Sisi Lain

219 27 1
                                    

"Wah daebak! Rosié jantungmu berpacu sangat kencang sekali." Seru Jennie dari balik mantel tebal yang menutupi tubuhnya. Jennie kembali lagi mendekatkan telinganya pada jantung Rosé. Ia tersenyum jahil, ia harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin pikirannya.

"Diamlah sudah ku bilang itu hal yang manusiawi." Elak Rosé.

Jennie melepaskan kalungan sebelah tangannya dari leher jenjang milik Rosé. Telapak tangannya turun menyentuh tepat diarea jantung Rosé.

"Ini sama sekali tak manusia, jantung mu berpacu sangat kencang seolah-olah kau sedang berlari maraton saja." Bantah Jennie yang sebenarnya hanya sebuah alasannya saja.

"Omo! Omo! Omo! Apa yang baru saja aku lakukan!!! Aku yakin wajahku sudah seperti kepiting rebus sekarang." Batin Jennie berteriak histeris.

"Kau berlebihan, aku hanya sedang berjalan santai saja."

SPLASH!! SPLASH!! SPLASH!!

"Ohh ayolah itu hanya sebuah perumpamaan! Sudahlah lupakan. Apa para gangster itu masih disana?" Tanya Jennie mengalihkan topik pembicaraan.

"Ya mereka masih disekitar kita."

"Benarkah? Mengapa mereka betah sekali berdiam diri disini. Aku ingin mengintip! Aku ingin mengintip!"

"Jika kau mengintip, aku akan menjatuhkan mu disini!" Sergap Rosé saat ia merasakan sebuah pergerakan dari Jennie.

SPLASH!! SPLASH!!

Jennie tak menyadari jika mereka sedang melesat cepat dari atas gedung ke gedung yang lainnya. Rosé bergerak sangat cepat. Ia harapan-harapan cemas, semoga saja pergerakannya yang melesat dari gedung ke gedung tak bisa tertangkap oleh kasat mata. Ini adalah hari tersialnya, bagaimana mungkin ia bisa melupakan kaca mata berharga miliknya, sial pikirannya.

Hanya tinggal beberapa kali teleportasi lagi untuk sampai ke pinggiran kota, ia menuju sebuah bukit tempat dimana portal yang menghubungkan antara klan Sirius dan klan bumi saat itu terbuka.

"Berpegang." Rosé menginterupsi. Ia akan melalukan lompat jauh untuk melewati perbukitan ini, rumah yang ia tinggali sekarang ini tepat berada dibelakang bukit tersebut.

"Wae-"

"YAK! ROSÉ PABOYA! APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN?!!"

"OMAA~"

"YaAAakK~"

TAK! TAK!

Rosé berhasil mendarat dengan sempurna tepat dihalaman kediamannya. Dengan hati-hati ia menurunkan tubuh Jennie yang bergetar hebat dari gendongan. Jennie benar-benar tak tahu dengan apa yang baru saja Rosé lakukan, hanya saja ia bisa merasakan tubuhnya seperti terlempar ke udara lalu dengan tiba-tiba tubuhnya terasa sedang terjatuh drastis mengikuti gaya gravitasi bumi.

"K-kau gila, A-apa kau ingin sehidup s-semati dengan ku." Ucap Jennie dengan suara yang bergetar.

Rosé melipat asal mantel tebal miliknya, ia bersikap santai seolah tidak terjadi hal apapun. Rosé memperhatikan Jennie dari ujung rambut hingga ujung kaki. lihatlah lutut kakinya masih saja bergetar hebat.

"Nyatanya tidak kan?" Ucap Rosé dengan santainya.

"Yak Rosé yang benar saja! Sebenarnya apa yang baru saja kau lak-" Jennie baru menyadari satu hal, Jennie dengan gelisah memperhatikan sekitarnya. Sejauh mata memandang hanya ada hamparan hamparan salju dan pepohonan pinus yang  mengering didalam kegelapan. Benar-benar gelap, hanya penerangan dari rumah Rosé dan cahaya bulan yang menerangi mereka disini.

The Universe | CHAENNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang