#2

336 34 9
                                    

Yeonjun tersadar dengan kebingungan yang memenuhi pikirannya. Dia menyadari bahwa dia tidak berada di habitatnya, melainkan di dunia yang sepenuhnya berbeda. Ketika dia menengadahkan kepalanya, dia melihat cahaya bulan yang terang bersama dengan lampu-lampu yang terlihat asing baginya.

"Dalam tidurku berapa lama aku tidak sadar?" gumam Yeonjun dengan kebingungan.

Dia menyadari bahwa dia masih berada dalam tubuh rubah yang menyedihkan ini. Namun, ketika dia mencoba berjalan, dia merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya dan ia terhuyung-huyung. Rasa haus dan lapar mulai menghantuinya. Yeonjun merasa bingung tentang langkah selanjutnya yang harus diambil.

Tiba-tiba, matanya menangkap gerakan seekor kelinci yang sedang makan rumput sekitar 5 meter darinya. Dengan hati-hati, Yeonjun mencoba mendekati kelinci tersebut untuk menyerangnya, namun tiba-tiba tubuh kecil itu terpental dan diikuti dengan suara klakson panjang.

Yeonjun, yang masih dalam wujud rubah, terjatuh tanpa daya dan akhirnya kehilangan kesadaran.

__________

Setelah cukup lama kehilangan kesadaran, Yeonjun akhirnya membuka matanya. Cahaya terang yang menyilaukan membuatnya terkejut, dan suara berisik terdengar saat kurungan besi bergemuruh.

Dalam keadaan panik, Yeonjun menyadari bahwa tubuh kecilnya terperangkap di dalam kurungan besi dan tidak bisa keluar. Dia merengek dengan putus asa, mencoba mencakar jeruji dan berharap bisa melepaskan diri.

Tiba-tiba, seorang wanita terkejut mendekati Yeonjun. "Kamu sudah bangun? Tenang saja," ucap wanita itu sambil membawa buah-buahan dan meletakkannya di samping kandang.

Yeonjun mundur dengan mengeluarkan gigi taringnya, berharap membuat wanita itu takut. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Wanita itu tersenyum dan duduk di depan kandangnya.

"Pasti kamu merasa sakit, ya?" kata wanita itu. "Kamu bisa makan buah ini sementara aku pergi sebentar, ya?" lanjutnya sambil membuka kancing pada kandang Yeonjun.

Setelah wanita itu pergi dan mengunci pintu, Yeonjun merasa sedikit tenang. Dia berjalan perlahan menuju jendela dan melihat bahwa sudah siang. Rubah kecil itu mencoba memecahkan jendela dengan memukulkan tubuhnya, berharap bisa melarikan diri.

Namun sayangnya, tenaganya tidak cukup kuat untuk memecahkan kaca yang tebal. Akhirnya, Yeonjun merasa putus asa dan meringkuk lemas sambil memandangi buah-buahan yang ada di mangkuk. Dia tahu betul bahwa buah-buahan itu bukan makanannya yang sebenarnya. Namun, dia tidak punya pilihan lain. Keadaan tidak memungkinkan baginya untuk berburu daging segar.

Dengan perlahan, Yeonjun mendekati mangkuk buah dan mulai memakannya dengan hati-hati. Rasa sakit di seluruh tubuhnya masih terasa kuat. Dia tidak tahu apa yang menabraknya semalam, tetapi itu sangat menyakitkan baginya.

Yeonjun duduk di jendela, terlarut dalam lamunan hingga malam tiba. Pikirannya melayang-layang dan ia merindukan adik-adiknya. Sudah berapa lama ia terpisah dari mereka? Apakah mereka baik-baik saja? Yeonjun menghela napas sambil meratapi nasib buruknya yang terjebak dalam tubuh yang malang ini.

Tiba-tiba, suara langkah kaki wanita memasuki kamar, membuat Yeonjun kembali berubah menjadi ganas. Ketika wanita itu mendekat dan mencoba mengelusnya, Yeonjun dengan cepat mencakar punggung tangan wanita itu dan melarikan diri dari kamar.

Namun, kejutannya semakin besar saat ia keluar dari rumah. Suara lalu lintas kendaraan yang ramai membuatnya ketakutan. Yeonjun terjatuh di pinggir trotoar, tubuhnya gemetar. Ini adalah kali pertama baginya melihat pemandangan yang menakutkan seperti ini.

"Dalgi-ya!" teriak wanita itu sambil menggendong tubuh gemetar Yeonjun. "Kenapa kamu berlari?" kata wanita itu sambil membawa Yeonjun kembali ke dalam rumah.

Wanita itu memeluk Yeonjun dengan lembut, mengelusnya sambil menatapnya dengan penuh kasih sayang.

"Seharusnya kamu tidak boleh begitu. Bagaimana kalau kamu tertabrak mobil?" katanya dengan nada lucu.

Yeonjun masih terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa.

"Namamu Dalgi, dan aku adalah ibumu. Panggil aku Mama, ya?" pinta wanita itu sambil tersenyum.

Yeonjun menyipitkan matanya, bingung dengan situasi ini.

"Mengapa kamu terlihat seperti itu? Tidak suka?" tanya wanita itu seolah bisa berbicara dengan hewan.

"Kalau begitu, panggil aku Yujin. Mama Yujin," kata Yujin, membuat Yeonjun semakin bingung.

"Bisakah kamu membebaskanku saja?" kata Yeonjun dalam bahasa hewan, membuat Yujin tertawa girang.

"Aigo... Kamu suka memanggilku Mama Yujin? Baiklah, baiklah," kata Yujin sambil mengelus kepala Yeonjun. Yeonjun marah dan mengeluarkan suara seperti gonggongan.

"Aduh, kamu benar-benar liar," kata Yujin sambil memasukkan Yeonjun ke dalam kandang yang nyaman. "Tapi jangan khawatir, Dalgi. Mama Yujin akan merawatmu dengan baik."

Yeonjun merasa kesal dan tidak senang dengan keadaan ini. Hingga dia bersumpah dalam hati, "aku akan membunuhmu, mama"

_______

#Soon

_______

"Bagaimana bisa kamu berfikir bahwa aku ini imut?"-Dalgi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana bisa kamu berfikir bahwa aku ini imut?"
-Dalgi

THE FOX ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang