
Langkahnya mendekat. "Hae-In?"
Sang pemilik nama sontak menoleh. "Eh? Kenapa terbangun?"
Hyuna bergerak mengusap bahu. "Kedinginan."
Hae-In mengerjap merasa bersalah. "Maaf, seharusnya aku menutup pintunya."
"Tidak masalah," santainya lantas menempati sebuah kursi di sebelah gadis itu yang terhalang meja bundar kecil.
"Tadi kau bertemu dengan lelaki itu? Sepertinya tidak berlangsung baik," ujar Hyuna menunjuk kaleng bir di tangannya.
"Kentara sekali ya?" kekeh Hae-In.
Hae-In menghela napas. "Iya, ada hal yang menggangu usai berbicara dengan pria itu."
Hae-In merasa lega sekaligus bersalah.
Lega sebab keluh kesahnya yang ia pendam selama ini tersampaikan.
Bersalah karena sempat mengatakan sesuatu yang usai dipikir-pikir lagi, itu cukup menyinggung perasaan.
"Lebih baik aku tidak bertemu atau mengenalmu sejak dulu. Mungkin aku akan menjalani hidup dengan tenang," kata gadis itu dengan hembusan napas kesal.
Sunghoon nampak tersentak dengan kalimatnya barusan. Namun, ia dengan mudah menetralkan ekspresinya. Pria itu justru menarik seutas senyum.
"Maaf, tapi aku tidak akan pernah menyesal," ucap Sunghoon.
Hyuna menyahut melihat Hae-In yang termangu. "Aku tidak tahu persis apa yang terjadi di antara kalian di masa lalu. Harapanku semuanya kembali membaik seperti semula."
Hae-In tersenyum tipis mendengarnya. Ia bersyukur memiliki teman seperti mereka bertiga.
Dia menengguk habis kaleng bir kemudian membuangnya ke tempat sampah. Sebentar lagi tengah malam. Harus tidur dengan cukup untuk kembali beraktivitas besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With You
FanfictionLike the title of a love song, stuck with you. Whenever and wherever -Park Sunghoon.