TEASER 15

2.1K 56 11
                                        

Di tempat lain..

Lalisa POV

Sore ini, ketika kami selesai berbelanja dan makan, Kim Jennie tiba tiba menepikan mobil disebuah taman ditengah kota. Aku yang duduk disebelahnya hanya menatap heran tadinya. Dia bilang dia ingin menghirup udara segar sejenak sembari melihatku. Jadi aku turuti keinginan kekasihku itu.

Kami berjalan di taman, lalu Kim Jennie membeli eskrim dan ia mengajakku duduk kursi taman pinggir danau Neuchattle sambil mekimati indahnya matahari yang sedang menjingga akan terbenam. Ia tersenyum melihatku yang duduk sambil menikmati eskrim yang paling aku suka. Lalu ia seka dengan ibu jarinya secarik es yang berlepotan diujung bibirku.

"Apa yang paling kamu sukai sekarang ? langit yang indah ? Eskrim choco kesukaanmu ? Atau aku ?" Tanya Jennie padaku tiba tiba.

Aku hanya balas tersenyum atas pertanyaannya itu. "Pertanyaan macam apa itu ? Diantara segala hal kau adalah yang paling aku sukai. Karena bersamamu artinya aku sudah mendapatkan segala hal yang lainnya"

Jennie tiba tiba terdiam, dibalik diamnya ada hal yang tak bisa aku prediksi. Entah kenapa sepasang manik kucingnya itu mengandung kesedihan yang tidak terungkap. Aku menatapnya lagi, lebih lekat dan memperhatikan tiap perubahan ekspresi diwajahnya itu.

"Ada apa ? Apakah ada hal yang membuatmu sedih ?" tanyaku padanya.

Kim Jennie mengigit esnya, tetapi kesedihan itu masih belum pergi darinya. Aku merasakannya dengan sangat jelas. "Sayang ada apa ?" Tanyaku lagi.

Barulah bibir mungil itu angkat suara dan mulai membalas. "Apakah menurutmu kita bisa bersama selama yang kita mau ?"

"Tentu saja" Jawabku cepat, tanpa sedikitpun ragu-ragu. "Mengapa kau bertanya begitu ? Kita sudah bersama sejauh ini dan segalanya baik baik saja. Apa yang sedang kau risaukan Nini ?"

Jennie menghela nafas, tetapi matanya itu menatap jauh kearah danau lepas, seakan ikut hilang jiwanya pergi bersamanya. Didalam renungnya yang aneh ia berkata padaku. "Kamu sama seperti matahari terbenam. Terlalu indah setiap menitnya yang berlangsung, sampai aku lupa bahwa itu tak akan selamanya"

Darahku berdesir saat ia berkata seperti itu, Aku memutar dudukku segera dan menghadap Jennie seutuhnya. "Pasti terjadi seusatu sehingga kata kata itu keluar dari mulutmu. Katakan apa yang terjadi ? adakah yang mengusikmu ?"Tanyaku lagi dengan begitu serius.

"Tidak Lalisa. Tidak ada yang mengusikku. Tetapi akhir-akhir ini aku baru menyadarinya soal ini"

"Mau sekeras apapun bersikeras, pada akhirnya cinta ini akan luntang luntung. Kita punya cinta, tetapi dunia punya aturan." Kata Jennie lagi. Suaraku langsung meninggi menyusul ucapannya itu.

"Persetan dengan aturan keparat, untuk kau akan aku rusak semuanya! Untuk kau akan aku langgar smeua hal, untuk kau akan aku lewati semua batasan yang ada!"

Jennie menutup bibirku dengatelapak tangannya segera, kedua mata kucingnya itu berkaca. Sungguh, betapa pilunya dada ku sekarang menyaksikan semua itu.

"Ssssstt... tak perlu emosi, emosimu hanya akan sia sia dan tidak akan merubah apapun"

"Dengarkan aku Lili. Apapun kondisinya, jangan pernah berpikir untuk merusak hidupmu hanya demi aku. Jangan langgar aturan itu, dan jangan kecewakan siapapun yang ada disekitarmu. Karena kau tak perlu melakukan itu"

"Tetapi aku akan menyakitimu jika begitu." Sanggahku dan Jennie tiba-tiba menahanku.

"Ssssstt.. Kumohon, untuk sekali ini saja, bisakah kau menuruti permintaanku dan mendengarkan aku ?"

"Jangan korban kan apapun demi aku"

"Aku bukanlah harga yang tepat untuk kau mengorbankan segalanya"

MISTRESS (Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang