"hiks... abeoji sakit... hiks... hiks.. sakit."
"Nghh... nghh... ohhh..."
"Sakit hiks..."
"ARGHH!" PLAK! PLAK!
"Diamlah bodoh!"
***
Alunan musik klasik yang mengalun indah menemani malam sunyi Rosé dengan cahaya bulan yang menerpa wajah Rosé. Ia bersandar nyaman di kursi empuknya yang berada tepat disudut ruangan menghadap kearah jendela besar yang menyuguhkan pemandangan malam.
"SAKIT!" Suara yang terasa berteriak disamping telinganya. Entah itu nyata, atau hanya sekedar halusinasi yang begitu terasa nyata.
Rosé membelalakkan kedua matanya yang sedari tadi terpejam, ia menegakan duduknya. ia tidak tertidur, hanya sekedar memejamkan matanya, meresapi rasanya tenggelam dalam pikiran hingga sekelebat bayangan mengganggu pikirannya.
Rosé melepaskan headphone yang sedari tadi ia kenakan, raut wajahnya jelas bertanya-tanya apa yang baru saja terjadi. Bayangan-bayangan itu, entah datangnya dari mana seketika terlintas didalam pikirannya. Rosé menatap ke arah luar jendela tepat menatap bulan yang sedang bersinar terang, bulan purnama.
Ada yang tidak beres, ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Resah, bingung, sedih, kalut, bimbang, semuanya berkecamuk menjadi satu. Apa maksud dari kilas bayangan itu, apa itu hanya sekedar ilusinya semata ataukah itu sebuah sinyal ingatan memilukan seseorang.
Rosé beranjak dari tempatnya menyambar kasar mantel tebal yang tergeletak diatas kasur, ia berjalan tergesa melewati cermin besar yang juga memantulkan bayangan dirinya.
SPLASH!
Rosé melesat berteleportasi pergi entah kemana. Yang ia butuhkan sekarang ini ialah udara segar untuk sekedar menenangkan pikiran dari bayangan-bayangan sekilas namun sangat menyayat hati itu.
Namun ia tidak benar-benar pergi. Cermin itu, sosok yang terlihat seolah-olah berada didalam cermin. Sosok itu, raut wajah yang menyembunyikan kepedihannya dibalik wajah datarnya. Setetes air mata darah membasahi pipinya, ia berusaha sangat keras untuk mempertahankan wajah datarnya, namun sia-sia semakin ia mencoba mempertahankannya semakin ia merasakan rasa sakit yang selama ini ia coba tutupi. Cermin itu, cermin itu masih menampakan sosok yang menyerupai Rosé disana.
Pertahanannya runtuh, air mata darah membanjiri pipinya. Ia jatuh bersimpuh, tangannya meremas kuat dadanya yang terasa sesak, disana rasanya sakit sekali seolah ribuan pisau ditancapkan berkali-kali, mencabik-cabiknya.
Percikan-percikan api berterbangan disekitar sosok itu diikuti dengan bau menyengat yang menyeruak di seluruh ruangan. Atmosfer di ruangan itu seketika berubah menjadi mencekam saat seorang pria berjubah hitam gagah nan menawan dengan aura hitam yang menyelimutinya berdiri tepat dibelakang sosok yang menyerupai Rosé.
Pria itu menyentuh bahu dari sosok yang menyerupai Rosé itu. Percikan-percikan api yang berterbangan membakar tubuh mereka namun anehnya mereka sama sekali tidak merasakan panas dari api yang membakar tubuh mereka. Api itu semakin membesar lagi dan lagi dan seketika kedua sosok itu hilang ditelan bara api.
***
Rosé berjalan menyusuri pinggiran jalan sungai Han. Bayang-bayang itu masih memenuhi pikirannya, ia tidak dapat melihat wajah mereka secara jelas namun ia dapat merasakan rasa sakit, marah, kecewa, tak berdaya yang mendominasi dari sekelebat bayangan itu.
Penglihatan keji yang menyayat hati dimana gadis belia yang disetubuhi oleh ayahnya sendiri. Setiap bayang itu terputar kembali dibenaknya maka semakin ia merasakan pedihnya sayatan-sayatan dihatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Universe | CHAENNIE
Fanfictionberawal dari rose yang tanpa sengaja membuka portal antar klan hingga membuatnya tersesat di tempat antah berantah. dan entah bagaimana ceritanya ketersesatannya itu malah membawanya menjadi seorang idol. hingga takdir mempertemukan ia dengan gadis...