Balenciaga private party

263 33 4
                                    

Sinar mentari pagi menembus jendela kamar Jennie, matahari telah bertengger manis di ufuk timur siap melakukan tugasnya menyinari kegiatan penduduk bumi di siang hari, namun Jennie tampak enggan bergerak dari posisi nyamannya diatas ranjang dengan seseorang yang ia kagumi. Kagum? entahlah.

"Mianhae aku telah membuatmu terkejut, kau pasti ketakutan?" Ucap Rosé lembut, ia membelai surai indah Jennie yang terbaring nyaman dalam pangkuannya.

"Ani, tak ada yang harus ku maafkan. Aku memang terkejut melihat bagaimana sebuah aliran listrik bisa keluar dari tangan mu, hantaman jarak jauh, telekinetik, semuanya sungguh diluar nalar. Tapi tak seharusnya kau meminta maaf kepada ku bukan?" Jelas Jennie, ia memberi jeda pada ucapannya hanya untuk sekedar membelai lembut pipi  berisi Rosé.

"Tak ada yang perlu dimaafkan karna tak ada yang harus disalahkan, kau menyelamatkanku dan sudah seharusnya aku berterimakasih kepadamu. Bahkan sebuah kata terimakasih saja terasa tidak akan pernah cukup, aku berhutang nyawa padamu gomawoyo Rosié-ya." Lanjutnya senyum tulus ia berikan pada gadisnya.

Rosé menghela nafas lega, "Syukurlah aku sangat mengkhawatirkanmu, aku takut kau melihatku seperti seorang monster karena yeah kau tau sendiri kan." Ucap Rosé menunduk lesu, tangannya terangkat menggenggam tangan Jennie yang sedari tadi setia mengelus pipinya.

"Aniyo~ monster no no, itu terlalu menyeramkan untuk mu Rosié." Ucap Jennie dengan aegyo-nya. Jennie mengalungkan lengannya pada leher jenjang milik Rosé, ia sedikit beranjak dari tidurnya, mengarahkan wajahnya pada telinga Rosé.

"Kau terlihat semakin keren semalam, kau tampak seperti dewa." Bisik Jennie dengan suara serak seksinya.

Kini wajah mereka saling berhadapan senyum manis terukir di wajah mereka saling menatap dalam kedua bola mata satu sama lain. Tatapan Jennie turun kearah bibir mungil Rosé yang tampak kenyal dan penuh, sesuatu mendorongnya untuk mencicipinya.

Jennie mengikis jarak diantara mereka, ia memejamkan matanya dan sedikit memiringkan kepalanya ke samping, ia sudah tak mampu lagi untuk menahannya, menahan hasrat yang sedari tadi bergejolak memintanya untuk mengecup bibir ranum milik Rosé.

Namun pergerakannya terhenti, sepasang tangan menahan bahunya, membuat pergerakan Jennie terhenti, ia kembali membuka kedua mata sayunya menatap Rosé penuh tanya.

Tangan Rosé terangkat menunjuk kearah luar Jendela, "Lihat." Jennie mengikuti arah tangan Rosé.

"Time to wake up Kim Jennie." Ucap Rosé.

"AaaAAahhh shiro." Rengek Jennie ia menjatuhkan tubuhnya ke dalam pelukan hangat Rosé membuat mereka jatuh berbaring diatas ranjang dengan Jennie yang tepat menindih tubuh Rosé.

"Ahh ayolah nini wake up."

"EONNIE WAKE UP!"

BYURR...

Seketika Jennie bangun terduduk dari tidurnya, ia dengan tergesa-gesa menghirup oksigen melalui mulutnya, ia memperhatikan tubuhnya yang basah kuyup dari kepala hingga kaki.

BRAKK...

Atensinya teralihkan saat pendengarannya menangkap suara benda jatuh, matanya membulat saat ia melihat sang pelaku yang baru saja mengganggu mimpi indahnya sekaligus membuatnya basah kuyup.

"YAKKK!!!" Teriaknya dengan lantang, Jennie menatap nyalang kearah adiknya yang sedang berdiri diujung ruangan.

"Wahh akhirnya kau bangun juga eonnie. Sulit di percaya kau tidur seperti orang pingsan, semalam kau pasti mabuk bukan? Tenang saja aku akan tutup mulut, eommoni takkan pernah tau... Kau harus berterimakasih kepadaku!" Ella bersedekap dada dengan wajah tengil ia pamerkan dengan alis yang ia sengaja naik turun kan.

The Universe | CHAENNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang