#9

204 23 0
                                    

"Dalgi, Mama pulang!" teriakan Yujin terdengar kembali di dalam rumah setelah hampir dua hari Yujin memilih untuk menjauhi Dalgi dan hanya memberinya makanan yang cukup. Tidaklah mengherankan mengingat kejadian yang baru saja terjadi, di mana Yujin mengetahui bahwa hewan kesayangannya sebenarnya adalah seorang vampir yang hampir saja memangsanya.

Namun, terlihat bahwa Yujin telah memutuskan untuk tidak mempermasalahkan hal tersebut setelah mengalami kejadian yang mengguncang selama dua hari. Yujin akhirnya memaafkan Dalgi dan kembali bersikap ramah terhadapnya. Bahkan, yang lebih mengejutkan adalah bahwa Yujin memutuskan untuk membelikan baju dan celana pria untuk Dalgi.

Dengan tindakan tersebut, Yujin menunjukkan bahwa dia siap menerima Dalgi apa adanya, termasuk kemampuan hewan itu untuk berubah wujud. Yujin telah membangun kembali hubungan akrab dengan Dalgi, tanpa mempermasalahkan sisi vampirnya. Yujin seolah siap menghadapi segala kemungkinan yang mungkin terjadi di masa depan.

"Sedang apa kamu?" tanya Yujin sambil perlahan menggendong Dalgi keluar dari kandangnya. Yujin dengan penuh kasih sayang mengelus bulu merah yang lembut itu.

"Mama membelikanmu pakaian baru. Kamu bisa mengenakannya jika kamu mau," ujar Yujin sambil menunjukkan paperbag yang berisi pakaian tersebut.

Namun, tampaknya Dalgi tidak memberikan respons apa pun. Rubah itu hanya terdiam, menatap Yujin dengan tatapan datar. "Kenapa? Kamu tidak mau berubah?" tanya Yujin dengan rasa heran.

"Padahal malam ini aku ingin mengajakmu jalan-jalan," ucap Yujin dengan ekspresi kecewa. Dia tanpa sadar membayangkan wajah tampan Yeonjun malam itu, lalu menunduk dengan wajah yang memerah.

"Aku belum pernah punya pacar, jadi aku ingin merasakan bagaimana rasanya berkencan dengan pacar," ucapnya sambil merasa malu.

Tak disangka, tiba-tiba cahaya abu-abu menyelimuti Dalgi, membuat Yujin terkejut dan mundur beberapa langkah dari Dalgi. Tak lama kemudian, rubah itu berubah menjadi sosok Yeonjun yang polos, tanpa sehelai kain pun menutupinya.

Yujin terkejut dan memalingkan wajahnya. "Cepat, pakai baju itu!" ujarnya sambil menunjuk paperbag yang ada di meja. Yeonjun tampaknya mengerti dan segera menuju kamar mandi untuk mengenakan pakaian yang telah disiapkan.

"Kenapa kamu memanggilku? Kau tak takut aku makan?" tanya Yeonjun setelah berganti pakaian.

"Halah... Kamu juga tak bisa memakanku!" ejek Yujin dengan perasaan puas ketika Yeonjun gagal memangsanya.

Yeonjun menghela napas lalu duduk di ranjang.

"Apa yang kamu inginkan?" tanyanya.

Yujin tersenyum bersemangat dan ikut duduk di samping Yeonjun.

"Kau tahu? Di luar, tak jauh dari sini, ada festival musim dingin," jawab Yujin.

"Lalu?" Yeonjun terlihat bingung.

"Aku ingin mengajakmu ke sana!" Mendengar ucapan antusias Yujin, Yeonjun hanya mengernyitkan dahinya sebelum akhirnya Yujin menarik paksa pria itu keluar.

Suasana festival musim dingin yang meriah begitu mempesona. Lampu-lampu berwarna-warni menyala di sepanjang jalan, menciptakan suasana yang magis. Orang-orang berpakaian hangat dengan mantel bulu dan topi rajut, sambil menggenggam secangkir minuman hangat di tangan mereka.

Di sekitar festival, terdapat berbagai stan yang menjual makanan lezat dan minuman khas musim dingin. Aroma wangi roti panggang, jagung bakar, dan cokelat hangat menggoda selera pengunjung. Suara riuh rendah tertawa dan berbicara memenuhi udara, menciptakan atmosfer yang hidup dan penuh kegembiraan.

Di panggung utama, grup musik lokal tampil dengan semangat, menghibur penonton dengan lagu-lagu yang ceria. Orang-orang berdansa dan bernyanyi bersama, mengisi malam dingin dengan kegembiraan. Ada juga pertunjukan seni es yang menakjubkan, dengan patung-patung es yang indah dan bercahaya.

THE FOX ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang