daffodil

4 2 0
                                    

"Ananda Yoon Hae-In S.M. putri dari Bapak Yoon Gong Ju dan Ibu Kim So Bin peraih IPK tertinggi yakni 3,95."

Suara sang Master of Ceremony memanggil namanya untuk naik ke atas panggung dimana para petinggi universitas berdiri berjejer menunggu satu persatu mahasiswa.

Tepuk tangan meriah menyambut langkah kakinya. Menaiki anak tangga dengan senyuman paling sempurna yang pernah ia tunjukkan.

"Selamat Yoon Hae-In," ujar sosok Rektor Kampus memberi sebuah tabung hitam dan map tebal kemudian menyampirkan tali toga dari arah kanan ke kiri secara formal.

Hae-In tersenyum lantas membungkuk hormat. "Terimakasih, Pak."

Gadis itu berbalik badan sambil mengangkat kedua benda tersebut ke udara dengan niat menunjukkannya pada orang tuanya yang duduk di salah satu tribun.

Lagi-lagi tepuk tangan terdengar.

"Kami bangga padamu, Nak!"

Bukan.

Itu bukan suara ayah atau ibunya, melainkan teman-teman kamar asrama yang duduk di antara ratusan mahasiswa berpakaian hitam khas kelulusan.

Hae-In tak bisa menahan kekehan. Padahal diingat-ingat, dirinya lah yang paling terakhir menyelesaikan skripsi. Hampir saja. Namun, Tuhan memberi kesempatan padanya untuk lulus tepat waktu bersama mereka.

Melihat ratusan manusia dari sini membuat jantung Hae-In berdebar. Ini bukan tenang rasa gugup ataupun jatuh cinta pandangan pertama.

Ia baru sadar.

Setelah ini tidak akan ada lagi kehidupan kampus dan keributan di asrama.

Pergi dari sini untuk mencari pekerjaan demi menopang kerasnya hidup yang tengah menanti.

Tidak ada lagi kata santai ataupun bersenang-senang.

Hae-In segera memecah lamunannya. Ia tidak bisa terus berdiri sini. Dia pun menuruni tangga kembali ke bangkunya. Menikmati tangis haru bersama teman-teman.

"Ya! Bulu matamu jatuh!" ejek Mi Rae kepada Hyuna di sela-sela tangisnya.

Sesenggukan sang empu terpaksa tertunda karena bercermin. "Aisshh! mengganggu momen saja!"

Hae-In dan Jihan tertawa melihat interaksi konyol mereka. Keempat perempuan itu kembali mengeratkan rangkulan bahu. Seolah saling menguatkan satu sama lain.

"Sorry, guys. Setelah acara selesai, aku harus kembali ke Busan. Maaf tidak bisa ikut bantu beres-beres kamar. Hehe."

"YA! JIHAN SHIBAL!" seru mereka bertiga kompak sambil memelototi sang pemilik nama membuat perhatian orang-orang tersita.

"Para Hadirin, dimohon untuk tenang."

____

"Hae-In ahh!" panggil seseorang dari kejauhan

"Yeji?"

Yeji berlari mendekap tubuhnya membuat Hae-In sedikit kelimpungan. "Akhirnya, kau lulus!"

"Segeralah menyusul," ucap Hae-In usai melepas pelukan.

Yeji mengerucutkan bibirnya. "Entahlah, dosenku sangat sulit diajak berkomunikasi. Selalu saja ada alasan agar aku tidak bisa bimbingan."

"Mungkin beliau sangat sibuk." Gadis itu berupaya memberi pikiran positif agar Yeji tidak melulu memendam overthinking.

"Aku ada sedikit hadiah untukmu."

Mata Hae-In berbinar. "Apa isinya?"

"Lihat saja sendiri."

Paper bag itu memperlihatkan sebuah kotak bening berisi boneka beruang dengan topi toga dan pakaian kelulusan. Hae-In menutup mulut menahan pekikan. "Neomu kiyowo!"
(Sangat lucu!)

