Disebuah gedung usang yang telah lama terbengkalai diakibatkan satu peristiwa yang terjadi hingga memusnahkan seluruh isi kota ini seorang gadis dengan surai abu-abunya tengah asik melukis sebuah lukisan yang menggambarkan sepasang gadis kecil yang tengah berlari dengan wajah berseri-serinya. Kenangan yang indah. Lukisan yang tampak manis namun tak pernah mampu untuk ia selesaikan.
"Ohh park kau melukis teman kecilmu lagi." Suara khas dari mahluk yang secara tiba-tiba muncul disana. Mahluk yang bertubuh kerdil dengan telinga yang runcing memanjang.
Gadis bersuara abu-abu itu diam, ia benar-benar tak mengindahkan perkataan mahluk kerdil itu yang dikenal sebagai Raff. Ia tenggelam dalam lukisan yang ia buat.
"Aku merindukan mu." Ucapnya sendu. Ingatan-ingatan menyenangkan bersama teman kecilnya itu terlintas di benaknya bagaikan sebuah kaset usang.
Momen paling menyenangkan dalam hidupnya ialah bersama gadis kecil yang berada didalam lukisan itu. Hanya bersama dengannya ia bisa merasakan manisnya hidup. Rasa takut yang membelenggunya dulu akan pudar seketika saat bersama dengan gadis kecil itu. Bersamanya ia mampu tertawa layaknya anak-anak seusianya.
Satu-satunya kenangan indah yang ia miliki.
Hanya saja...
Hanya saja...
***
"Chaeyoung kita harus segera pulang." Seorang gadis kecil dengan bando di kepalanya berseru panik. Terlalu asik bermain disebuah taman kanak-kanak membuatnya tak menyadari jika matahari sudah hampir tenggelam bergantikan malam.
"T-tapi aku ingin terus bersamamu. Bolehkah aku ikut pulang bersamamu saja?" Chaeyoung kecil tampak menunduk sendu. Sepatu usang nya menendang-nendang batu kerikil yang ia pijak, ia benar-benar tak ingin kembali ke tempat itu lagi. setidaknya untuk hari ini saja.
"Tentu saja boleh, eomma appa tak pernah melarang ku untuk membawa teman ku ke rumah." Mendengan itu seketika chaeyoung kecil mendongakkan kepalanya. Wajah sendunya sudah tak lagi terlihat, ia tampak semakin berseri-seri.
"Kalau begitu kajja kita lanjutkan bermain dirumah mu saja." Serunya girang. Chaeyoung menggandeng tangan teman kecilnya tersebut.
"Tidak chaeyoung." Chaeyoung terdiam kebingungan, bukankah dia baru saja mengatakan bahwa ia boleh ikut pergi bersamanya, lalu mengapa sekarang melarangnya.
"Kau harus mengatakannya terlebih dahulu kepada kedua orang tua mu Chaeyoung. Mereka akan khawatir jika kau pergi tanpa sepengetahuan mereka." Jelas gadis kecil itu menjawab sorot pandang kebingungan yang terpancar dari kedua mata Chaeyoung.
"Tenang saja mereka tak memiliki waktu untuk memperhatikanku. Bahkan disaat aku pergi menginap di tempat tinggal pamanku selama berminggu-minggu saja mereka hanya mengatakan 'ohh jika anak itu nakal, jewer saja dia' begitu." Chaeyoung bersedekap dada sombong seolah itu adalah hal yang harus ia banggakan.
"Yaa Chaeyoung kau memang anak yang nakal. Maka belajarlah menjadi gadis yang baik mulai dari selalu meminta izin terlebih dahulu kepada kedua orang tua mu." Dengan wajah seriusnya gadis kecil itu juga ikut bersedekap dada. Seketika wajah sombong Chaeyoung tertekuk malas dibuatnya.
"Kajja aku temani." Gadis kecil itu dengan berani menyeret kerah baju dari pakaian yang tengah Chaeyoung kenakan agar anak nakal itu tak coba-coba untuk melarikan diri darinya.
***
"Aku tunggu disini." Gadis kecil itu berbalik menghadap temannya yang sedari tadi ia seret. Ia berdiri tepat di samping pintu pagari bangun yang tampak tak terlalu besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Universe | CHAENNIE
Fanfictionberawal dari rose yang tanpa sengaja membuka portal antar klan hingga membuatnya tersesat di tempat antah berantah. dan entah bagaimana ceritanya ketersesatannya itu malah membawanya menjadi seorang idol. hingga takdir mempertemukan ia dengan gadis...