Hae-In memeluk temannya sekilas. "Terimakasih, Yeji. Aku suka sekali dengan hadiahmu."

Yeji berdehem. "Sebenarnya aku tidak datang sendirian."

Sang empu mengerutkan dahi. "Dengan siapa?"

Gadis itu menunjuk seseorang dengan dagunya membuat Hae-In mengikuti arah pandang Yeji. Pria berkacamata hitam serta bermasker.

Ah iya.

Dia sampai lupa bahwa Sunghoon akan datang.

"Aku tidak pernah melupakanmu. Tapi kau selalu melupakanku," celetuknya sambil berjalan mendekat.

Hae-In menggeleng cepat. "Tidak seperti itu, Kak."

Sunghoon tersenyum manis seolah melupakan apa yang baru dibicarakannya. "Coba tebak aku bawa untukmu."

Tanpa berpikir lama, Hae-In langsung menjawab. "Bouqet bunga?"

Senyum Sunghoon luntur sambil menunjukkan benda yang disembunyikan di belakang punggung. "Terlalu mudah ditebak ya?"

Yeji tertawa puas. "Kan sudah kubilang, Kak. Jangan bawa bunga lagi! Tapi kau malah tidak percaya."

Meskipun begitu, Hae-In tetap menerimanya dengan senang hati. Senyum cantik terpancar di wajahnya. Membuat kuping Sunghoon diam-diam memerah.

"Terimakasih, Kak."

Lagi-lagi namanya disebut sehingga ia pun berbalik badan. Di sana terdapat Hyuna dan Mi Rae serta kedua orangtuanya tengah berjalan bersama.

"Whoa! Bunga daffodil lagi?" seru Hyuna.

"Apakah akan disimpan sampai kering seperti bouqet bunga di kamar asrama itu?" imbuh Mi Rae.

Baru saja Hae-In mencegah, tapi memang mulut ceplas-ceplos mereka tak bisa dihadang begitu saja. Ia melirik pelan pada pria jangkung yang juga menatap penuh tanya padanya.

"Kenapa kalian mengungkit itu?"

"Apakah dia teman-temanmu, Nak?" tanya ayah melihat dua orang kakak adik berpakaian berbeda.

"Oh iya, perkenalkan ini Park Yeji. Teman SMA ku," ujarnya menunjuk sang pemilik nama.

"Halo, Om, Tante, dan teman-teman Hae-In " sapa Yeji ramah.

"Dan ini ... " Hae-In menggantungkan ucapan ketika giliran pria itu tiba. Sedangkan Sunghoon menaikkan satu alisnya terheran karena gadis itu berhenti tiba-tiba.

Pria itu maju selangkah. "Namaku Park Sunghoon. Kakak dari Park Yeji."

Menunggu Hae-In berbicara akan membuang waktu. Maka dari itu, Sunghoon memperkenalkan secara mandiri.

"Park ... Sunghoon?" gumam Mi Rae pelan namun tetap terdengar.

Sang empu menarik seutas senyum kemudian melepas kaca mata hitam dan masker yang ia pakai sejenak. "Yes! You're right! I'm Park Sunghoon."

Hyuna dan Mi Rae menganga lebar sehingga saling menutup mulut satu sama lain. Bahkan napas Hyuna tidak karuan sekarang.

"O-oh my gosh!"

Kaki Hyuna lemas. Dia hampir terjatuh jika Mi Rae tidak menopangnya. Sedangkan Hae-In hanya bisa menghela napas lelah.

Sunghoon kembali memakai atribut wajib di wajah sebelum orang lain melihatnya. Dia tertawa kecil. "Ekspresi kalian sangat lucu."

Mi Rae menoleh ke arah temannya yang sedari tadi diam. "Ya! Kenapa kau tidak beri tahu kami bahwa pria yang kau maksud itu adalah Park Sunghoon?!"

"Hm?" gumam Sunghoon seraya melirik Hae-In meminta penjelasan.

Yang ditanya malah meringis tak jelas.

Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang